SILAM

143 9 3
                                        

Barangkali kau adalah pelajaran yang harus selalu kuingat.

Ada banyak hal yang terjadi sebelum lambaian tanganmu memadati pandanganku. Telah kau ucap kata akhir sebelum punggungmu mulai samar dan akhirnya tanpa kabar.

Kau dan aku dimulai dari ketidaksengajaan. barangkali itu adalah waktu yang paling baik menurut semesta untuk mempertemukan sepasang hati lalu merajut sama-sama benang cinta di dalamnya. Kau yang begitu sederhana memberi arti berbeda, penampilan yang biasa-biasa saja, tidak banyak bicara tapi sorot matamu menyampaikan segalanya serasa cinta itu nyata adanya.  Namun seluruhnya musnah ketika kau libatkan pisah dalam percakapan kita kecuali luka-luka.

Mula-mula kau adalah sosok lelaki yang tidak berarti tapi berakhir menjadi hal yang paling kuingini. Kau pernah menjadi alasan kenapa rindu-rindu itu  bertamu, menjadikan hati tak sabar menunggu, kosong tanpamu. Kau adalah alasan kenapa senyuman itu bisa terangkai, berharap membias di kelopak matamu meski kita sedang tidak ada janji bertemu.

setiap hari telingaku hampir tak pernah sepi, menerima gelak tawa, cerita-cerita, bahkan rayuan tipis  dari bibirmu yang kuterka-terka sebagai sekedar kata untuk menghindari duka tiba-tiba. aku menjadi terbiasa dicari, menjadi ramai dengan adanya puisi, dan semua itu kaulah sebabnya.

Kau dan aku tidak sering membuat pertemuan, karena sepasang mata kita telah dibenamkan dalam-dalam di dalam ruang percintaan. Dering telepon jarang sunyi sebab engkau selalu memanggilku, meski hanya sekedar bertanya kabar atau sedang di mana aku. Selain aku pasti banyak perempuan-perempuan di luar sana yang merasakan atau menerima hal yang sama dari kekasihnya. sebentuk perhatian kecil serasa secuil namun sulit untuk dikuliti lalu dibuang tanpa harus diingat lagi.

Bagiku kau adalah kejutan yang pernah diberikan oleh Tuhan. Tak peduli berapa lama waktu yang dulu pernah kita miliki atau yang hanya sempat kita nikmati. Bersamamu meski tak sering menemui raga aku selalu bahagia, bahkan sampai pada akhir kisah dan luka-luka itu mulai merambah. Meski begitu aku tak penah menyesal mengenalmu, membiarkanmu singgah meski pada akhirnya kaupun tak betah.

sekarang kau adalah silam, menjelma kenang yang sering memukuliku diam-diam. 




NESTAPA DALAM AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang