Detak jarum jam terdengar menggema memenuhi langit-langit kamar Zetta yang senyap. Gadis itu duduk tepekur di balik meja belajarnya yang menghadap jendela. Dengan buku setebal tiga senti berserak di sudut meja. Menunggu antrean dijamah sang empunya yang kini melahap sebuah buku yang tebalnya bukan main. Kepala bisa benjol kalau dipukul dengan buku tersebut.
Jarum pendek dan panjang pada pewaktu di dinding kamar menunjukkan bila hari sudah menginjak pukul sembilan lewat empat puluh menit. Jangkrik kedengaran menderik ringkih. Membuat malam terasa kian pekat.
Sementara itu Zetta masih tertahan di posisi yang sama selama lima jam lebih. Tidak peduli otaknya mulai panas, tidak penting matanya sudah lelah seharian memelototi deretan kalimat yang menari-nari. Bukan, bukan seharian ini, tetapi sudah sejak dua pekan ke belakang. Lebih tepatnya lagi, sejak kesepakatannya dengan sang ayah berlangsung.
Zetta terkesan memaksakan diri. Dia tahu betapa jeniusnya otak seorang Arjuna Dewangga, dan demi Indie Music Festival dua pekan ke depan, Zetta rela menggadaikan jam tidur dan waktu bersantainya untuk mengalahkan sang juara bertahan. Ada harga mahal yang harus ia bayar demi sebuah kesenangan.
"Hoam." Zetta menguap lebar. Gadis itu merentangkan tangan, melakukan perenggangan pada sendi-sendinya yang kaku. Seperti mau rontok jika dibiarkan lebih lama lagi tanpa pergerakan.
Zetta terdiam beberapa saat. Tangannya terangkat memijat leher yang penat sedang matanya menerawang jauh menembus kaca jendela yang terbuka. Membawa angin malam masuk dan membelai pori-pori kulit kuning langsatnya. Bertepatan dengan suara pintu berderit parau. Daunnya berayun terbuka lalu disusul derap-derap pendek mendekati posisinya.
"Udah mau jam sepuluh, tidur gih habis ini," ujar Sarah seraya menaruh segelas susu cokelat di sebelah buku Zetta yang terbuka pasrah. "Dari tadi nggak ada istirahatnya. Kantung mata kamu sampai menghitam gitu."
"Sebentar lagi, Ma, nanggung." Zetta menyeruput susunya hingga tandas. Matanya melirik sang ibu yang masih setia menunggu. Menatapnya lamat-lamat. "Janji setelah selesai baca satu buku lagi aku tidur. Mama nggak usah khawatir."
Sarah bersandar pada tepian meja belajar putrinya. Ia belai singkat beberapa jumput anak rambut Zetta yang lepas dari ikatan ke balik telinganya. "Jangan terlalu memaksakan diri, Ze. Udah dari beberapa minggu ini kamu begadang terus belajarnya. Mama seneng kamu lebih giat belajar, tapi harus tahu waktu juga. Nanti yang ada kamu malah jatuh sakit. Nggak lihat berita, ada yang meninggal karena lembur dua puluh empat jam selama tiga hari tanpa istirahat?"
"Iya, Ma, tau. Tapi aku harus juara satukan, biar diizinin ke IMF?"
Sarah mendengkus, "Sebegitu inginnya kamu ke sana?"
"Sangat," balas Zetta mantap. Ia menarik buku yang lain. Membuka halaman pertama, Zetta langsung meringis melihat deretan kata. Apa Juna juga sebegini tekunnya belajar sampai ia bisa sejenius itu?
"Toh ujiannya tinggal besok doang. Habis itu aku bisa santai lagi. Jadi Mama nggak usah khawatir, oke? Aku 'kan kuat."
"Kalau Mama bilang nggak usah pergi, kamu bakal nurut?"
Zetta mengembuskan napas lelah. Ia memalingkan wajah dan menatap ibunya penuh permohonan. "Mah, please, kita udah berulang kali bahas inikan?"
"Yaudah terserah kamu," decak Sarah mengangkat bokong dari tepian meja. Menatap gemas sang anak yang keras kepala. "Mama tidur dulu. Jangan lewat jam sebelas belajarnya," tukasnya memberengut seraya menjangkau gelas kosong bekas susu tadi.
Tanpa menunggu balasan anaknya yang keras kepala, Sarah sudah melangkah pergi. Zetta menghela napas lega. Namun, tiba di lawang pintu, Sarah kembali berbalik membuat Zetta nyaris jantungan mendengar suara ibunya yang tiba-tiba. "Itu jendelanya ditutup. Angin malam nggak baik buat kesehatan. Nanti kam—"
![](https://img.wattpad.com/cover/207174993-288-k534148.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arzetta #ODOC [COMPLETED]
Teen FictionArzetta Qirani Akbar hanya menginginkan sebuah kebebasan. Namun, begitu kebebasan dalam genggamannya, Zetta tidak merasa lega. Ia justru merasa hampa dan kosong. Ia kehilangan banyak hal. Copyright © 2019 by Welaharmy_21 --- [Sedang Dalam Proses Rev...