MAMD-7

5.5K 512 58
                                    

Cinta tak harus memiliki, petuah lama yang sepertinya harus Ara jalani saat ini.
'Cowok gak cuma Kakak gue!' Pesan Danisha kala itu.
'Saatnya ekspansi ke hati cogan lain!' Saran Shafa pula.

Seminggu yang lalu pada saat pesawat Damar yang akan membawanya kembali ke Australia akan boarding, dia menghubungi Ara. Mengucapkan salam perpisahan dan meminta maaf bila selama ini sering membuatnya kesal dan baper. Walau tak secara langsung namun Ara paham, bahwa inti dari perbincangan mereka saat itu adalah meyakinkan Ara, bahwa Damar hanya menganggapnya sebagai adik. Titik!
Walau sakit, tapi Ara sepertinya sudah belajar dari pengalamannya menghadapi patah hati. Jadi cukuplah dua, tiga hari saja meratapinya.
Dinda yang merasa tidak enak dengan Ara, berkali-kali mengajak Ara untuk menginap di rumahnya. Tapi ditolak secara halus oleh Ara, dengan dalih banyak tugas dan sebagainya. Tentu saja Danisha memuluskan alibi Ara itu, dia juga tak ingin Ara malahan bertambah galau akibat perhatian Mamanya.

®®®®®®

Ara tidak ada jadwal kuliah hari ini. Namun Shafa sudah mendekam dikamarnya sejak pukul 7.15 tadi. Dia malas di rumah hari ini, karena penghuni rumahnya bakalan sibuk seharian, yang akan berdampak pada dirinya yang wajib bantu-bantu ini itu di dapur. Hari ini Mamanya akan mengadakan acara arisan RW di rumahnya.
'Daripada riweuh, mending ngacir ke rumah Ara'. pikirnya.

"Serius banget mantengin hape, liat apaan sih?" Shafa menarik tangan Ara yang sedang memandangi ponselnya.
"Wah, Lu stalking IG nya Kak Damar? Lho, itu si Sheila Sheila itu kan? Emangnya dia lagi di Australia?" Shafa memberondong Ara dengan pertanyaan.

"Ish, mana gue tau. Ini juga karena muncul di timeline gue, makanya gue liat. Kak Damar kan jarang banget posting."

"Lu masih sering chat-chat an ama Kak Damar?"

"Ada sih, tapi jarang gue ladenin. Ntar gue baper lagi, ribet lagi urusannya. Apa lagi nih, ada postingan beduaan gini. Ish ... Untung gue udah tobat naksir Kak Damar!" rutuk Ara kesal, sambil nyengir masam. Shafa terkekeh mendengarnya.

"Danisha jadi kemari gak sih? Udah hampir jam sepuluh ini, belom nyampe juga. Telpon gih, Ra!"

"Tadi dia chat gue pas baru jalan dari rumahnya. Paling duapuluh menitan lagi nyampe."

Tepat 25 menit kemudian, akhirnya Danisha sampai lengkap dengan sepiring roti bakar coklat keju.

"Tumben Lu datang bawa makanan?"
sapa Ara dengan mata berbinar ketika melihat Danisha masuk ke dalam kamar sambil membawa piring berisi makanan.

"Ofcourse donk! Gue kan sohib teladan!" Jawab Danisha menyombongkan diri

"Eeleeh ... " Shafa menoyor kepala Danisha pelan. Danisha memeletkan lidahnya pada Shafa.

Ara tak percaya begitu saja. Diperhatikannya roti bakar yang dibawa Danisha dengan seksama.
"Sohib teladan emang sih, baik banget udah bawain roti bakar dari dapur emak gue ke kamar kan!" Sindir Ara sambil terkekeh.

"Tuh kaaaan ...!" cetus Shafa lagi. Danisha tertawa sambil mengelak dari lemparan bantal Shafa.

"Eh, betewe ya Sha. Itu Kakak Lu, posting foto di IG ama Kak Sheila. Emang dia lagi Australia?" Shafa si biang kepo beraksi.

"Emang ada postingan?" Danisha langsung membuka aplikasi Instagram di ponselnya.
Ara hanya memperhatikan dari atas tempat tidurnya. Sementara Shafa dan Danisha tengah serius mencari postingan di akun Damar sambil menelungkup dikarpet.

Maaf, Aku Memilih Dia! (Tamat Pindah Ke DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang