Tiga Pilihan

1.7K 124 35
                                    

Assalamualaikuuumm ...!

Inspirasi ... Ekspirasi ... Inspirasi ... Ekspirasi ... Jangan lupa bernapas terus yaa.. 🤭

Part ini lebih panjang dari sebelumnya2. Kalau biasanya 1 part berkisar 1000-1500an kata. Part spesial ini banyaknya 3000an kata! Bonus karena kemarin gagal tayang. Hahaha... 😁🙏

Karena pekan depan adalah pekan Ujian, jadi untuk sementara #TAARUF pending tayang dulu sampai satu minggu, yaaa... Yuk, kita dampingi sepenuh hati putra-putri kita menghadapi ujian.

Yakin deh, ketika kewajiban kita dahulukan, Allah akan memudahkan segala urusan! Insyaallah...

Bantu like n vote yang banyak yaa...

Sampai jumpa akhir pekan. Doakan semoga Emak juga bisa ujian tahsin teori dan praktiknya dengan baik.

Semoga kisah ini bisa membawa kebaikan dan kebahagiaan.

Happy reading 😘

-------------------------

Sejak aku membuka file itu, kuhentikan interaksi chatting dengan Reza. Aku ingin hatiku netral. Karena jika ingin mendapat petunjuk dari Allah, maka hati haruslah bersih, tidak boleh ada kecendrungan rasa pada siapa pun.

Diah:

[Assalamualaikum. Za, aku sudah baca biodata ta'arufmu dari Mbak Mira. Tolong berikan waktu bagiku untuk istikhoroh dan berpikir. Selama itu, mohon untuk tidak menghubungiku by chat lagi. Afwan.]

Reza:

[Baik, Ukh. Afwan]

Ada getaran halus menyusup setiap kali ia mengirimkan pesan, untuk itu aku memintanya berhenti. Bertahan untuk bisa bersikap biasa saja selama duduk di sebelahnya pun, itu merupakan perjuangan yang luaarr biasaa. Karena apa? Karena aku baperan, kawan.

Tiap malam, sebelum tidur, kudirikan shalat istikhoroh, dan berpikir mendalam, membandingkan keduanya.

Reza seorang ikhwan yang baik, pintar, sholeh, perhatian, dan bersahaja. Wajahnya juga tampan. Hampir tidak ada cela sama sekali. Mungkin aku akan hidup tenang dan damai jika bersamanya kelak. Haruskah aku menerimanya saja?

Bagaimana dengan Bang Haidar? Dia baik, pintar, horang kaya, tampan juga, dan jago gombal. Mungkin hidupku akan selalu bahagia jika bersamanya. Ah, aku yakin, Reza juga pasti bisa gombal dan romantis, tapi dia menunggu halal dulu baru mau beraksi. Hihihi...

Astaghfirullahal'adzim! Aku menutup wajah karena malu membayangkannya.

Sulit sekali untuk netral!

Bang Haidar usianya di atasku lima tahun. Sebenarnya aku pun memang ingin suami yang lebih tua usianya. Dia juga sudah mengantongi restu dari keluargaku dan emak-emak Gang Melati. Hmm...

Bang Haidar meskipun sering menebar rayuan maut, namun dia selalu menghormati aku. Tidak pernah sekalipun bersikap tidak sopan, atau bersikap berlebihan. Dia tidak pernah menyentuhku, dan aku pun belum pernah melihatnya menyentuh tangan seorang gadis mana pun. Dia menjura tangannya di dada saat bersalaman dengan lawan jenis. Itu point penting bagiku. Mungkin benar dia mantan ikhwan. Hehehe...

Ya Allah, kenapa aku jadi senyam-seyum gak jelas begini?

Kalau dari segi bacaan Al Quran, aku belum pernah mendengarnya tilawah. Apa harus kuminta dia tilawah, ya? Duh ... Bisa geer banget dia. Kalau Reza, aku pernah mendengarnya beberapa kali di kampus dulu. Bacaannya juga bagus, tidak kalah dengan Bang Satya.

Kok Bang Satya lagi??

Aaaaaarrrgghhh....! Pusiiiiiiinggg....!

Aku mengacak-acak rambut. Lebih baik aku bersiap, besok ada gathering ke Puncak. Mau outbond dan menginap semalam katanya. Kami boleh mengajak keluarga. Aini tidak bisa, rasanya juga lucu kalau mengajak orang tua. Jadi aku putuskan mengajak si Ratna.

Ta'aruf Ainul Mardhiah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang