Raisa hampir saja melangkahkan kakinya keluar gerbang sekolah kalau saja matanya tidak melihat Saga yang tengah berjalan kearahnya.
Raisa hendak langsung berlari kembali ke gedung sekolah bertepatan dengan Saga yang memegang pergelangan tangannya dengan cukup kuat.
"Ikut gue." perintahnya tegas.
"Lepas, kak. Urusan kita udah selesai." ucap Raisa sambil berusaha melepaskan tangannya dari tangan Saga.
Beberapa siswa dan siswi yang berada di sekitar Raisa dan Saga menyaksikan kejadian itu tanpa berniat untuk mengganggu. Mengetahui fakta bahwa lelaki yang mencoba menarik paksa Raisa adalah siswa Pusaka Raya.
Saga langsung menarik Raisa ke mobilnya. Tentu dengan segala perlawanan yang Raisa lakukan sekuat tenaga. Sampai seseorang menarik paksa tangan Raisa dari tangan Saga.
"Lo punya kuping, kan, Ga? Dia bilang lepas. Gak ngerti lo?" ucap orang itu yang Raisa kenal sebagai suara Haidar.
Saga menatap Haidar tajam, merasa sangat terganggu dengan apa yang Haidar lakukan beberapa saat lalu.
"Lo gak usah ikut campur, Dar. Ini urusan gue sama Raisa. Mending lo urusin cewek sok suci lo itu, atau lo mau tukeran?" tanya Saga tersenyum mengejek.
Mendengar itu Haidar geram dan langsung menonjok sudut bibir Saga. Melihat itu, Raisa kaget dan langsung berdiri diantara Saga dan Haidar, bertepatan dengan Saga yang akan membalas tonjokan Haidar.
"Kak Saga" ujar Raisa tegas seraya memegang tangan Saga yang hampir menonjok balik Haidar.
"Maksud lo apa? Gak capek apa lo nyari ribut sama gue?" tanya Haidar tinggi dan menunjuk Saga.
"Woy, yang mulai lo duluan, ya, anjing!" balas Saga tak kalah tinggi. "Lo ikut campur urusan gue yang seharusnya enggak."
"Kak Saga, udah." ucap Raisa memperingatkan.
Saga memusatkan perhatiannya ke Raisa, "Ikut gue." ucap lelaki itu tegas dan kembali memberikan atensinya kepada haidar. "Urusan lo sama gue belum selesai, ya, Dar." peringatnya kemudian melangkahkan kakinya menuju mobil.
Raisa tahu persis bagaimana jadinya jika dia tidak mengikuti lelaki itu. Haidar terlanjur mencampuri urusannya dengan Saga. Tentu, itu menjadi bencana besar bagi Raisa kalau kedua sekolah ini sampai berkelahi.
Raisa menoleh ke arah Haidar, "Makasih, kak. Maaf ngerepotin." ucap Raisa dan sedikit membungkuk kepada haidar sebelum dirinya hendak melangkah mengikuti Saga.
"Kalau lo gak mau, gak usah. Urusan ini, biar gue yang handle." balas Haidar.
Mendengar itu, hati Raisa benar-benar menghangat. Perempuan itu tersenyum, "Gak apa-apa, kak. Doain aja semoga urusannya cepet kelar. Duluan, ya, Kak Angkasa." ucapnya dan melangkah menjauhi Haidar yang diam memperhatikan perempuan itu.
Haidar menghela napas dan tersenyum kecil, "Semangat, Cancerina."
