MAMD-4

5.6K 493 37
                                    

Pagi ini udara terasa lebih dingin daripada tadi malam. Sisa sisa hujan subuh tadi, masih menetes didedaunan. Rencana pagi ini akan turun ke danau terpaksa dibatalkan karena awan pun masih tampak mendung.

"Nah, ini dia yang ditunggu udah bangun!" Papa Danisha menyapa Danisha, Shafa dan Ara.

Di meja makan telah berkumpul Dewanto, Donni, Shafri dan Damar. Airina dan Amira tampak sedang berkutat di dekat kompor.

"Eleeh ... Papa pasti pengen minta dibikinin kopi sama Ara, kan?" tuduhan Danisha tepat sasaran.

"Hahaha! Tau ajaa! Gih, bantuin Ara bikin kopi, sekalian kamu belajar, nanti di rumah bisa bikinin untuk Papa."

"Males ah, percuma ada Mbok Ninik dong, kalau Sha juga yang kerja."

"Kamu sih emang gak bisa apa apa!" ledek Damar sambil mencebik

"Biarin, wleek!" Danisha menghampiri Dewanto dan memeluknya dari belakang.

Semua yang ada di dapur tertawa menyaksikan tingkah dua kakak beradik itu.

"Ayah teh susu aja ya Ra!"

"Siap, Yah! Om Shafri, kopi atau teh?"

"Karena kopi udah sering, sekarang pengen nyobain teh susu  buatan Ara deh."

"Oke siaap, Om!"

Ara bergegas menuju pantry dapur. Menyapa duo Mama yang sedang mengolah nasi goreng untuk sarapan.

Ara menyiapkan bahan bahan untuk membuat teh dan kopi susu di meja pantry. Air panas yang baru mendidih sudah tersedia di termos tidak perlu dipanaskan lagi. Sesaat akan menyeduh teh ...

"Aku kok gak ditanya mau apa?"
Damar tiba tiba sudah disamping Ara sambil menyandarkan tubuhnya di meja pantry. Dua tangannya bersedekap didepan dada.

"Bukannya udah ada teh manis tuh ?" Ara menunjuk teko teh manis yang telah tersedia di meja dengan gerakan kepalanya.

"Gak mau teh, aku mau kopi seperti tadi malam. Enak banget, bikin nagih! Buatin ya?" Damar membujuk sambil menaik turunkan alisnya.

"Kamu itu, Dam! Gangguin Ara mulu dari kemarin." Dinda yang baru keluar dari toilet dapur menyela saat Ara baru saja hendak menjawab permintaan Damar.

"Danisha boleh ditukar dengan Ara gak Ma? Soalnya Ara lebih rajin, banyak pinternya lagi!" sengaja Damar bicara agak keras untuk menggoda Danisha.

Danisha sontak membelalakkan matanya. Dewanto dan yang lainnya tertawa melihat kedua kakak beradik itu yang selalu saling ejek.

Ara tersenyum masam saja menanggapi perkataan Damar, ia sudah kebal. Ara sudah meyakinkan dirinya bahwa Damar hanya menganggapnya sebagai adik, tak lebih. Kalaupun ada perlakuannya yang manis kepada Ara, pastilah karena rasa sayang yang sama seperti sayangnya pada Danisha. Lagipula kalau Ara pikir-pikir, Damar memang tidak pernah bersikap melewati batas seorang kakak kepada adiknya. Makan berdua tadi malam pun benar-benar hanya makan malam biasa sambil mengobrol tentang kuliah dan hal-hal remeh lainnya. Ditambah lagi Damar yang senang bercanda membuat situasi sangat nyaman, hingga tak terasa mereka menghabiskan waktu untuk mengobrol hingga pukul 11.00 malam.
Cukuplah rasa cinta Ara sampai disini. Cukuplah cinta masa lalunya tersimpan sebagai kenangan. Saatnya kini berdamai dengan hati, merubah rasa cintanya menjadi rasa sayang.

®®®®®®

"Ayolah Araa ... Renang yuuk! Lu udah janji kemarin sama gue, sama Danisha bakal renang, kan?" bujuk Shafa sambil menarik-narik lengan Ara
"Mumpung gak panas nih mata- harinya, gak bakal item deh lu! Please ...."

Maaf, Aku Memilih Dia! (Tamat Pindah Ke DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang