Jungkook_Langit sedikit mendung di atas kepalaku, dan mataku masih betah memandangi makam yang sudah beberapa minggu tidak aku kunjungi.
Aku tidak menyangka dia akan pergi secepat ini. Apapun yang pernah terjadi di antara kami, aku masih menghormati dan menyayanginya. Aku cukup terpukul dengan kematiannya yang tragis. Demi melindungi seseorang yang dia sayangi.
Aku menghembuskan nafas panjang. Setelah ini aku harus menuju ke suatu tempat. Aku harus menemui seseorang untuk menebus rasa bersalahku selama ini.
Tapi sebelum itu, aku ingin menemui Jimin yang tengah berada di balik jeruji besi. Beberapa hari lagi dia akan menerima vonis hukuman mati. Untuk yang terakhir, aku ingin dengar semuanya, latar belakang dia bertindak gila seperti itu.
••
Sepanjang perjalanan, aku membiarkan netraku tertidur, dalam seminggu ini aku hanya bisa mencicip yang namanya tidur tidak lebih dari tiga jam sehari.
Dan sekarang aku tengah duduk di sebuah kursi kayu, menunggu Jimin.
Tak lama setelahnya, pria itu muncul dengan kedua tangan yang diborgol dan pakaian tahanan. Pria itu duduk di balik jendela kaca besar di hadapanku. Menatapku tanpa berniat mengeluarkan suara.
"Bagaimana keadaanmu?" tanyaku basa basi. Karena dari yang kulihat, dia baik-baik saja dan tidak menyesali perbuatannya.
"Apa pentingnya kabarku di saat beberapa hari lagi aku akan dihukum mati," cetusnya dingin.
"Kau takut?"
"Tidak sama sekali. Toh aku juga sudah membuat jalang itu sekarat."
"Kau menghancurkan wajahnya, dan dia tengah di luar negeri untuk operasi."
"Aku tidak peduli. Itu balasan atas apa yang sudah dilakukan pada Jiyeon-ku," sahutnya enteng. Sudut bibirku terangkat mendengar dia menyebut Jiyeon sebagai miliknya.
"Dan kau juga melakukannya pada Jiyeon." Serangku. Kejadian dia yang menusuk Jiyeon masih segar dalam ingatanku. Membuat hatiku teriris ngilu saat topik ini terbuka lagi.
"Aku tidak sengaja! Jiyeonku tiba-tiba saja menghalangiku!" Aksennya mulai meninggi dengan rasa penyesalan yang dalam.
"Tapi semua sudah terjadi," lirihku, aku kembali tercekat salivaku sendiri.
"Jiyeonku...." Matanya mulai meredup dengan air mata yang menggenang di pelupuknya.
"Dan kau juga yang membunuh Taehyung, kau terlalu terobsesi untuk memiliki Jiyeon. "
"Sudah terlalu lama aku memendamnya, aku sengaja masuk geng sampah itu untuk memanfaatkan jalang itu. Perempuan gila yang selalu menyakiti Jiyeon dengan kelakuannya! Aku tidak menyesal telah membuat wajah jeleknya rusak! Dia pantas mendapatkannya! Bahkan aku bisa mati dengan tenang sekarang setelah membuat jalang itu hancur dengan tanganku sendiri," tuturnya sungguh-sungguh. Aku bisa lihat dia merasa puas telah menghancurkan hidup Hwayoung.
"Kenapa kau terobsesi dengan Jiyeon?"
"Karena Jiyeon seperti malaikat untukku, dia pernah mengobati lukaku saat tahun pertama aku menginjakan kaki di sekolah aneh itu." Kini pandangannya seolah menerawang jauh, membuka kembali memori indah yang pernah dia miliki dengan Jiyeon.
"Dia tidak banyak bicara, tapi punya banyak cinta untuk orang terdekatnya. Aku telah lama memperhatikannya. Bahkan untuk Yoongi yang pernah hampir membunuhnya pun dia tetap menyayangi pria itu. Dia tidak melaporkannya pada polisi. Dan saat aku ingin membunuh Hwayoung, dia masih memohon padaku untuk tidak melakukannya. Itu yang semakin membuat aku jatuh cinta padanya."