First Look: Act

25.4K 3.2K 862
                                    

Bagaimana ya aku harus memulainya? Aku tidak terbiasa memulai sebuah cerita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bagaimana ya aku harus memulainya? Aku tidak terbiasa memulai sebuah cerita. Tapi yang pasti, aku punya kenangan manis hari ini bersama pacarku, Johnny Senjakala.

Hari ini Johnny mengajakku pergi ke Dufan. Tentunya tidak di hari libur karena kami sama-sama ogah mengantre. Tapi kebetulan kami tidak ada jadwal kuliah hari ini, jadi bisa pergi sesukanya bersama.

Sebagai seorang pacar, Johnny benar-benar bertindak sebagai pacar idaman semua orang. Tidak hanya fisiknya yang rupawan dan membuat orang-orang iri melihatku jalan dengan Johnny. Tapi juga karena perlakuannya yang manis, dan begitu lembut padaku. Johnny tidak pernah melepaskan genggamannya pada tanganku. Dia terus memastikan supaya aku tidak jauh darinya.

"Kala, naik itu. Mau, kan?"

Aku menggeleng ketika melihat wahana roller coaster yang sedang melaju cepat, bersamaan dengan suara teriakan orang-orang yang naik. Mendengarnya saja membuatku merinding. Secara spontan aku mengeratkan genggaman tanganku pada Johnny.

"Takut," jawabku sedikit merinding.

"Enggak apa-apa, Kala. Kan seru."

"Enggak mau. Aku beneran takut," kataku tanpa dibuat-buat.

Kudengar Johnny tertawa ringan dan mengangguk mengerti. "Ya udah. Kita cari wahana lain aja."

"Kalau kamu mau naik, nggak apa-apa. Aku bisa nunggu di sini."

"Enggak lah. Masa iya aku biarin pacar nunggu? Mending kita cari wahana lain aja yang nggak bikin kamu takut."

Johnny membawaku menjauh dari wahana roller coaster itu. Dia menepis keinginannya untuk naik wahana itu, hanya untuk membuatku nyaman. Wow. Ya, wow. Johnny benar-benar pacar idaman yang mementingkan kenyamanan pacarnya, daripada mengikuti keinginannya sendiri.

Kami naik bianglala. Wahana yang paling aman untukku dan juga Johnny. Melihat pemandangan Dufan dari ketinggian bianglala, dan mengobrol bersama jauh dari mata orang-orang yang memandang kami.

Rambutku yang panjang terus tertiup angin, sampai membuatku harus menyingkirkannya supaya bisa tidak menghalangi pemandangan. Johnny yang peka pun merapikan helaian rambutku supaya diam dan tidak tertiup angin. Menguncirnya dengan ikat rambut yang sudah aku keluarkan dari tas.

"Nah, kalau gini kan nggak ribet," katanya yang kemudian mengelus suraiku lembut.

Aku tersenyum mendapat perlakuan yang begitu manis dari Johnny. Sudah cukup lama kami pacaran, tapi tidak pernah terbiasa dengan perlakuan manisnya.

Johnny mengelus suraiku, sambil terus berbicara dan mengeluarkan lelucon andalannya. Tentu saja aku tertawa karena lelucon yang Johnny buat. Bukan karena dia pacarku, ya. Tapi karena Johnny memang orang yang sangat lucu.

Kami pergi makan setelah cukup lama berkeliling naik wahanaㅡyang tentu saja aman bagiku, karena aku takut naik wahana ekstrim.

"Kala, aaaa."

Best BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang