ada beberapa hal yang kuangankan,
saat nanti,
barangkali memang terjadi,
pada derai bayangan yang kugambarkan di setiap baris puisi,
sebuah rengkuh pandangan yang mengalungkan kerinduan.meski ada luka yang tak mungkin mereda,
kau dan aku tetaplah jiwa semesta yang mereka-reka,
"takdir kita sebenarnya seperti apa?"
kita sama-sama berbisik,
mengiringi debar angin dan decak ranting,
menepuk udara berulang serupa tepuk tangan,
lalu tertawa, berpura lupa bahwa sebenarnya kita telah berjeda begitu lama.ada riang bergelombang,
saat menemukanmu di barisan barangkali,
kau perlu tahu, aku tak selalu mematahkan namamu.
meski seringkali aku didekap sepi,
dibingkai hari-hari tanpamu di sini.kau abadi pada wajah kata-kata,
barangkali nanti, Tuhan membawamu kembali,
untuk kau dan aku dirupakannya kita sebagai saling yang takkan lagi berpaling.
KAMU SEDANG MEMBACA
NESTAPA DALAM AKSARA
PuisiKalau saja waktu bisa diputar mundur aku ingin berada tepat di mana aku pernah jatuh cinta padamu. Tidak ada yang disesalkan dari kisah yang dipaksa usai, kau tetap abadi mengekal di relung paling dalam. bukan salahmu jika pada akhirnya bukan aku ya...