[26] Flashback

899 47 2
                                    

Assalamualaikum....👋
Alhamdulillah up lagi...
Selesaikan kewajiban, sebelum kebablasan
Gak ninggalin jejak gakpapa, yang penting bisa bermanfaat buat semuanya.🙃
So, enjoykan
(Sorry for typo(s))

Happy Reading ❣️


"Lan!" Panggil Damar, namun tak direspond sang pemilik nama.

"Lan! Lo kenapa, sih! Belakangan ini lo sering ngelamun. Mikirin apaan?!" Tanya Damar. Huda pun menghentikan makan siangnya.

"Iya, Lan! Lo aneh banget, beneran! Gue ngerasa lo itu kaya gajah kehilangan sayap, tau gak?!" Huda ikut nimbrung. Alih-alih mendapat jawaban, kepalanya malah ditonyor sahabat kentalnya itu.

"Goblok! Mana ada gajah punya  sayap?!" Ucap Damar setelah menonyor kepala Huda.

"Yehh.. Suka-suka gue!" Balas Huda.
Damar memilih mengalah dengan sahabat koplaknya itu. Jika tak mengalah, sampai matahari terbit dari barat pun tak akan kelar.

Akhlan tetap diam. Dia menerawang jauh beberapa hari lalu.

"Lan! Lo bisa cerita ke kita, siapa tau kita bisa bantuin elo." Ucap Damar kembali fokus kepada Akhlan.

"Ini urusan gue." Balas Akhlan dingin.

"Lan! Lo anggep kita ini sahabat apa bukan, sih! Kalo lo gak mau cerita sama kita, status sahabat gak pantes buat kita. Ngertiin perasaan kita, dong, Lan!" Geram Huda.

"Makasih, tapi gue ga bisa." Ucap Akhlan lirih.

"Ish! Lo beneran gak anggep kita sahabat, yah! Baiklah, kita gak usah ada hubungan lagi!" Amarah kini telah menguasai Huda.

"Eh! Ati-ati kalo ngomong, Hud! Lo jangan kek gitu! Ni Akhlan lagi terpuruk. Lo jangan nambahin beban dia, dong!" Damar mengingatkan Huda yang hampir sepenuhnya dikuasai amarah.

"Udah, deh! Gue bisa urus masalah gue sendiri. Makasih udah khawatir sama gue. Gue pergi, assalamualaikum!" Ucap Akhlan menengahi keduanya. Ia lantas beranjak dari duduknya.

"Wa'alaikumusalam.." Jawab Damar, lalu pergi meninggalkan Huda, menyusul Akhlan. Tak lupa dengan lirikannya yang tajam mengarah kepada Huda.

"Wa'alaikumusalam" Huda pun menjawab salam Akhlan. Pelan. Pelan, sekali.

Sedari tadi, seisi kantin tengah memperhatikan mereka. Tak terkecuali seorang cewek dengan ketiga temannya di bangku pojok.

Apa karna gue?

°°°

Selepas melepas kaus kakinya, Marsya lantas mencari nomor kakaknya, Meisya. Ia menelepon sang kakak itu.

Ia melangkah menuju sofa ruang tengah untuk mengistirahatkan tubuh sembari menunggu panggilannya terangkat.

"Assalamualaikum, kak!"

"Wa'alaikumusalam. Heeehhh?! Lo bisa salam juga?!"

"Ck! Paan sih! Gue serius, nih!"

"Iya deh, iya. Ada apa?"

"Anu, situ kabarnya baik, kan?"

Kisah Sang Penghafal Al-Qur'an [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang