Pacar Bukan ?

81 20 7
                                    

Jadi sekarang udah tau kan, siapa wanita yang ditunggu tunggu oleh Iqbal?

Dan satu fakta lagi yaitu, Iqbal tau kalau Asha itu adalah sahabatnya Laura.

Dan Asha juga tentunya tau kalau Iqbal adalah mantannya Laura yang diputuskan karna suatu hal yang nggak wajar.

Hal nggak wajar gimana?

***

"Argghh kenapa harus mikirin itu!" Asha berdecak kesal dengan dirinya sendiri. Bukannya ingin ikut campur urusan percintaan sahabatnya, tapi ia juga tidak tau kenapa ia terlalu peduli dengan masalah milik Laura dan Iqbal.

Dia sendiri bahkan saat ini belum bisa melepaskan perasaanya terhadap Petter sepenuhnya, tapi malah memikirkan perasaan orang lain. Kadang egois itu perlu.

Jangan memikirkan kesalahan orang lain jika kamu sendiri kesusahan mengurus masalahmu. Itulah prinsip Asha saat ini agar ia bisa fokus dengan apa yang ia kerjakan.

Disisi lain Iqbal menuruni tangga dari lantai dua--tempat kamarnya berada-- menuju ruang keluarga.

Disana ia melihat Papa dan Mamanya sedang duduk berdua menonton televisi berlayar lebar itu, ah melihatnya saja bisa bikin Iqbal iri dengan kemesraan mereka.

"Ma, Pa, Iqbal mau keluar dulu ya"

"Mau kemana Bal, udah malem. Inget besok sekolah" Perkataan Rama, yang tidak lain adalah papanya Iqbal barusan sontak membuat Iqbal menghela napasnya.

Papanya selalu saja memporsir dirinya untuk tampil sempurna dalam hal akademis. Jadi inilah dirinya, berkat tatanan hidup sempurna dari papanya.

"Iya pa"

"Olimpiadenya gimana"

"Ya gitu"

Bukannya mengizinkan Iqbal untuk pergi karna, jujur saja Iqbal sudah muak belajar fisika, untuk hari ini saja dia ingin menikamati semilir angin malam yang menyapa tubuhnya.

"Kalau ditanya jawab yang bener" Suara Rama kembali mengintrupsi kepalanya. Menjawab pertanyaan Rama sama saja seperti menghafal rumus fisika. Ribet.

"Ya gitu pa, Papa kan bisa tanya langsung sama Mr. Ton" Iqbal menyerah, mau tak mau jika ia ingin cepat pergi ia harus menjawab pertanyaan Rama dengan cepat dan sesuai keinginannya.

"Kamu belajar dengan temanmu bukan?"

"Ah iya Pa, temennya Iqbal yang ngajar itu katanya cewek loh Pa" kini suara Ratna--Mama Iqbal--yang memenuhi isi ruangan.

Ah cukuplah sudah, ia tau kemana arah pembicaraan konyol ini.

"Siapa namanya Bal? Kalian pacaran?"

Tepat sasaran! Iqbal menatap dua pasangan itu dengat sorot mata datar, dia menghembuskan napasnya lagi dan lagi. Susah memang berbicara dengan orang tuanya.

"Gak"

Hanya satu kata itu saja, membuat Rama mengangguk dan setelahnya mengucapkan kalimat yang membuat Iqbal bergidik ngeri mendengarnya.

"Bawa pacar kamu main ke rumah"

Kiat. Iqbal mematung di tempatnya.

Iqbal berdecak kesal dengan Papanya tapi ia juga tidak bisa melupakan Mamanya yang sudah mensponsori terjadinya percakapan ini. Terimakasih Mama.

"Pa, Iqbal gak punya pacar" ucapan Iqbal masih datar tapi terdengar lebih tajam dari sebelumnya.

"Tapi yang Mama tau dari Inesh kamu sempet boncengin dia dan waktu kamu beliin Mama roti juga kamu bonceng dia kan? Hayolhoo jangan bohong Bal"

SASHA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang