Mr. Ton

78 23 0
                                    

Mereka berdua sampai di depan rumah sakit, Asha membuka helmnya dan membenahi rambutnya yang berantakan karna terkena angin.

"Lain kali lo gak boleh naik motor gue"

Asha menautkan alisnya, bingung, tentu saja.

"Maksudnya?"

"Lo gak budeg"

"Iya"

"Jangan naik motor gue lagi"

"Kenapa?" Tanya Asha yang masih belum mengerti maksud dari Iqbal.

"Harus banget gue kasi alasan?"

Asha malas berdebat, ia tidak perduli. Toh ia juga tidak akan naik motor Iqbal jika tadi ada taxi yang lewat. Dia juga gak mau boncengan dengan manusia cuek ini.

"Oh yaudah enggak kenapa"

Asha membalikan tubuhnya,membenahi seragamnya, Asha paling tidak suka melihat penampilannya berantakan oleh sebab itu ia selalu merapikannya.

Asha berhenti, saat akan memasuki rumah sakit itu. Ia melihat seseorang menggunakan jas navy yang sedang berdiri di membelakanginya.

Ia seperti sedang membayar administrasi? Pikir Asha begitu, tapi ia tidak peduli dengan itu.

Dia rasa dia pernah bertemu pria ini sebelumnya, postur tubuhnya mirib sekali. Tapi dia tidak bisa hanya menebak saja, dia harus meyakinkannya

Asha berjalan perlahan mendekati pria itu, ia mencoba memanggil pria itu karna ia penasaran dengan wajah pria ini. Benarkah dia?

"Ma..-"

"Ayo" Ucap Iqbal tiba tiba sembari menarik tangan Asha dan tentunya hal itu mengagalkan aksi Asha.

Asha memperhatikan tangannya yang kini dipegang oleh Iqbal.

Apa apaan pria ini, tadi saja di parkiran marah marah bilang gak boleh naik motornya, sekarang malah narik narik. Batin Asha

"Maaf, Anda perlu diajarkan etika?"

Iqbal yang mendengar perkataan Asha barusan, langsung berhenti dan tidak menarik Asha lagi. Tapi tangannya masih menggenggam tangan Asha.

"Gak usah narik narik bisa?" Ucap Asha tajam sembari melepaskan tangannya dari cekalan tangan Iqbal.

Asha melihat pergelangan tangannya merah, iya kulitnya memang sedikit sensitif.

Iqbal menaikan sebelah alisnya, menatap Asha datar seperti tidak ada rasa bersalah sedikitpun.

Iqbal memasukan tangannya ke saku celananya, berjalan dengan tenang meninggalkan Asha yang masih mematung di tempat.

Asha yang melihat aksi Iqbal barusan hanya bisa melongo, ia akan sangat bersyukur jika ia tidak akan pernah mengenal Iqbal.

***

Asha tiba di kamar rawat Mr. Ton, ia mengikuti Iqbal dari belakang sedari tadi, jika tidak, bisa bisa yang ada dia akan tersesat di kamar mayat.

Asha melihat Mr. Ton terbaring lemah di atas ranjang. Ia memiliki luka di bagian dahinya yang kini sudah di perban.

Untung saja lukanya tidak terlalu parah, dan Mr. Ton masih sadar.

Asha memeluk Mr. Ton, ia sangat khawatir dengan keadaan beliau. Tanpa ia sadari, air matanya menetes begitu saja.

Mr. Ton tersenyum melihatnya.

"Si.. siapa yang melakukan ini" Tanya Asha yang masih sesenggukan.

SASHA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang