✡06

6.2K 1K 104
                                        


Aku tidak lagi ingat kapan terakhir aku tidur dengan nyenyak. Bukan! Bukan itu sebenarnya, aku harus mengorek ingatanku kembali, sejak kapan aku merasa waspada dalam tidurku sendiri?

Aku tidak pernah merasa tenang dan menikmati satu-satunya sesuatu yang bisa membuatku lupa pada dunia yang kejam; tidur.

Mungkin tidur terlalu berlebihan untuk hidupku yang menyedihkan. Berada dalam keadaan nyaman hanya untuk dua jam pun dirasa mustahil. Dan semenjak pesan teror yang kudapatkan beberapa hari lalu. "Tidur" semakin jauh dari jangkauanku.

Mencoba membuka sedikit demi sedikit kejadian siang tadi. Penuturan polisi, kilasan cctv dan satu kalimat yang berputar layaknya kaset rusak dalam ingatanku.

Tidak ada tanda-tanda kekerasan selain luka sayatan pada pergelangan tangan Eunha. Beberapa cctv di periksa dan semakin memperkuat asumsi tim penyidik jika Eunha menyayat nadinya sendiri sesudah melepaskan seragam yang dikenakannya.

"Setelah apa yang dia lakukan padamu. Dia memang pantas mendapatkannya."

Kalimat Jungkook selalu menjadi akhir dari segala yang kulalui hari ini. Aku tidak tahu kenapa kalimat itu bisa membuatku berasumsi Jungkook bisa jadi pelakunya.

Kendati demikian, aku tidak bisa menghakiminya begitu cepat. Dia memang tidak ada di kelas saat aku menerima pesan Kematian Eunha. Tapi, Yoongi dan bebepa pria pun tidak ada, Jimin dan Namjoon juga.

Terlalu dangkal jika aku menuduh pelakunya salah satu murid dari kelasku. Ini bisa luas, karena mungkin saja seseorang dari kelas lain. Atau guru? Penjaga sekolah?

Kepalaku berdenyut nyeri karena asumsiku sudah melebar terlalu jauh. Tapi, tetap saja satu nama seperti bayangan yang kian membesar di dalam benakku.

Jungkook.





••





Hari ke dua setelah kepergian Eunha begitu tenang meski masih menimbulkan raut penuh tanya dari setiap siswa yang kini tengah melihat pada gerombolan geng dainty yang tersisa 4 orang gadis. Jimin dan Namjoon berada di antara mereka.

Tidak beda saat kepergian Minja. Geng dainty seperti tidak mengenal kata kehilangan. Mereka tetap tertawa dan bercanda dalam masa berduka. Kadang aku merasa kasihan, pertemanan mereka murni  terlahir dari rasa kebencian. Mereka berteman bukan karena butuh. Tapi mereka harus mencari sekutu untuk bertahan di sekolah antah berantah ini. Ketiga gadis yang tersisa tunduk pada satu gadis pemilik kuasa. Mereka yang bangga menyandang status sebagai salah satu anggota dainty, leluasa untuk mengatur apapun yang mereka mau. Tidak ada orang waras yang mau berurusan dengan gadis-gadis aneh itu.

Termasuk aku. Meskipun yang ingin menyentuhku adalah mereka sendiri.

Yoongi masih mempertahankan kebisuannya. Tidak mau menyapa bahkan bertatap mata.

Jungkook pun sama halnya, dia kembali tenang seperti semula. Semua kembali sama, mereka tetap mereka, dan aku yang masih menumpuk tanya. Apa ini semua terjeda atau berhenti begitu saja?



Bugh!



Sekotak kapur papan tulis tepat menghantam wajahku. Pelakunya Jinah, gadis itu bertepuk-tepuk tangan melihat wajahku yang... entahlah, mungkin setan atau sodoku yang mereka lihat di film-film horor lebih baik dari wajahku yang sekarang.

Ini akan dua kali lipat ku terima mengingat aku di liburkan untuk seharian penuh dari bully-an mereka kemarin.

Byurrrr!

Deviate✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang