TETAP ADA

49 1 0
                                    

diam-diam,
bahkan yang tahu hanya Tuhan
mengapa mencintaimu seperti tak memiliki takaran waktu
sedangkan jelas kutahu
kau telah memilih untuk hidup tak bersanding denganku

Kusembunyikan engkau di lubuk paling dalam, bertahun-tahun bertahan di dalam sebuah ruang penuh kesedihan. Aku selalu mengirim namamu kepada Tuhan, berharap semesta mendengar segala yang belum sempat tersampaikan atau mungkin ada secuil harap untuk mengulang. Apakah akhir kisah kita akan sama ? terpisah dan kau tetap bersama lain wanita.

Dadaku rimbun dengan rindu, aku tenggelam dalam isak tangis tanpa air mata. Alih-alih kubiarkan berlalu, terkadang aku malah kembali sejenak mengenangmu. Melukis senyum terakhirmu, atau membuat gelak tawamu kembali terdengar meski samar.

Segalanya kutimbun di lumbung perasaan, entah ini masih bisa kunamai cinta atau ambisi yang gagal kuwujudkan. Seluruhnya runtuh bersamaan. Angan, ingin, rindu, luka, kecewa kini menetap tinggal bersama, meski sudah seringkali kuutarakan bahwa aku rapuh dan rentan.

Sementara waktu terus maju, tapi perasaanku tetap saja begitu, mencintaimu dalam kesepian lalu menumpuk rindu di balik bayang-bayang silam. Aku sadar tapi aku tak sebenarnya paham, mengapa aku tetap menenun luka demi luka hanya untuk sebuah cinta yang tak mungkin kembali bersama.

Terkadang ingin sekali kulayangkan debar puisiku yang merajuk ingin kau peluk, tapi aku hanyalah rinai hujan yang kau biarkan sendirian jatuh berulang. Sebenarnya demi apa aku tetap memuja kenangan yang hanya tinggal sebuah cerita? sedangkan di jauh sana dirimu bahkan mungkin telah melupa.

Aku terperangkap. Mungkin itu adalah kata yang paling tepat untuk sebuah rasa yang masih tersemat. Cintaku terus mengudara, mengunggah namamu di pelaminan doa, hanya doa kekasih, selain itu aku hanya berkasih dengan ingin yang lama-lama meletih. Sementara aku tetap ada untuk cinta yang mencintaimu sendiri saja, untuk mimpi yang mengisi tidur tanpa permisi. Aku tetap ada untuk melambungkan rindu meski hanya untuk kurebahkan lagi di hatiku, sebab di hatimu aku tak tahu, apakah Tuhan masih memberiku waktu, memberikan kita tempat untuk bercerita dan menukar rasa, lalu menyatukan kita dalam sebuah pelukan tanpa mengenal lagi perpisahan.

Di bentang jarak, sajak-sajakku terserak menggenggam kenangan, mengingat engkau dalam ingatan, berusaha menemuimu dalam keresahan, mengupayakanmu untuk tetap menjadi keindahan.


NESTAPA DALAM AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang