Luka yg lama masih basah dan kini harus tersiram air garam. Tentu sajah perih luar biasa...itu bagi hati Lisa. Hatinya yg masih hancur dan sakit menambah sakit saat mendapatkan kenyataan pengakuan Jennie bahwa dirinya positif hamil sudah satu minggu.
Berusaha menghindar serta melupakan rasa yg ada tetapi justru kembali bertemu dan semakin terluka.
Bukannya tidak memahami kenyataan tapi hati yg sulit menerima ketika rasa itu mendalam, jadilah perasaan egois mendorong logika.
Selagi Jennie sibuk berdiam diri, Lisa diam2 memijat dadanya yg terasa sesak. Hatinya terasa perih, berat rasanya menerima bahwa orang yg dulu ia inginkan kini bukti mengandung benih orang lain!!!
Andai boleh jujur, demi apapun ingin membunuh pria yg sudah berani menyentuh Jennie. Konyol....sayangnya pria itu sudah lenyap Lisa🤔
Buru2 bergaya santai saat Jennie mendongak menatapnya."L-lisa?" Jennie merasa segan menegur Lisa yg sulit ia artikan
"Kenapa?" Jawab Lisa cuek
"Kau baik2 sajah?"
"Seharusnya aku yg bertanya!" Lisa menjawab ketus membuat Jennie tak enak hati
"Demi tuhan aku benci pada pria yg sudah berani mendahuluiku!!! Seharusnya akulah yg membobol keperawanan jennie!" Dalam hati Lisa merasa jengkel nan marah namun cukup mengotrol sebaik mungkin
🍭🍭🍭🍭🍭
Sesampainya di rumah Lisa, kepala Jennie bergerak santai mengamati isi rumah Lisa yg cukup besar. Bisa di katakan orang tua Lisa orang kaya kedua dari mantan suaminya di kampung sana, tapi sayang...ibu dan ayah Lisa bercerai 1 tahun yg lalu. Ayahnya kembali ke kota asalnya yg ada di korea utara🤔 beliau sudah memiliki istri sembari mengurus perusahaannya yg tidak tertolong di sana.
Jennie antusias saat datangnya seorang wanita paruhbaya dengan anggun nan senyum meriah.
Yg tak lain adalah ibu Lisa yg di beri nama ibu Lizzu Mahligai Indah.
Ibu Lizzu sudah tak heran lagi pada tamunya lantaran sudah tau namun tidak dekat. Tetapi ia mengetahui banyak tentang Jennie termasuk seorang janda muda bahkan sering mendengar bahwa Jennie jadi bahan bulian namun tidak ingin ikut campur dan bukan berarti tidak punya hati. Hanya sajah takut pada warga.
Jennie memungguk sopan tanda menyapa dengan ramah yg langsung di balas lembut oleh ibu Lizzu. Di persilahkan duduk yg segera Jennie turuti sementara Lisa duduk di samping ibunya dalam diam.
"Bagai mana kabarmu nak?" Bertanya lembut di khiasi senyuman yg membuat Jennie tenang
"Pasti ibu mengetahui kabarku bagai mana" secara tidak langsung Jennie membuka penderitaannya dan ibu Lizzu mengerti
"Baiklah...kau boleh tinggal di sini nak, ibu tidak keberatan" seperti mendapatkan permata biru, Jennie merasa senang kian tertolong
Jennie melirik Lisa yg duduk bersilang kaki dengan santai sembari main ponsel
"Aku sangat berterima kasih atas jasamu bu. Terima kasih!" Jennie berucap berat yg hampir menangis dan berhasil menarik perhatian Lisa
"Ibu iklas nak....agar lisa ada temannya" balas ibu Lizzu tersenyum
"Sayang...antarkan dia ke kamar tamu ya, biarkan dia beristirahat dulu. Mama ingin masak" suruhnya menatap Lisa. Lisa manggut pelan lantas menatap Jennie tanda mengajak Jennie mengikutinya. Jennie pun mengikuti langkah Lisa ke salah satu kamar yg di sebelah kamar Lisa