✡17

5.1K 859 144
                                        


Taehyung menggiringku masuk ke dalam cafe, hingga netra ku menemukan gadis yang tengah kucari saat datang ke sini. Bersyukur saja mereka masih menjadikan meja nomor 6 yang terletak paling sudut dan diapit jendela kaca pada samping dan belakangnya.

Tanpa berpikir lama, aku langsung menuju mereka setelah melepas pegangan Taehyung di tanganku.

"Jinah, apa kau baik-baik saja?" Aku sedikit panik, memegang kedua bahunya dan meneliti sekujur tubuhnya yang tampak baik-baik saja.

Jinah menatapku bingung dan sedetik kemudian, tanganku ditepis kasar olehnya. "Jauhkan tanganmu dariku."

"Aku harus memberitahumu. Kau harus dengarkan aku."

Dia kembali menepis tanganku, menolak ajakannku untuk menariknya keluar dari cafe. Karena sangat tidak aman untuk memberitahunya dalam keadaan yang ramai seperti ini.

"Apa-apaan kau!" Hwayoung menarikku menjauh dari Jinah yang masih kebingungan.

Aku menghentak kasar cekalannya. "Dengar! kalian berdua dalam bahaya. Peneror itu mengincar kalian," tuturku penuh penekanan, dan mataku beralih pada Jinah. "Dan kau yang selanjutnya."




Plak!




Rasa panas dan sedikit perih menerpa pipi kiriku. Tidak cukup dengan tamparan, Hwayoung mendorong dan menyudutkanku pada jendela kaca. Aku meringis saat punggungku membentur permukaannya.

"Brengsek kau! Kau, 'kan yang melakukan ini semua?!" Makinya di depan wajahku. Tangannya mencengkeram rahangku kuat.

"Listen to me bitch! you're next!" Aku masih memperingati. Gila memang berurusan dengan perempuan ini. Tapi hati kecilku masih tergerak untuk menyelamatkan yang tersisa.

"Stop wasting my time!" pekiknya masih tidak mempercayaiku.

"You will die at the hands of that bastard if you ignored my warning." Bisa kulihat pancaran matanya mulai mempercayai peringatanku. Jika otaknya masih bekerja dengan baik, dia akan bertindak normal dan tidak menyalahkanku lagi."I really mean what I say."

Setelah ucapanku yang terakhir, Taehyung langsung menarik Hwayoung menjauh dariku. Mengambil lenganku dan membawaku keluar dari cafe.

Disela langkahku, aku berharap mereka mempercayaiku dan segera mencari perlindungan sebelum bajingan sinting ini berhasil melakukan rencana bejatnya.

"Jiyeon, apa yang terjadi sebenarnya?" Cerca Taehyung setelah kami berhenti di tempat pria itu memarkirkan mobilnya.

"Kau... kenapa akhir-akhir ini kau selalu berada di sekitarku?" Aku menantang obsidian elang miliknya. Jujur saja, ada sedikit rasa curiga pada Taehyung. Dan semua orang tidak pernah bisa kupercaya sekarang. Aku tidak mau mengambil resiko lagi dengan satu kata—percaya.

"Apa maksudmu?" Kerutan samar tercetak pada dahinya.

"Kenapa kau selalu muncul di hadapanku?"

"Apa itu sebuah masalah?"

"Mungkin tidak bagimu." Sinisku.

Taehyung merundukan sedikit tubuh tegapnya. Berhadapan langsung denganku yang masih tidak bergeming dari pijakan kendati wajahnya begitu dekat dengan wajahku sekarang. Sensasi yang sangat familiar kurasakan.

"Bisa kuasumsikan. Kau dalam masalah, dan mencurigaiku sebagai bentuk protektif diri?" Aksennya rendah, ini juga pernah kualami sebelumnya. Permukaan yang tenang dan aku tidak pernah tahu semengerikan apa pusaran di balik permukaan yang tenang seperti ini.

Deviate✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang