Pulang Bareng ?

105 25 1
                                    

"Huft, ka.. kamu jalannya cepet banget sih.." Ucap Asha ngos ngosan.
Iqbal mengambil helmnya menatap sebentar ke arah Asha dengan tatapan datar yang sangat sulit untuk diartikan.

"Lo nya aja yang pendek" Ucap Iqbal yang terkesan dingin.

Asha mematung di tempat, ingin rasanya ia mencak mencak dan memaki orang ini sekarang juga, tapi sayangnya ia tau situasi dan kondisi saat ini.

'Kalo Asha marah, nanti Asha ditinggal lagi. Mending diem aja deh" batin Asha berpikir.

"Helm lo" Ucap Iqbal singkat sembari menyodorkan helm ke arah Asha.

Asha tidak menyahut sama sekali, ia masih bertengkar dengan pikirannya sendiri, memilih untuk diam saja atau melawan manusia yang sangat tidak sopan ini.

"Lo bisu ya?" Tanya Iqbal.

"Kamu kenapa sih? Tadi bilang Asha tuli, trus pendek, trus bisu. Besok apa lagi?!" Ucap Asha panjang menahan kekesalannya.

"Jelek." Ucap Iqbal singkat sembari menaiki motornya.

Asha menahan kekesalannya, giginya mengeretak, tangannya terkempal, rahangnya mengeras. Ia benar benar kesal dengan pria di depannya ini.

"Ngapain lo?" Ucap Iqbal heran melihat perubahan ekspresi Asha saat ini.

Iqbal sempat merasa sedikit takut dengan ekspresi itu, tapi sebisa mungkin ia hilangkan rasa takutnya.

"Hitungan ketiga lo gak naik, gue tinggal" Ucap Iqbal yang masih terkesan santai.

Asha melototkan matanya, ia masih tidak percaya dengan respon pria ini. Asha memakai helmnya dengan cepat dan segera menaiki motor milik Iqbal.

"Rumah lo sebelah mana?" Tanya Iqbal datar.

Asha benar benar bodoh, bagaimana bisa dia tidak memberikan alamat rumahnya pada orang yang bahkan tidak ia kenali.

"Maaf Asha lupa ngasi tau, jalan lurus aja dulu. Nanti Asha tunjukin jalannya" Ucap Asha.

Iqbal tidak menyahuti perkataan Asha sama sekali, dia langsung menghidupkan motornya dan pergi dari tempat ia berada saat ini.

***

Asha menikmati setiap hembusan angin di sore ini. Sudah lama ia tak pernah merasakan udara di perkotaan Indonesia. Asha menghilangkan lamunannya, ia teringat akan sesuatu yang menurutnya sangat penting.

"Hemm, nama kamu siapa?" Tanya Asha membuka suara.

"Gak penting." Ucap Iqbal dingin.

"Tapi kalo di London, gak sopan lho kalo kita gak tau nama teman kita" Sahut Asha tak mau kalah.

"Kita gak lagi di London dan gue bukan temen lo!" Ucap Iqbal cuek.

Asha memanyunkan bibirnya, ia berpikir, kenapa Rian memilih teman yang seperti ini. Asha yakin masih banyak teman Rian yang perhatian dan tidak cuek, namun kenapa dia harus berurusan dengan yang satu ini?

"Hemm, tuan tanpa nama, Asha mau mampir ke toko buku sebentar ya. Asha mau beli novel" Ucap Asha sedikit takut.

"Gak" Tolak Iqbal.

"Lho emang kenapa? Asha kan pengen baca buku buat nanti malem" Rengek Asha.

"Udah sore, ntar kemaleman pulangnya" Ucap Iqbal datar.

"Bunda gak akan marah kok" Ucap Asha sedikit manja

"Gue yang marah" Sahut Iqbal cepat.

Asha tercengang untuk sesaat, apa maksunya? 'Gue yang marah'?

"Kenapa tuan tanpa nama yang marah?" Tanya Asha penasaran.

"Enggak" Sahut Iqbal singkat.

***

Iqbal kini sudah tiba di rumah Ana, sebenarnya Iqbal harus menemui seseorang di rumah sakit sore ini, tapi mungkin ia akan sedikit terlambat untuk datang kesana.

Asha masih terlihat cemberut, dan tentu saja Iqbal mengetahui sebabnya.

Iqbal menatap Asha menunggu wanita itu untuk melepas helmnya, namun Asha masih tetap dengan ekspresi yang sama yaitu cemberut.

"Makasih ya Tuan tanpa nama" Ucap Asha lemas.

Iqbal hanya menganggukan kepala sebagai jawaban.

Dretdrett

Iqbal mengambil ponselnya yang berdering dan mendapati panggilan dari seseorang.

"Hallo" suara wanita yang menelponnya

"Kenapa Ras?" Sahut Iqbal

"..."

"Iya bentar lagi aku kesana" Ucap Iqbal yang terdengar lembut

Iqbal memutuskan sambungan telpunnya sepihak.

"Gue harus cabut, titip salam sama Rian" Ucap Iqbal.

"Iya" Jawab Asha singkat.

Iqbal segera melajukan motornya meninggalkan kediaman Asha. Asha pun membalikan badannya untuk masuk ke dalam rumah. Tapi..

"Ya ampun! Helmnya Tuan tanpa nama ketinggalan!" Ucap Asha yang mulai heboh sendiri.

Asha mencari cari motor Iqbal namun sayang, hasilnya nihil pria itu sudah hilang dari pengelihatannya.

"Asha kembaliin besok aja" Ucap Asha pada dirinya sendiri.

***

Asha duduk di atas meja belajarnya, yang kebetulan berhubungan langsung dengan jendela, jadi dia bisa melihat indahnya suasana di malam ini.

Ia ingat, ia harus mengerjakan tugas fisika yang diberikan oleh gurunya pagi tadi.

Asha melihat lima buah soal terpampang jelas di buku tulisnya, ia tersenyum senang. Pasalnya fisika adalah pelajaran yang ia gemari. Di London saja ia menjadi yang nomor satu di bidang fisika. Mengingat pelajaran ini ia juga jadi teringat akan sahabatnya di London.

Belum satu jam, bahkan hanya sampai 15 menit saja Asha sudah menyelesaikan seluruh tugasnya. Asha menutup bukunya dan kembali ke jendela untuk melihat pemandangan di luar sana.

"Laura, do you miss me? I apologize for leaving you" Ucap Asha pelan dan tanpa sadar ia meneteskan air matanya begitu saja.

Asha tidak pernah menyangka, dia meninggalkan keluarga besarnya di London hanya karna satu orang yang hampir menghancurkan hidupnya dan keluarganya.

Tok tok tok

Asha menghapus air matanya dengan cepat dan kembali bersikap seperti biasanya.

"Masuk" Ucap Asha.

"Nona, susunya jangan lupa diminum ya" Ucap seseorang dari ujung kamarnya.

"Iya, taruh saja di atas meja" Sahut Asha

Tapi setidaknya Asha merasa lebih senang dan aman disini, tidak ada bayang bayang wajah dari dia yang selalu menghantui pikiran Asha.

SASHA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang