BOM (bahasa korea) artinya
MUSIM SEMI.---
Gadis itu menundukkan kepalanya. Menumpahkan segala kesedihan di halte bus yang sedang sepi. Dua hari lalu ia baru saja kehilangan kedua Orangtuanya. Dan itu membuat gadis bernama Jeon Jinha merasa bahwa semangat hidupnya telah hilang.
Tuhan begitu cepat merenggut orang-orang yang disayanginya. Namun, Jinha sedikit bersyukur bahwa Tuhan menyisakan seseorang untuk menemaninya menjalani hidup. Jeon Jungkook. Kakaknya.
"Maaf, apa kau menangis?"
Suara itu membuat Jinha langsung menghapus jejak air matanya. Jinha mendongak. Di dekatnya saat ini ada seorang lelaki jangkung sedang tersenyum padanya.
"Kau... menangis, ya?"
"Eo?! Tidak. Aku hanya sedang menikmati lagu saja." Jinha menunjukan earphone yang sedang ia gunakan. Sebenarnya Jinha tidak mendengarkan lagu, karena lagunya ia pause. Namun, karena tidak ingin siapa pun tahu bahwa ia sedang menangis, Jinha terpaksa berbohong.
"Astaga, terbawa suasana?"
Jinha tersenyum simpul dengan kepala mengangguk.
Lelaki asing yang belum pernah ditemuinya itu duduk di sebelahnya. Atensi Jinha masih tertuju pada lelaki itu. Seragam yang dikenakannya berbeda dengan milik Jinha, yang berarti lelaki itu berasal dari sekolah lain.
"Musim semi yang begitu indah, aku suka musim semi. Apa kau juga suka?"
Mata lelaki itu beradu tatap dengan mata milik Jinha. Keduanya saling berkontak mata untuk beberapa detik hingga pada akhirnya Jinha lah yang memutuskan kontak mata itu.
"Aku—aku menyukai musim semi," balas Jinha.
"Eo! Sebentar, ya."
Jinha diam di tempatnya. Ia sedikit terkejut karena lelaki tak dikenalnya itu sedikit mendekatkan diri padanya. Entah apa yang akan dilakukan lelaki itu pada kepalanya.
"Ada bunga sakura tersangkut dirambutmu, hufft." Lelaki itu meniup bunga sakura yang baru saja diambil dari kepala Jinha.
Karena tak mau terlihat bahwa sedang gugup, Jinha langsung merapikan rambutnya agar tidak ada bunga sakura yang tersangkut lagi.
"Kalau dilihat-lihat ..." Lelaki itu menggantungkan kalimatnya. Wajahnya sedikit dimajukan, membuat Jinha perlahan memundurkan wajahnya. Mata lelaki itu menyorot intens matanya.
"Kau sama seperti bunga sakura yang sedang bermekaran, cantik." Lelaki itu tersenyum ceria.
Jantung Jinha yang tadinya sudah berdetak cepat semakin berdetak cepat lagi setelah lelaki itu menyambung kalimatnya.
Mimpi apa Jinha bisa bertemu dengan lelaki semacam orang disebelahnya?
"Te─terima kasih," balas Jinha kikuk. Ingin rasanya Jinha pergi dari halte ini. Jika berlama-lama lagi, entah apa yang akan dikatakan lelaki itu selanjutnya. Jangan sampai Jinha terbawa perasaan.
"Kau sekolah di Bighit?"
Jinha mengangguki pertanyaan itu.
"Apa kau juga mengenal Choi Soobin?"
"Te—tentu saja, salah satu siswa terdisiplin."
"Kau tahu? Dia sahabatku dari kecil, kami berbeda sekolah, karena setelah kelulusan sekolah menengah, Soobin pindah tempat tinggal," jelas lelaki itu.
Jinha mengangguk paham.
"Oh iya, perkenalkan, namaku Choi Yeonjun. Kau boleh memanggilku Yeonjun."
Lelaki itu mengulurkan tangannya. Dengan cepat, Jinha berjabat tangan dengannya.
"Jeon Jinha."
"Jinha, namanya unik. Aku menyukainya," ucap Yeonjun setelah melepas jabatan tangan mereka.
Jinha tersipu malu. "Terima kasih."
Yeonjun tersenyum. "Jinha-ya," panggil Yeonjun.
"Ada apa?"
"Rumahmu berada disekitar sini?"
"Eo? Tidak, tadi aku sengaja turun di halte ini karena tidak ingin dulu pulang ke Rumah," jawab Jinha, sedikit ada benarnya.
Jinha memilih turun di halte ini karena ia ingin menumpahkan kesedihannya, ditambah halte yang sedang sepi membuat Jinha lebih leluasa untuk menangis.
Yeonjun mengangguk, lalu ia beranjak. "Baiklah, aku harus cepat pulang. Kalau begitu aku pergi dulu, hati-hati, ya" ucapnya pada Jinha, yang membuat gadis itu kebingungan.
"Tidak naik bus?"
Yeonjun menggeleng. "Rumahku ada di sana." Yeonjun menunjuk depan. "Cukup dekat," lanjutnya.
"Tapi ... kenapa kau diam di halte ini dulu?"
Yeonjun tersenyum lagi. "Karena aku melihatmu. Aku kira kau sedang menangis, bersedih, karena kulihat bahumu bergetar."
"Baiklah, sampai jumpa." Yeonjun melambaikan tangannya. "Jangan terus mendengarkan lagu yang kesannya menyedihkan, coba dengarkan lagu hip-hop saja," jelas Yeonjun sebelum melangkah.
Jinha hanya menganggukkan kepala.
Setelah itu, barulah Yeonjun benar-benar pergi meninggalkan halte dan juga Jinha.
Mata Jinha terus memperhatikan kepergian Yeonjun. Lelaki itu melangkah dengan ringannya. Seperti tak ada beban. Hingga tiba-tiba, Yeonjun berjongkok untuk mengambil bunga sakura yang gugur. Dan membalikkan badannya menghadap halte.
Yeonjun meniup bunga sakura seperti yang dilakukannya tadi. Kemudian melambaikan tangan ke arah Jinha dengan senyum ceria tercetak diwajahnya sebelum akhirnya kembali menghadap depan dan melanjutkan langkah.
🌸🌸
Mata Jinha menatap sendu ke jalan yang selalu menjadi jalur pulangnya Yeonjun. Bunga-bunga sakura yang berjatuhan akibat tertiup angin, kini tergantikan oleh daun-daun kering yang berguguran.
Bulan ini telah memasuki musim gugur di Korea Selatan.
Setetes air mata jatuh membasahi pipi gadis itu. Saat ini, Jinha terduduk sendirian di halte tempat dirinya dan Yeonjun bertemu untuk pertama kali.
"Sepertinya ... Tuhan ingin membuatku terus bersedih. Terbukti bahwa orang-orang yang aku sayangi selalu pergi pada akhirnya, meninggalkanku sendiri."
---
Hati-hati membacanya, karena mungkin akan ada typo dan kesalahan lain
(╥﹏╥)Happy reading 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 1. BOM
Fanfiction❝͏Terima kasih karena telah menemaniku selama musim semi, Choi Yeonjun.❞͏