Terungkap (2)

79 26 2
                                    

"Jadi dia orangnya Sha?"

Shamira langsung memasuki kamar putrinya, Shamira tau Asha hanya berpura pura sakit, ia tau maksud Asha yang sangat mulia itu.

Bolos? Sangat mulia? Tentu tidak.

"Iya Bun, dia kira Asha gak tau tentang masa lalunya"

"Tapi kenapa kamu gak membenci dia selayaknya Laura?"

Yaps Laura, dia adalah gadis yang Iqbal cintai sampai saat ini. Masa lalu Iqbal yang menurutnya sangat indah sampai sampai dia tidak memiliki waktu sedikitpun untuk tidak memikirkan gadis itu.

"Kenapa kamu justru ingin melindunginya? Sementara kamu sendiri juga sedang tersakiti"

Shamira sangat mengerti keadaan Asha, walaupun Shamira jarang ada waktu untuk Asha tapi perempuan itu tetap berusaha untuk menjadi bunda yang bisa selalu ada saat Asha memerlukannya.

Shamira juga tidak ingin tinggal berjauhan dengan Asha, tapi mau bagaimana lagi. Ini adalah keputusan Asha, dia tidak sanggup untuk menolak permintaan putri semata wayangnya. Hal itu mengharuskan Shamira untuk bolak balik dari London ke Jakarta setiap minggunya.

Asha menghela napasnya, ia tau dia juga sedang tersakiti sekarang tapi dia tidak seegois itu untuk membiarkan orang lain juga merasakan sakit seperti yang ia rasakan.

"Asha tau dia pria yang baik Bun. Dia bahkan gak tau apa apa tentang masalahnya Laura"

"Kenapa dia gak tau? Bukannya dia masih berstatus sebagai pacarnya Laura?"

Asha tersenyum getir, itulah yang menyebabkan Asha merasa kasihan kepada Iqbal. Asha mengetahui perihal Iqbal masih sangat mencintai Laura dari Adrian, Adrian tau terkadang Iqbal sering bengong dan melamun sendiri saat chatnya tidak dibalas oleh Laura.

Hanya mendengar perihal itu saja hatinya ikut sakit dengan apa yang telah sahabatnya lakukan kepada orang lain.

"Laura ternyata egois Bun, dia pergi tanpa memberikan penjelasan kepada Iqbal, dia pergi hanya untuk pria yang lebih mapan darinya"

"Tapi Asha gak akan benci Laura Bun, dia tetep baik sama Asha sampai saat ini meskipun Asha kecewa dengannya"

"Laura gak sepenuhnya salah kan disini?"

Shamira mencoba menguatkan putrinya, dia tau bagaimana Laura dan keluarganya. Tentu saja, Shamira akan selalu mencari tau orang orang yang dekat dengan Asha. Untuk orang seperti Shamira sangat mudah mengetahui identitas seseorang. Dia bukan orang biasa di kawasannya.

"Iya Bun, Laura dipaksa mommynya"

Shamira mengangguk dan tersenyum, "Kamu juga harus ikhlaskan Petter, jika itu yang terbaik"

"Susah Bun, Asha masih suka sama Petter. Petter juga terpaksa melakukan itu"

"Bunda tau Petter juga sangat menyayangi Asha, tapi dia tidak bisa memilih bukan?"

Asha mengangguk. Perkataan Shamira benar. Dia tidak boleh egois dengan terus terusan menghindari Petter. Sedangkan pria itu, tidak punya kesempatan untuk melakukan hal lain. Hidupnya sudah teratur dan terkendali penuh.

"Kamu harus bisa menerima, bukan melupakan" Shamira mengelus puncak kepalanya lembut.

Asha mengangguk patuh.

"Lalu kenapa dengan pria tadi?"

"Iqbal?"

"Iya. Kenapa kamu menghindarinya?"

"Asha hanya tidak mau dia bertemu dengan Laura"

Shamira mengangguk, dia benar benar mengerti maksud dari perkataan putrinya.

SASHA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang