✡20

6.9K 903 543
                                    


Byurrrr!




Jiwaku seolah baru saja ditarik kembali ke permukaan. Rasa basah dan dingin menyerang tubuhku saat sepasang netra kupaksa terbuka.

Nafasku terengah-engah, mengerjapkan mata beberapa kali demi menghalau pening yang membuat fokusku terganggu.

Mengangkat wajahku, aku menemukan sosok yang tengah tersenyum lebar menatapku dengan rasa puas tergambar pada wajahnya.

"Surprise!" katanya makin memperlebar senyumannya.

Pergelangan tanganku sakit lantaran diikat kuat di belakang punggung. Sepasang kakiku yang tertekuk juga diikat kuat. Tubuhku yang separuh basah duduk di lantai kasar yang dingin. Bahkan dinding dingin yang menempel pada punggungku membuat tubuhku sedikit bergetar karena kedinginan.

Aku menatapnya tajam, sosok yang selama ini bertindak semaunya. Menghantui kehidupanku dan berbaur bersama yang lainnya seolah dia tidak melakukan apa-apa.

"Kau!"

"Hai, Ji. Terkejut?" Dia mengedipkan matanya. Kedua lengannya dilipat di dadanya. Menarik kursi kayu dan duduk dengan santai dengan kaki yang bersilangan.

"Dasar gila!" Makiku dengan suara rendah. Leherku terasa ngilu lantaran manusia sinting ini menancapkan jarum dengan kasar sebelum aku pingsan tadi.

Tawanya menggelegar kesegala penjuru ruangan yang cukup besar ini. Tidak ada apapun kecuali kursi yang di dudukinya.

"Jadi kau yang membunuh mereka?" Serangku. Sumpah demi apapun, aku sangat ingin membunuhnya sekarang.

"Karena mereka memang pantas mati," jawabnya acuh. Tidak merasa bersalah sedikitpun.

"Kau sakit jiwa!"

Dia berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiriku. Berjongkok dan menatapku tajam.



Plak!



"Argh!" Ringisku saat tangan yang dia pakai untuk menampar pipiku, kini beralih menjambak suraiku kasar.

"Kau akan mati! Aku akan membuatmu merasa sakit hingga kau yang meminta padaku untuk membunuhmu segera." Wajahnya tepat berada di dekat wajahku.

Cuih!

Aku meludah mengenai wajahnya yang kini memerah menahan amarah. Dadanya turun naik dan menatapku geram.

"Dasar jalang!"



Plak!



Tamparan lebih bertenaga melesak begitu saja, memberi sengatan perih yang luar biasa pada pipi yang sama. Rasa darah tercecap di sudut bibirku.

"Di saat sekarat pun kau tetap saja sombong huh?!"

Aku menyeringai, menatapnya yang penuh angkara.

"Nyawamu berada dalam genggamanku sekarang, Bodoh! Kenapa kau masih berlagak di depanku?!"

"Aku tidak takut pada manusia sinting sepertimu—






















































Hwayoung."

Perempuan itu tergelak, melepaskan tarikannya pada rambutku. Masih berjongkok di depanku.

"Kenapa kau membunuh semua teman-temanmu?" tanyaku pada wanita gila di hadapanku.

"Karena aku benci mereka semua, mereka bilang teman. Tapi tega menusukku dari belakang," jawabnya santai.

Deviate✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang