08

328 73 7
                                    

"Lo ada apaan sama Haidar?" tanya Saga sesaat setelah dirinya menjalankan mobilnya menjauhi Ganus.

Raisa menoleh, "Gak ada apa-apaan." jawabnya.

"Terus kenapa lo manggil dia Angkasa? Lia yang ceweknya aja manggil dia Haidar?" tanya Saga lagi.

Raisa menghela napas, "Gue emang dari SMP manggil dia Kak Angkasa. Nothing special, sih, gak tau kenapa gue lebih suka nama Angkasa daripada Haidar." jelasnya.

Saga menaikkan salah satu alisnya dan menoleh sekilas ke arah Raisa, "Yakin bukan karena hal lain?" ujar lelaki itu.

Raisa terdiam sejenak sebelum menjawab, "Iya."

Memang sesederhana itu. Awal mula Raisa mengagumi Haidar adalah karena nama lelaki itu. Haidar Angkasa Putra. Raisa sangat menyukai namanya.

Entah kenapa, Raisa merasa Haidar lebih cocok dipanggil Angkasa. Mungkin karena nama Angkasa terdengar lebih keren ditelinganya dan hal itu jelas sangat pas untuk menggambarkan sosok Haidar di mata Raisa saat itu.

"Sa, gue nanya. Bengongin Haidar, ya, lo?" ucap Saga tepat sasaran.

Raisa tersadar dari lamunannya, "Apaan sih, enggak!" bohongnya kesal. "Nanya apaan?"

"Lo doang yang manggil dia Angkasa?" ucap Saga.

"Kayaknya iya." jawab Raisa.

"Emang anak sekolah lo gak curiga, lo manggil dia beda sendiri?" tanya Saga.

Raisa memutar bola matanya malas, "Banyak nanya lo, kak."

Saga mencubit pipi Raisa gemas, "Jawab aja ribet banget lo." ujar lelaki itu.

"Gak usah cubit segala bisa kali!" balas perempuan itu sambil menjauhkan tangan Saga.

Saga tertawa sebelum akhirnya merintih karena sudut bibir lelaki itu terluka, "Mampus!  Makanya, gak usah pake berantem segala." ucap Raisa.

Saga mendengus, "Udah, lo gak usah ngalihin pembicaraan. Jawab pertanyaan gue tadi."

Raisa terdiam sebentar, "Biasa aja, sih. Lagian, anak sekolah taunya gue emang adik kelasnya Kak Angkasa dari SMP. Terus dia juga senior gue di basket sama dance dari dulu. Yaudah." jelasnya.

"Beneran lo doang yang manggil dia Angkasa?" tanya Saga meyakinkan. Lelaki itu masih belum puas dengan penjelasan Raisa.

"Kalau di depan kayaknya gue doang, tapi gak tau kalau di belakang. Banyak kali yang diem-diem manggil Angkasa juga tanpa sepengetahuan orangnya. Tapi Kak Angkasa selalu ngenalin dirinya sebagai Haidar, sih. Kalo gue, kan, waktu itu inisiatif aja karena suka namanya." jawab Raisa jujur.

"Namanya apa orangnya?" ujar Saga.

"Terserah lo, deh." sewot Raisa.

Saga menghela napas, "Yaudah, bagus kalau lo gak ada apa-apa sama dia. Soalnya lo cuma boleh ada apa-apa sama gue doang." ujar lelaki itu.

Raisa mendelik, "Dih, apaan? Enggak, ya, gue gak mau deket sama lo lagi. Ngerti gak sih, kak?" ucap perempuan itu kesal melihat kelakuan Saga.

"Kenapa? Gara-gara gue belum minta maaf?" balas Saga.

Raisa membenarkan posisi duduknya sehingga sedikit menghadap Saga, "Ya, lo coba mikir aja. Udah ketauan bukannya minta maaf malah seakan-akan kayak nothing happened gitu. Gue ngegep lo secara langsung, lo lupa?" omel Raisa.

Saga menoleh sekilas dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Gue waktu itu ciuman gak pake perasaan, Sa. Jadi, ya, gue biasa aja."






capek hati banget sama saga:(

Angkasa (hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang