Kepergianmu seperti jutaan peluru yang meluncur tepat di dadaku
Kau lepas, segala suka terampas naas, bahagiaku berderai sebagai rinai gelisah yang tak kunjung selesai. Aku terluka, tergeletak dalam genang hujan tangisku sendiri. Riak deras meremas cemas yang tengah kukemas, tapi aku masih tak mampu lekas bergegas.
Sepi mulai menggurui hari, malam - malam berlalu namun sepertinya waktu lamban menyelesaikan gundah yang mulai beringas. Terkadang aku merasa lelah, sepertinya pasrah adalah pilihan tepat untuk mendesak resah tak lagi singgah. Namun aku salah, cacian terus bergumam, pujian tak kunjung terdengar, sesal merajam kenapa kau tak berhasil kupertahankan.
Perpisahan ini seperti deras hujan tanpa gerimis, tak ada awan mendung sebelumnya atau gelegar petir yang memberi pertanda. Aku tersentak ingin menolak, namun keputusanmu seperti akhir dari sebuah talak. Aku hanya terdiam menatapmu yang berakhir dengan bayang-bayang, sementara angin merupa nyanyian kematian.
Diksi-diksi pedih itu mulai meniti jemari, merunut dari tangis perasaan sampai ke dalam pikiran. Puisi-puisiku mulai tersurat dan luka mulai melekat, mungkin akan menetap dalam waktu yang entah.
Kekasih, rindu ini tak lagi menjadi haru seperti dulu. Pilu telah menjadi pengganti yang mungkin akan abadi sebab engkau memutuskan tak kembali. hari-hariku pecah dengan hening bening air mata yang tak terbaca. Aku terbungkam mencoba menerima takdir yang digariskan oleh Tuhan namun doa-doa baik masih kugelar dalam kepasrahan.
Aku tidak kalah, aku hanya mengalah. Membiarkanmu merebah di tempat yang baru, mungkin bagimu aku tak lagi mampu menopang segala bentuk keluh kesahmu. Namun jangan pernah lupa akan tetap ada doa baik yang mengantarmu sampai pada tempat yang kau tuju.
Dan biarlah aku tenggelam dalam deras kenangan yang kau kucurkan melalui kepergian.
KAMU SEDANG MEMBACA
NESTAPA DALAM AKSARA
PoetryKalau saja waktu bisa diputar mundur aku ingin berada tepat di mana aku pernah jatuh cinta padamu. Tidak ada yang disesalkan dari kisah yang dipaksa usai, kau tetap abadi mengekal di relung paling dalam. bukan salahmu jika pada akhirnya bukan aku ya...