Suara pijakan yg tak berarah terus melangkah maju, menelusuri jalanan yg basah, hujan deras mengiringi setiap langkah wanita yg tengah berjalan lemas...terkadang di sertai oleh suara petir yg menggema. Air mata yg mengalir tak terlihat lantaran terbasuh oleh derasnya hujan yg terus menemani setiap pijakannya. Bingung mau ke mana membawa dirinya sehingga ia terus berjalan dengan tanpa tujuan. Jalanan yg sepi membuatnya sedikit takut apalagi malam dan keadaan hujan.
Terus menarik koper serta menggendong putra tercintanya, sesekali harus mendiamkan putra kecilnya yg menangis kedinginan. Belum cukupkah penderitaannya setelah tadi putranya ini di rendam dalam ember? Dan sekarang harus berjuang perih melalui perjalanan tak jelas...
Badan keduanya sudah basah kuyup, tentu sajah...wanita ini nekad keluar tanpa memabwa halangan di kepalanya."M-mom-my....jelli dingin" suara pelan dengan nada gemeter membuat Jennie berhenti sesaat, menatap wajah putranya yg pucat
"Sabar sayang ya...sebentar lagi kita sampai" seolah perkataan itu untuk dirinya sendiri yg sebenarnya tidak punya tujuan untuk berteduh.
Jennie menyempatkan tangan lain mengusap air matanya, hatinya teramat perih mengetahui badan Jerri panas dingin namun wanita ini cukup sabar dan menguatkan diri."Tuhan...aku mohon, kuatkan aku!" Doanya dalam hati
Jennie melihat area sekitar berharap ada tempat untuk berteduh, ia tidak mungkin terus melajukan langkahnya sementara kakinya sudah sangat lelah dan hujanpun tak ada tanda2 untuk berhenti...ia tidak mau putranya semakin parah, bahkan dirinya sudah sangat menggigil...andai tidak memiliki buah hati, mungkin Jennie akan berbuat sesuatu yg bisa menghentikan penderitaannya, tapi ia tidak putus asa walau turut perintah nasib sangat pahit yg kini ia lakonin, logikanya bermain mantap, langit masih cerah jalan masih panjang...kuat lampah demi menghidupkan buah hatinya yg harus ia bimbing masa depannya yg jauh lebih panjang lagi, Lain berbelit dengan adu nasib. Ia tak peduli gimanapun cara untuk memperpanjang hidupnya bersama buah hatinya!!
Meski saat ini tidak ada titik2 tujuan hidup apalagi uang dan harta. Tapi semangat adalah poko utama yg masih menyala dalam dirinya.
Ia akan menerima nasib ini dengan lapang dada dan yakin pada yg maha kuasa bahwa nasib yg kini ia nikmati akan menjadi sebuah ke indahan yg luar biasa sebagai balasan untuk seseorang yg sabar menghadapi rintangan hidupnya...!!!Suara rintikan hujan terus turun bersorak ria berisik setiap titik ujung menusuk setiap daunan atau jalanan raya di temani oleh petir yg terus menggema turut berduka dan sedih melihat sepasang anak dan ibu sedang melakoni nasib cukup berat.
Jennie berucap syukur dalam hati ketika ekor mata kucingnya yg sembab menemukan sebuah gubug kecil yg tidak terlalu dekat ke jalanan. Semoga tempat itu layak di tempati, pikirnya...tak berfikir panjang Jennie segera menghampiri tempat itu.
Sampe....Jennie segera melepas koper dari tangannya lantas ia mengamati gubug tersebut yg tak layak di tempati...tapi tak apa, Jennie setidaknya bersyukur menemukan tempat berteduh untuk sementara untuk mengurus putranya yg panas dingin...
Jennie duduk di bibir papan yg terpaku di dalam, kotor dan sudah tua. Tapi sekali lagi Jennie tak peduli!
"Sayang.." panggil Jennie bergetar seraya mengusap wajah pucat putranya. Air mara Jennie kembali mengalir mendapatkan kondisi Jerri yg menggigil
"Mommy..." sahut Jerri serak
"Iya sayang...tenanglah. ini mommy"
Demi tuhan Jennie ingin menjerit tapi ia tak kuasa melakukan itu"Jelli lapal, jelli ingin cucu"
Jennie tersenyum, senyum paksa lebih tepatnya.
"Sebentar ya sayang" Jennie membuka koper ia mengambil pakaian keduanya untuk berganti yg syukurnya kopernya tahan air.
Pertama Jennie mengganti pakaian Jerri hingga bocah itu di balut oleh jacket tebal miliknya kemudian Jennie mengganti pakaiannya sendiri. Meski malam cahaya langit yg luar biasa menerangi mereka walau remang2 tapi cukup jelas.
Usai ganti pakaian Jennie memangku Jerri di duduki di kedua pahanya dan mulai memberi ASInya. Jerri nampak kehausan hingga Jennie merasa iba melihat Jerri yg cepat menyedot setiap nafasnya. Tak berhenti mengelus-ngelus kepala Jerri dengan air mata yg sering terjatuh, tentu sajah itu tak terlihat oleh putranya. Setidaknya saat ini dirinya bersama buah hatinya yg menjadi kekuatannya dan tidak merasa sendiri...
Di dalam gubug tersebut cukup gelap apalagi dalamnya agak sempit.
Tangan kanan Jennie meraba ponselnya yg ada di dalam koper, setelah ia dapat selanjutnya menyalakan senternya melihat ke adaan di sana. Raranjangan gubug tersebut cukup untuk menidurkan Jerri dengan menggunakan separuh pakaiannya untuk di jadikan bantal Jerri yg sudah nampak lelap. Saat Jennie perlahan menjauhkan dadanya namun mulut Jerri makin erat menyesap ASInya. Jennie hanya tersenyum...kemudian gadis itu menyatukan tangannya lantas di gosok2 setelah beberapa menit ia tempelkan di kening Jerri berharap guna menghangatkan kondisi Jerri, terus seperti itu membuat Jerri makin lelap, namun tanpa melepas acara menyusunya.