Selamat membaca~
---
Jinha terdiam di kasur. Gadis itu sudah sampai di rumah. Setelah membersihkan diri, Jinha memutuskan untuk segera tidur dan berbaring di kasurnya.
Namun, sekuat apapun ia berusaha tertidur, matanya justru tak mau terlelap. Akhirnya, Jinha memilih untuk menatap langit-langit kamar yang berwarna putih dengan lampu yang tertempel.
"Yeonjun-ah," gumam Jinha. Matanya mendadak berkaca-kaca saat mengingat bahwa dirinya lebih beruntung daripada Yeonjun. "Ternyata ucapanmu benar, lebih baik meninggal daripada ditinggal."
🌸🌸
"Sebagai seorang teman, aku ingin meringankan bebanmu. Ikut memikul beban yang selalu membuatmu bersedih, Jinha-ya."
Jinha terdiam, matanya terus menatap mata Yeonjun. Ia bingung harus menceritakan semua pada Yeonjun yang baru saja berteman dengannya. Bukan tidak percaya bahwa Yeonjun pendengar yang baik, hanya saja Jinha tidak ingin membagi kesedihannya, Jinha tak mau orang-orang mengasihaninya.
Yeonjun menekuk alis bingung saat Jinha tiba-tiba menitikkan air mata.
"Aku tak punya orangtua. Ayah dan ibuku meninggal karena kecelakaan, dan itu terjadi beberapa hari lalu sebelum akhirnya aku bertemu denganmu." Jujur Jinha. Gadis itu menutup matanya, sekuat apapun ia menahan tangis, pada akhirnya tangis itu pecah juga.
Yeonjun yang mendengar kejujuran Jinha pun langsung tersentuh. Lantas ditariknya Jinha ke pelukan hangatnya. "Jadi tebakanku saat kita bertemu benar? Kau memang sedang menangis?" tanya Yeonjun.
Jinha mengangguk dalam dekapan Yeonjun.
"Tapi kenapa kau berbohong, eo?" tanya Yeonjun lagi.
"Aku tidak mau orang-orang mengasihaniku. Hiks."
"Kenapa?"
"Intinya tidak mau," balas Jinha tegas. "Bukankah Tuhan jahat padaku? Dia merenggut nyawa kedua orang yang aku sayang," ucapnya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 1. BOM
Fanfiction❝͏Terima kasih karena telah menemaniku selama musim semi, Choi Yeonjun.❞͏