MAMD-3

6.3K 519 63
                                    

Pemandangan danau yang indah, udara yang sejuk dan masih bersih menyambut mereka. Rasa lelah setelah 4 jam melakukan perjalanan tadi, hilang seketika. Udara segar yang mengisi paru paru terasa sampai ke otak. Benar benar detox alami untuk jiwa raga yang tengah lelah.

Meluruskan pinggang setelah pegal duduk terus, Ara berjalan mendekati ujung tebing yg diberi pagar besi sebagai batas menuju ke arah danau. Tebing itu tidak curam, tapi banyak pohon pohon dan semak liarnya.

"Cantik!"

"Eh ..."

"Iya, cantik kan? Selalu suka lihat pemandangan ke danau dari sini." Damar sudah berdiri tepat di samping Ara. Bahkan bahu Ara bersentuhan dengan lengan Damar

Ara mendongakkan kepala menatap gemas wajah Damar dari samping. Tinggi Ara memang hanya sebatas bahu Damar.
'Apa sih ni orang, mepet banget! Klu aku sampe pingsan kena serangan jantung gimana? Situ mau, kasi nafas buatan? Aku sih gak nolak.' Dumel Ara dalam hati sambil bergeser sedikit memberi jarak. Dia harus menyelamatkan jantungnya.

Damar yang tidak mendapatkan respon apapun dari Ara, menunduk menatap wajah Ara.
Tiba tiba dirangkulnya bahu Ara dan menariknya agar mendekat.

"Dulu, tebing ini tidak diberi pagar seperti ini. Setiap mau ke danau, aku dan Danisha sering mengambil jalan pintas dengan cara menuruni tebing ini. Hingga suatu hari, Danisha tersandung akar kayu saat kami berlomba lari mencapai danau. Kakinya terkilir, luka disana sini dan dagunya sobek. Akhirnya tebing ini dipagar, biar gak kejadian lagi." Cerita Damar sambil menatap kosong ke arah danau.

Ara mendengarkan dengan tidak fokus.
'Ya Tuhaaan ...! Gimana mau fokus coba?'
Ara mengangguk saja, bingung mau berkomentar apa, selain otaknya yg tiba tiba melemot, jantungnya juga saat ini sedang dalam kondisi tidak baik baik saja. Menghembuskan nafas kasar, Ara berdehem menarik perhatian Damar. Memberinya senyum dan segera berpamitan dengan alasan ingin membantu Airina memindahkan barang barang dari mobil ke dalam vila.

Ara mendapati Danisha masih berkutat di bagasi mobilnya.

"Abang Lu kenapa sih, Sha? Suka banget bikin gue baper. Kalau Gue sampe cinta lagi gimana?"

"Bukannya emang masih?" Danisha melirik Ara yang berdiri bersandar di badan mobil dengan wajah jutek.

"Mana ada! Gue udah lama move on yaa ...!" Ketus Ara.
Danisha hanya mengedikkan bahunya, mengeluarkan tas terakhir dari bagasi mobil, menutup bagasi kemudian mengajak Ara masuk ke dalam vila.

"Lu gak percaya?" Ara tak terima.

"Apa sih?" Shafa yang baru turun dari lantai 2, penasaran karena melihat wajah Ara yang cemberut.

"Temen lu tuh, lagi galau!" Ketus Danisha sambil lalu.

®®®®®®

Liburan kali ini mereka menginap di vila keluarga Dewanto, karena masing masing keluarga membawa anggota keluarganya lengkap, jadi butuh kamar yang lebih banyak.
Tiga kamar untuk masing masing orang tua dan dua kamar lagi untuk anak perempuan dan anak laki-laki.
Awalnya Damar berencana tidur menggunakan extra bed di kamar orangtuanya, tapi karena ternyata Ammar, adik semata wayang Shafa ikut menyusul bersama sepupu mereka, maka bertambahlah jumlah anak laki laki yang ikut meramaikan acara liburan kali ini. Tentu saja Damar senang mendapat tambahan teman.

Maaf, Aku Memilih Dia! (Tamat Pindah Ke DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang