Nineteen

7.8K 595 75
                                    

"Hueeek..Ouch....!"

"Ya tuhan, kenapa kepalaku rasanya sangat pusing...perutku sangat mual!"

Gadis itu mengusap mulutnya dengan tissue setelah membasuhnya, menatap permukaannya yg nampak pucat!!

"Bukankah aku sudah makan!"

Ia memijat bagian kening yg terasa sakit...lantas gadis ini kembali memungguk begitu perutnya kembali memberontak.

Selang beberapa menit gadis ini kembali menatap wajahnya dengan lekat.

"T-tidak!! Aku selalu minum obat kan?!" Serunya bicara sendiri, menolak mantap ketika feelingnya mengingat apa yg selalu di lakukannya

"T-tapi...bagai mana jika obat itu tidak bekerja dalam organ tubuhku?"

Gadis ini yg tak lain adalah Jisoo!

Tampak wajah memucat efek sejak tadi yg terus memuntahkan cairan.

"Aku harus memastikannya!" Setelah berucap takut ia lantas segera pergi meninggalkan kamarnya

"Sayang...kau mau ke-...sayang, kau sakit?"

Sang ibu sontak khawatir melihat muka Jisoo yg pucat.

"T-tidak ma, aku hanya kurang tidur, aku pamit ingin membeli obat tidur!"

Lantas Jisoo pergi begitu sajah meninggalkan ibunya yg cemas.

"Kenapa dengannya?" Gumamnya menatap mobil sang putri sudah melaju cepat dan dirinya hanya diam dengan perasaan khawatir







Jisoo berdiri dengan tegang menunggu hasil apa yg ia lakukan dalam Teshpeck.
Setelah beberapa menit badan Jisoo seketika merosot lemas tak berdaya bersamaan dengan air mata

"T-t-tidak...."

Ucapnya bergetar menatap tak percaya pada benda yg terisi dua garis merah yg kian di tangannya yg gemeter. Jisoo menggigit bibirnya kuat bahkan bibir itu hampir pecah alhasil giginya terlalu kuat guna meredam isakannya.
Kembali menatap benda itu berharap itu tidak benar namun masih nampak sama.

"T-tidak mungkin aku ha-mil!" Ia menolak kenyataan yg baru sajah terjadi

Lantas dengan lemas ia meraba perutnya seiring hatinya yg terasa di sayat ribuan pecahan silet.

Tak lama gadis ini memungguk meremas kepala sekuat mungkin terdengar isakan pilu menggema dalam sebuah kamar mandi

"A-ak-u t-tidak boleh hamil...t-idak!"

Nadanya tertahan, ingin sekali menjerit namun ia sadar posisi.

"K-kenapa nasibku sangat buruk tuhan...Kenapa?! Kau bunuh saja diriku! Aku akan lebih senang jika kau mengambilku kembali!"

"Aku bodoh! Aku bodoh! Bodoh!"

Merutuki dirinya sendiri dengan rintihan pilu sembari terus meremas remas pertunya. Ia benci itu!!!

Perasaan takut merajam dalam hati.
Takut dengan semuanya,
Resiko besar jika persetan dengan cinta yg tak adil menurutnya!

Tak ada keberanian sedikitpun untuk berkata jujur pada siapapun itu.
Takut dirinyalah yg justru terpojok lantas dirinya terbelah dan di asingkan dari rumahnya. Pikirannya sudah ke sana dan perasaan takut sudah semakin merajam seluruh jiwanya!!!

"Aarrgghhhhh!"

Membabi buta menyerang kloset dengan tinjauan yg kuat tak peduli dengan tangannya yg mulus kini memer membiru luka dalam.

-Jeritan Seorang Janda-(Jenlisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang