Pagi cerah datang menyapa seorang pria yang berdecak kesal di depan rumah wanita yang tak kunjung menampakan bayangannya.
Asha, gadis munyil itu terbangun tergesa gesa melihat alarm yang tidak berbunyi sama sekali, ia lupa untuk mengatur alarmnya itu karna pulang terlalu larut kemarin.
Asha mandi dengan cepat dan memakai seragamnya, ia mencari cari seseorang di rumahnya namun nihil, tidak ada siapapun disana.
'Fvck mobil aku mogok lagi, supir gak ada di rumah. Harus berangkat sama siapa nih' Batin Asha bingung
Asha keluar dari rumahnya, ia berharap bisa memesan taksi online secepatnya.
Saat hendak mengunci pintu rumahnya, ia melihat motor besar yang sepertinya sudah tidak asing baginya.
Ia menyipitkan matanya seraya memastikan apakah itu benar orang yang ia maksud.
Ia berteriak senang dalam hati, ia mengembangkan senyumnya begitu saja, saat melihat pria yang tidak lain lagi adalah Iqbal.
Ia berniat memeluk Iqbal karna rasa senangnya. Maklum saja jika di London, budaya disana membebaskan kita untuk memeluk siapapun sekalipun ia adalah lawan jenisnya. Namun di Indonesia tepatnya di Jakarta hal itu mungkin hal yang sedikit tak lazim jika dilakukan oleh dua insan yang tidak terikat ikatan apapun.
Ia mengurungkan niatnya untuk memeluk Iqbal dan memilih untuk tersenyum saja. Iqbal menatapnya dengan tatapan menyelidik dan juga tajam.
"Lo gak tau ini jam berapa?" Tanya Iqbal datar.
Asha melihat ke arah jam tangan yang ia gunakan di tangan kirinya yang munyil itu.
"Em jam 6.45 dan 15 menit lagi bel sekolah bunyi" ucap Asha sekenannya
Iqbal merutuki dirinya yang sudah bertanya pada gadis ini, seharusnya ia pergi saja dari tadi daripada harus berurusan dengan BK hanya untuk mengambil helmnya dari cewek gak jelas ini.
"Helm gue mana" tanya Iqbal to the point.
"Aduh, ketinggalan di dalem. Besok aja ya. Sekarang Asha boleh nebeng ke sekolah gak? Soalnya mobil aku mogok dari kemarin dan sopir rumah gak tau ada dimana. Please ya Bal" Ucap Asha panjang lebar sembari memohon pada Iqbal.
"Gak."
"Lho kenapa? Gak mungkin aku ke sekolah jalan kaki kan? Kalau deket, it's okay lah. But this is too far Bal. Please yah"
"Serah lo" singkat Iqbal karna malas berdebat
"Yey, thank u so much Iqbal!!"
***
Asha sampai dikelasnya dengan selamat dan tentunya tidak terlambat, walaupun sebentar lagi bel akan berbunyi namun setidaknya ia sudah sampai lebih dulu. Pelajaran kini akan dimulai dan ini adalah pelajaran favourite seorang Sasha Anastasia Putri yap, tentu saja fisika.
Asha sudah tidak diragukan lagi dalam fisika, bahkan ia sempat mewakili Inggris dalam ajang lomba fisika tingkat internasional, dan tentu saja sebagai juara pertama.
Adrian sempat meminta bantuannya kemarin untuk membuatkan ia pr fisika yang sangat sulit menurut Rian, namun itu masih bukanlah apa apa untuk seorang Asha.
Asha mampu menyelesaikannya hanya dalam waktu 15 menit.
Saat guru yang ia tau dari Ana bernama bu Siti meminta muridnya untuk mengumpulkan pr mereka, semua murid menaruh buku latihan mereka tepat di meja bu Siti.
Asha yang merasa belum mendapatkan buku ataupun soal, jadi ia tidak bisa mengerjakan tugas tersebut.
"Maaf bu, saya murid baru dikelas ini-"
"Oh kamu yang namanya Sasha? Tidak apa apa, nanti temui ibu di ruang guru ya. Ibu akan memberikan semua buku pelajaran kamu yang baru" ucap Bu Siti ramah.
Asha hanya mengangguk dan tersenyum kepada wanita parubaya di depannya ini.
Ketika bel pulang sekolah berbunyi, Asha sempat bingung ia akan pulang bersama siapa sore ini. Ia tidak mungkin merepotkan Adrian lagi. Yah mungkin nanti ia bisa memesan taxi online.
Sebelum pulang, ia menyempatkan diri untuk singgah ke ruang guru untuk mengambil buku buku barunya dan sekaligus menemui bu Siti.
Ia mengetuk pintu tanda ucapan permisi, dan melihat rentetan orang orang sibuk pada meja mereka. Matanya menyusuri setiap meja dan akhirnya menemukan meja milik bu Siti.
Ia berjalan mendekat ke arah meja bu Siti, namun ia sempat dikejutkan oleh Iqbal yang juga berada disana.
'Iqbal ngapain, kayaknya mau ikut lomba deh. Itu latihan soalnya banyak banget lagi' batin Asha.
Ia sempat berhenti untuk melihat sekilas, lembar soal yang sedang dikerjakan Iqbal.
"Ini jawabannya opsi A"
Iqbal mendonggakan kepalanya kala melihat seseorang menunjuk salah satu opsi yang sedang ia kerjakan.
Ia mengetahui ternyata itu hanya Asha, ia memilih mengacuhkannya dan memilih jawaban lain yaitu opsi B.
"Iqbal, jawabannya opsi A" ucap Asha masih terkesan tenang.
"Gausah sok tau"
"Tapi--" ucapan Asha terpotong kala seseorang datang menghampiri Iqbal.
"Bagaimana Iqbal? Is it hard?" Tanya seseorang itu.
Asha yang merasa tidak asing dengan suara itu, langsung menoleh ke sumber suara dan betapa terkejutnya dia saat mengetahui siapa sosok di depannya saat ini.
"Mr. Ton?!" Teriak Asha saat itu juga.
Orang yang diteriaki itupun ikut menoleh dan langsung memeluk Asha.
"Sasha? How.. how can? Kenapa kamu bisa ada disini?" Tanya Mr. Ton yang masih sedikit terkejut dengan keberadaan Asha.
"Hihi, I live here now. Aku sekarang sekolah disini Mr" Jawab Asha sembari tersenyum.
"What are you doing here?" Tanya Asha, jujur sudah lama ia tidak menemui pria ini.
"I teach him. Seharusnya mungkin kamu yang mengajari dia tentang seluk beluk fisika, Asha" ucap Mr. Ton
"Haha.. that's funny. Tapi aku masih belajar juga Mr" jawab Asha
"Wait! Mr. Ton? Did u know this girl?" Tanya Iqbal penasaran, ia sama sekali tidak mengerti tentang bahasan kedua orang di depannya.
"Hahaha..Iqbal, don't u remember her? Dia itu yang juara 1 tingkat internasional dan mewakili Inggris"
"Jadi lo?!--" ucap Iqbal tidak bisa berkata kata saat mengetahui hal itu.
"Ohh jadi ternyata kamu? Cowo berambisi yang pengen menangin lomba fisika tahun lalu? Em, nice to see u here" Tanya Asha sedikit 'shombong'
"Kalian berdua persiapkan diri untuk ikut ajang itu lagi tahun ini bagaimana? Kamu juga Asha, saya akan merekomendasikan kamu nanti" Ucap Mr. Ton sembari tersenyum ke arah Asha.
"Is that true? I'll prepare anything Mr" Ucap Asha antusias.
Iqbal beranjak dari duduknya, mengambil ranselnya dan pergi meninggalkan Asha dan Mr. Ton yang sedang asik mengobrol.
'Em kasian Iqbal, mungkin jika aku mengalahkannya lagi, dia tidak akan bisa mengikuti lomba ini' batin Asha
Ia terus memperhatikan kemana Iqbal pergi, sampai punggung pria itu menghilang dari ruangan besar ini.
"Mungkin aku gak bisa ikutin ajang ini lagi" Batin Asha sembari tersenyum
Tbc
Rikaadw.
KAMU SEDANG MEMBACA
SASHA [ON GOING]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Setahun lamanya luka itu membara, namun kini perlahan reda. Kamu datang dengan tiba tiba dan tanpa aba aba. Mendatangkan sebuah rasa yang tak akan pernah ku duga. Akankah kamu melukaiku sama seperti dia yang dulu pernah...