Aku baru saja sadar jika tubuhku diangkat dan didudukan di atas meja. Jungkook masih menghanyutkanku dalam ciumannya. Tangannya membuka kakiku dan menempatkan dirinya di antaraku.Kepalaku pening. Mataku sedari tadi memejam. Aku lemah dan Jungkook semakin mendorongku ke tepi kewarasan. Lidahnya membelit lidahku dan menghisapnya ke dalam mulut. Aku rasa ini sudah terlalu lama, bibirku sedikit perih dan aku kesulitan untuk meraup oksigen lantaran bibir Jungkook masih gencar bermain pada bibirku. Aku semakin panik saat tangannya naik dan kini mencapai permukaan dadaku.
Brak!
Tautan terputus seketika. Aku dan Jungkook pun menoleh pada pintu yang seperti baru saja ditutup.
Aku terengah-engah, dan kulihat Jungkook juga sama. Panas merambat pada kedua pipiku saat rasa basah di permukaan bibirku menyadaraknku dari buaian ciuman panas Jungkook. Dan rasa telapak tangan Jungkook yang tadi menyentuh dadaku masih terasa nyata.
Matanya menatapku, dan ini terjadi lagi. Pandangannya seolah mendorongku menjauh setelah tadi seakan menjeratku dan tidak melepaskanku lagi.
Aku merasa dia menginginkanku dan tidak ingin berada di dekatku. Aku bingung. Jungkook bisa berubah hanya dalam hitungan detik. Dia tetap saja mengurungku kedalam ketidaktahuan yang dia ciptakan.
Dan saat Jungkook melangkah mundur, aku merasa kosong. Dia pergi dan meninggalkanku sendiri di gudang. Posisinya tadi kini diisi oleh angin yang mengejekku. Aku benci diriku sendiri!
Hanya Jungkook yang membuatku merasa jijik pada diriku sendiri—berkali-kali!
Aku turun, perasaanku kacau. Tapi aku masih membenahi penampilanku yang sedikit berantakan. Aku mengulang kunciran rambutku yang sempat dirusak tangan Jungkook.
Jungkook tetap tidak menjelaskan apapun. Dia mengakhiri konversasi dengan mulutnya. Apa aku begitu murah?
Apa dia mengerti jika aku merasa seperti pelacur sekarang?
Setiap kali dia ingin menciumku, aku tidak bisa melawan.
Aku membiarkan dan aku menangis setelah dia berbuat begitu.
Dan lebih dari apapun—aku sangat membenci diriku yang membiarkan Jungkook berlaku seperti itu.Kakiku melangkah ragu menyusuri koridor. Rasanya aku ingin untuk melewatkan jam pelajaran sekarang. Tapi, aku sudah beberapa kali tidak mengikutinya. Aku tidak ingin terlibat apapun mengingat ini adalah tahun terakhirku di sekolah antah berantah ini. Aku harus bertahan sedikit lagi.
Pintu terbuka lebar seperti biasa, itu berarti Kang saem belum berada di kelas. Aku berjalan masuk dan mengulum bibirku ke dalam saat pandangan semua murid tertuju padaku. Aku berusaha se—biasa mungkin. Jalan dan duduk di kursi paling belakang.
Semua sudah mengisi kursi masing-masing, Jungkook berada pada tiga kursi di depanku. Aku hanya meliriknya sekilas. Aku tidak akan menggubrisnya.
Baru saja aku merasa sedikit nyaman pada dudukku, Kang saem masuk langsung menatapku bergantian pada geng dainty.
"Kalian yang terlibat kejadian saat di rooftop kemarin, diminta untuk menemui tim penyidik di ruang konseling," ujarnya dengan ekspresi tidak suka. Aku mengerti, kang saem tidak suka mengajar jika ke tiga murid yang menepati posisi teratas pada mata pelajarannya tidak berada di kelas selama jam pelajaran berlangsung; Jungkook, aku dan Yoongi.
Tanpa disuruh dua kali. Hwayoung dan teman-temannya langsung berdiri dan berjalan keluar kelas. Aku membiarkan Yoongi dan Jungkook keluar terlebih dahulu. Dan aku akan menjadi yang terakhir menuju ruangan konseling. Aku hanya malas berada di antara mereka.
Sesampainya di ruangan, kursi kosong yang tersisa hanya berada di antara Yoongi dan Jungkook. Aku menyesal membiarkan mereka berjalan terlebih dahulu.
