2. Adanya Rencana

16.4K 2.2K 583
                                    

Jangan lupa dukungannya, Yorobun 💚
Biar aku makin semangat 💚

Jangan lupa dukungannya, Yorobun 💚Biar aku makin semangat 💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaimana kalau kita flashback sebentar?

Jika diingat apa yang terjadi awal semester satu ketika kuliah baru dimulai, rasanya tidak ada yang spesial. Tetapi begitu membekas di hati Adriana.

Hal kecil yang penting, tetapi hampir tidak pernah dilakukan oleh Adriana selama ini adalah membawa payung ketika hujan. Adriana tahu kalau sekarang musim hujan sudah mulai datang dan hampir setiap hari akan hujan yang membuat aktivitasnya terhambat. Salah satunya adalah saat Adriana ingin pulang, tetapi dia malah terjebak hujan.

Adriana mengembuskan napas berat ketika melihat hujan deras yang mengguyur kota selama dua jam tanpa henti. Saat hujan mulai melancarkan aksinya, Adriana sedang ada kelas terakhirnya hari itu di semester satu. Dia pikir, hujan akan berhenti setelah kelasnya selesai. Namun, hujan bertahan lebih lama. Seolah betah dengan aksinya yang ingin membasahi bumi.

Sekarang Adriana harus sabar menunggu hujan sampai reda di depan gedung fakultas. Adriana ingat sekali kalau ayahnya selalu mengingatkan agar sedia payung sebelum hujan. Tetapi Adriana sangat malas membawanya, sampai akhirnya dia tidak pernah melakukannya. Karena rasa malasnya itu, Adriana harus rugi karena tidak bisa pulang dan menerobos hujan tanpa payung.

Perlahan-lahan, hujan mulai lelah melakukan aksinya. Hujan tidak sederas sebelumnya. Kini hanya gerimis-gerimis mengundang yang masih bisa Adriana terobos sampai halte. Adriana memeluk tasnya dan bersiap untuk menerobos gerimis agar dia bisa segera pulang.

Adriana sudah tidak bisa lebih lama lagi di kampus karena hari ini ulang tahun ayahnya. Jadi, Adriana harus tiba lebih cepat ke rumahnya.

"Eh, bentar-bentar."

Suara yang ditujukan pada Adriana itu berhasil membuatnya berhenti melangkah. Adriana menoleh ke sumber suara untuk memastikan kalau suara itu memang ditujukan padanya. Tepat setelah ia menoleh, Adriana menemukan lelaki tinggi menjulang yang tadi sekelas juga dengannya.

Lelaki yang menjadi pusat perhatian satu kelas karena tingginya yang membuat dia menjadi orang paling menonjol di kelas. Lelaki yang tadi di kelas menyapa hampir semua orang yang ada dan mengajaknya berkenalan. Adriana juga termasuk orang yang diajaknya berkenalan dan tentu saja dia ingat nama lelaki yang ada di sampingnya.

Johnny Senjakala. Itulah nama lelaki jangkung yang terkesan manis dan menciptakan kedamaian di hati ketika mendengar namanya.

"Bareng. Mau pulang, 'kan?"

Adriana mengerjap. Ia sedikit tidak terbiasa mendengar cara bicara Johnny padanya. Bukan karena Johnny bicara sembarangan atau terkesan menyebalkan. Melainkan karena Johnny bicara seolah ia sudah akrab saja dengan Adriana.

Belum sempat Adriana memberikan komentar, Johnny mengeluarkan payung dari tasnya, lalu membukanya dan ia gunakan untuk melindungi dari hujan. Tidak hanya digunakan untuknya, Johnny juga memayungi Adriana dengan payungnya.

Best BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang