kutenggelamkan engkau ke dalam hati paling dasar
menggenapi sunyi dari suara-suara debar paling kasar
kurapatkan engkau hingga lenyap sebuah ingatan
tapi seringkali engkau kembali menjadi perihal paling berat kutiadakan.Kau tahu kekasih,
Jika ada hari yang sedetik saja memeluk sepasang mata kita untuk bicara, satu kata yang akan kusampaikan pada semesta "terimakasih".Kau tahu mengapa?
Jumpa kita adalah bentuk rindu yang paling kutunggu, musim-musim habis berganti aku masih memohonkan namamu. Tak ada yang lebih kutunggu selain itu dari waktu;kita yang bertemu.Pada bilik-bilik sepi kulahirkan banyak diksi, percakapan kita akan bermuara pada bait-bait sajak dan puisi. Di dalamnya kau dan aku akan menjadi sepasang yang meramaikan heningnya ruang tanpa nyatanya sebuah keberadaan. Kita bersahut mengulurkan beban rindu yang seringkali membuat tabahku rumpang atau sekedar berdiam diri melempar tatapan dengan banyak pertanyaan.
Seringkali kuremas segala bentuk harapan yang belum juga dikabulkan. Seringkali kurapalkan semoga sampai habis kata-kata, sampai kering air mata. Di hadapan Tuhan selalu kutempatkan engkau di urutan pertama, dengan sebaik-sebaiknya pinta.
Seringkali kubayangkan tiba-tiba engkaudatang, menawarkan pelukan dan menyampaikan sebaris kalimat penenang.
"akupun merindukanmu lebih dari seluruh pintamu"
Namun itu hanya khayalan yang kulayangkan berulang ke arah pandang yang lapang, di mana seluruh kepastian yang pernah kaujanjikan berangsur samar lalu hilang tanpa penepatan. Kulahap janji-janji manismu sepahit kopi yang seringkali kusesapi sendiri di sini.
Kau berlalu tanpa ragu, tanpa kembali melihatku. Mungkin telah kau lepas beban kerinduan yang dulu seringkali kausampaikan.
Kaubilang aku adalah arah kaumelangkah, kaubilang aku adalah tujuan tempat kaumeletakkan harapan. Kaubilang juga, selanjutnya derap sepasang kaki kita akan menjadi irama yang terus bersama. Mereka-reka rupa bahagia kita nanti akan seperti apa.
Kini semua tinggal kenangan dalam kidung sunyi, meruncing di ujung elegi. Bodohnya aku tak pernah mampu bergegas pergi, meninggalkan seluruh kita yang seringkali mencuat di pelupuk mata. Kau tak pernah bosan mendulangku dengan bayang-bayang, memasak kembali luka-luka, menjejaliku dengan ilusi semata.
Terkadang aku merasa begitu rentan, mudah merasa sedih dan terluka dengan hal-hal yang pernah kitalalui bersama. Ingatan-ingatan itu seperti bilah pisau, tajam mengiris perasaan. Semakin cepat laju kenangan, maka denyut nadi akan semakin lamban. Kau sungguh menguji kesabaran.
Tapi--mungkin semesta telah mempersiapkan rencana baik, dari seluruh keadaan pelik dan hati yang tak kunjung membaik. Entah seperti apa, yang nantinya akan kuanggap menjadi perihal terbaik setelah lamanya jeda yang terjadi di antara kita.
Masih selalu ada engkau di dalam barisan sajak-sajakku
Kurupakan sebagai syair paling rindu
Seringkali kaubuat jemariku mengulang-ulang namamu
Melukis banyak kesedihan dari terjaganya sebuah ingatan
Kau harus tahu pelukku masih tersedia untukmu
sampai kelak semesta memberi restu.

KAMU SEDANG MEMBACA
NESTAPA DALAM AKSARA
PoesieKalau saja waktu bisa diputar mundur aku ingin berada tepat di mana aku pernah jatuh cinta padamu. Tidak ada yang disesalkan dari kisah yang dipaksa usai, kau tetap abadi mengekal di relung paling dalam. bukan salahmu jika pada akhirnya bukan aku ya...