✡19

5.2K 882 168
                                    


Dan di sinilah aku sekarang. Di depan makam Taehyung. Dengan seikat bunga anyelir putih dalam genggamanku.

Aku masih belum bisa menghentikan air yang mengalir dari pelupuk mataku. Ini cukup berat dan aku masih saja menyalahkan diriku atas ini semua. Aku cukup yakin aku adalah seorang yang sangat senang berbuat dosa di kehidupan sebelumnya.

Dan yang disebut orang-orang "Tuhan" mengutukku dengan hidup seperti ini sekarang.

Waktu terus bergulir, satu perpersatu pergi meninggalkan aku yang masih menatap sendu makam Taehyung. Rasa sesal dan kesedihan teramat dalam membuat kakiku terpaku di atas tanah yang basah sehabis hujan. Pakaian serba hitam pun tidak mampu menghangatkan tubuhku kala udara semakin dingin mengitariku.

"Aku ingin kau kembali," lirihku dengan suara parau yang tidak kukenali.

"Kau seharunya membiarkan aku yang mati."

"Kau seharusnya tidak pernah mengenal perempuan sepertiku."

"Seharusnya kau tidak baik padaku."

"Aku—" aku kembali tercekat dan mengeluarkan air mata yang dengan susah payah kutahan. "Aku minta maaf, Tae."

Bahkan seribu maaf tidak akan membuatku lega. Tidak akan mengurangi rasa penyesalanku. Aku akan memaafkan diriku jika Taehyung kembali hidup.




Unknown
Sampai kapan kau akan berada di sana?
Sudah cukup, Baby! Dia pantas mati karena mencoba memilikimu.




Bajingan sinting!

Aku bersumpah akan membunuhnya sebelum dia membunuhku!

Aku mengedarkan pandang ke sekeliling pemakaman. Udara lembab sehabis hujan ditambah mataku yang sedikit mengabur lantaran lama menangis membuat pandanganku sedikit terganggu.

Tidak menemukan siapapun, aku menghela nafas berat. Menengadah keatas, langit pukul lima sore lebih gelap dari biasanya. Awan kelabu menggumpal hingga warna cerah hanya menyeruak di celah-celahnya.

"Apa kau sudah sampai di sana?" tanyaku masih menatap langit. "Tenanglah, dan tunggu aku."






••





Dua hari telah berlalu semenjak kepergian Taehyung. Dunia masih sama, mereka tetap melanjutkan aktivitas seakan kepergian adalah hal yang biasa. Iya—dulu saat melepaskan ayah. Dunia juga tidak peduli jika isinya berkurang satu.

Kakiku berhenti di depan loker, sebuah benda jatuh dan refleks langsung kusambut saat pintu loker kubuka.

Aku mengerinyit lantaran menemukan banyak makanan dan beberapa botol jus di dalam loker. Roti, beberapa susu coklat dan jus jeruk memenuhi loker.

Aku meletakkan kembali roti ke dalam lokerku.

Aku memang lapar, tapi aku tidak mau rasa laparku membuatku menemui ajal lebih cepat sebelum aku membunuh bajingan ini.

Bisa saja dia menaruh racun di makanan dan minuman ini seperti yang dia lakukan pada Sooji.

Tanganku naik dan meraih buku yang kuperlukan untuk pelajaran Kim saem pagi ini. Lalu aku membawa tubuhku ke kelas segera.

Saat tungkaiku memasuki kelas, mata Hwayoung menatapku aneh. Aku tidak mau ambil pusing, mengabaikannya dan terus berjalan menuju kursi. Aku tidak akan melayani perempuan gila itu.

Tubuhku melewati Yoongi yang menatapku sendu. Aku masih menyayanginya setelah apa yang kuterima dari perbuatannya. Bagaimana pun dia pernah begitu dekat layaknya saudara untukku. Dan aku tidak menyesal karena tidak melaporkannya pada polisi. Aku masih berharap Yoongi bisa lepas dari aliran sesat yang ia yakini.

Deviate✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang