Arzetta menatap punggung tegap Ares yang kian menjauh dengan seuntai senyum menghiasi wajah. Gadis itu mengangkat tangan, meletakkan telapaknya di atas dada. Degup itu masih terasa, dan Zetta tidak berencana mengenyahkannya. Semua tampak indah dan sempurna. Detak ini bukti nyata dari perasaannya pada Ares yang kian subur.
Bel yang memekik kencang membuat tumit Zetta berputar. Gadis itu kemudian memasuki ruang kelas dan menempati bangkunya.
"Zetta udah besar ya sekarang, udah berani pacar-pacaran."
"Malah pakai diantar sampai ke depan kelas lagi, biasanya juga jalan sendiri."
"Jangan lupa PJ, Zet! Nggak boleh pelit sama teman-teman sebangsa seperjomloan lo."
Tarik napas, embuskan.
Zetta berusaha mengabaikan suara-suara lebah itu yang berpotensi menyengat hatinya. Ia menulikan telinga dan membuka buku di atas meja selagi menunggu guru mereka tiba.
Ting ....
Satu notifikasi masuk dalam ponsel Zetta diikuti dentingan berikutnya yang tak berjeda. Dengan malas gadis itu merogoh saku rok, menarik ponselnya ke luar. Pop up line dari group chat-nya dengan Maura dan Gea terpampang di layar persegitu itu. Telunjuk Zetta mengetuk layar. Matanya menekuri tiap pesan yang berjajar.
Bebas :
Gege : Kita butuh penjelasan, Ze
Maumau : Lo nggak mau cerita knpa bisa bareng Ares?
Gege : Zettaaaaa
Gege : Zeeeeeee
Gege : Read doang gue doain nggak bisa baca lagi hayoo lo
Maumau : Jelek amat doa lo
Gege : Ya biarin
Zetta : Nggak sengaja ketemu depan kantor guru
Zetta : Trus sma dia diajakin ke kantin. Udah gitu doang
Gege : Gue curiga lo benerean fall in love sma buaya buntung satu itu
Zetta : Mau, temenin gue ke toilet, plis
Maura menatap punggung Zetta dengan kening berkerut. Tak biasanya Zetta minta ditemani ke toilet, dia yakin ada hal yang ingin sahabat pendiamnya itu bicarakan. Bersahabat nyaris enam tahun, membuat Maura mengerti Zetta dengan baik. Mungkin itu pula yang membuat Zetta lebih nyaman bercerita padanya ketimbang dengan Gea yang jutek dan suka asal bicara.
Bebas :
Maumau : Ayo, Ze
Gege : Ge nggak diajak? Tega!
Maumau : Lo tinggal aja. Sekalian izinin kita bedua ke toilet sebentar
Dua sahabat itu lantas bergegas meninggalkan kelas, mereka sempat berpapasan dengan Juna di ambang pintu tetapi tidak ada yang mereka ucapkan selain lemparan senyum mewakili sapaan.
"Jadi?" Maura melirik Zetta.
"Lo mau bantuin gue nggak?" tanya Zetta setelah menarik dan mengembuskan napas.
Kening Maura berkerut. Ia menghentikan langkah di tengah koridor yang lengang, menatap Zetta dengan sepasang alis saling bertaut. "Bantu apa?"
•••
Bel pulang baru saja berbunyi. Tak sampai lima menit, para murid berseragam putih-putih sudah berhamburan meninggalkan ruang kelas masing-masing. Suara mereka semua bersatu padu memenuhi tiap sudut Darma, lega dan semringah, sementara langit tampak murung diselimuti mega-mega kelabu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arzetta #ODOC [COMPLETED]
Teen FictionArzetta Qirani Akbar hanya menginginkan sebuah kebebasan. Namun, begitu kebebasan dalam genggamannya, Zetta tidak merasa lega. Ia justru merasa hampa dan kosong. Ia kehilangan banyak hal. Copyright © 2019 by Welaharmy_21 --- [Sedang Dalam Proses Rev...