Happy Reading ❣️
•
•
•"Leva Leva! Marsya gak ngubungin lo sama sekali?" Syifa menatap Leva penuh harap.
"Enggak, Sipaa... Ini gue juga kelimpungan sendiri nyari tau Marsya!" Geram Leva.
"Aduh.. Sanah belom dateng lagi," Syifa mengedarkan pandangannya. Berusaha mencari sosok makhluk yang ia cari sedari tadi pagi.
"Kemarin pas kita pulang dari taman, Marsya ngapain, ya? Kok gue berasa kalau Marsya lagi terpuruk banget ya? Gue jadi nyesel sendiri nurutin kemauan Marsya kemarin. Aaa.... "
"Ish! Berisik lo! Nyari itu kerja, bukan asal bicara! Udah, kita ke rumah Marsya ajalah!" Tukas Leva Dan segera memasukkan ponselnya ke dalam saku baju.
"Ok! Tapi..."
"Tapi apa lagi sihh!"
"Ini hampir masuk tauk!"
"Ya izin gak papa lah!"
"Ya udah, suruh Sanah aja nanti buat ngizinin kita." Balas Leva cepat.
"Tapi kan Sanah belum dateng juga, Levaa..." Geram Syifa. Tiba-tiba Leva merebut ponsel di tangan Syifa. Lalu mengetik sesuatu di layar ponsel Syifa.
"Nih!" Leva mengembalikan ponsel milik Syifa.
"Udah, cepet berangkat!" Lanjut Leva lalu menaiki motornya.
"Lo ngapain ponsel gue, tadi?" Tanya Syifa penasaran.
"Udah ayo cepetan!" Leva sudah siap dengan motor ninjanya.
"Assalamu'alaikum, eh! Kalian mau kemana?" Sanah datang tiba-tiba setelah turun dari sebuah mobil.
"Nahh... Ya udah, Sanah ajak sekalian deh!" Ucap Syifa yang membuat Sanah menggaruk kepalanya.
"Gue suruh ketua kelas aja deh, buat ngizinin." Potong Leva dan segera mengambil kembali ponsel yang tadi ia taruh di saku.
Setelah usai mengetikkan pesan pada ketua kelas IPS XII A, Leva kembali menyimpan ponselnya.
"Kalian naik taksi aja. Gue duluan, yah! Dah..." Setelah mengucapkan kalimat itu, Leva lantas meluncurkan motornya menuju rumah Marsya.
Syifa pun tak tinggal diam. Dia memberhentikan sebuah taksi yang lewat. Bersama dengan Sanah yang masih dalam mode bingung, Syifa mengajak Sanah masuk dan segera menyusul Leva.
°°°
"Marsya! Apa yang kamu lakuin? Gue udah pernah bilang sama lo, jangan pernah sekali-kali mengungkit pasal cerai lagi. Sebenernya apasih yang ada di pikiran lo itu? Hah .. Gak habis pikir gue sama lo," Meisya memijit pelipisnya. Mengurangi rasa pening yang menjalar di kepalanya.
"Maaf, kak.. Tapi gue bener-bener pengen cerai sama Akhlan. Kita bersama tanpa dasar cinta apapun, kak. Lagipula, Akhlan juga setuju dengan permintaan gue ini." Jelas Marsya.
"Apa? Akhlan setuju kalian cerai?" Marsya mengangguk.
"Akhlan setuju?" Lagi-lagi Marsya mengangguk. Meisya tak habis pikir dengan adik dan juga iparnya itu. Bagaimana bisa mereka ingin cerai padahal jelas-jelas sekali mereka tau bagaimana cerai itu di mata Allah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Sang Penghafal Al-Qur'an [Selesai]
EspiritualSUDAH ADA KISPA VERSI 2 Silahkan jika ingin membaca versi pertama ini, tapi typo bertebaran. "Ngafal Al-Qur'an? Ngafal itu susah! Trus banyak lagi. Gimana caranya ngafal. Mustahil kalo gue bisa ngafal Al-Qur'an." ~Marsya. "Ngafalin Al-Qur'an itu ga...