27

371 44 6
                                    

Hanbin merasa hidupnya tidak pernah seberuntung saat ia mulai mendapat kasih sayang dari Jiwon, orang yang ia cintai. Dan Hanbin tidak pernah merasa sebahagia saat Jiwon melamarnya tepat dihadapan kedua orang tuanya setahun lalu.

Baru saja Hanbin merasa semua kehangatan itu, entah mengapa sekarang ia takut semua itu akan hilang. Ia takut Jiwon akan kembali menjadi pribadinya yang dulu, pribadi yang kerap menolak kehadirannya.

Hanbin tidak mau itu terjadi, ia belum siap jika harus dihadapkan pada situasi dimana Jiwon mungkin saja akan memandangnya sebelah mata seperti dulu. Jika dulu ia masih bisa menerima karena ia hanyalah seorang yang menumpang bersama Jiwon, maka sekarang ia tidak bisa menerimanya. Karena bagaimanapun juga, ia adalah pasangan sah Jiwon.

Tes...

Tes...

Dalam hati ia selalu mengutuk mengapa ia terlahir menjadi pribadi yang lemah, mengapa ia harus menjadi seorang pria yang tidak dapat mengandung dan melahirkan seorang anak untuk pasangannya.

"Hiks... Aku harus bagaimana. Jiwon hyung, bagaimana jika ia kembali seperti dulu? Hiks... Aku tidak mau, aku belum siap, ah ani! Aku tidak akan pernah siap, tapi hiks... Apa yang harus aku lakukan?" tanya Hanbin entah pada siapa, kemudian menutupi wajahnya yang sudah berlinang air mata dengan kedua tangannya.

Ceklek...

Hanbin segera menoleh ketika mendengar pintu utama dibuka oleh seseorang, dalam hati ia berharap semoga itu Jiwon. Semoga apa yang ia pikirkan tidak menjadi kenyataan, ia terlalu takut untuk segala kemungkinan.

"Hanbin-ah..." panggil sosok itu.

Deg...

Jantung Hanbin berdetak tidak karuan saat ia mendengar panggilan itu, Hanbin hanya bisa diam membisu menatap sosok yang saat ini tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Hanbin-ah dengarkan aku, masalah tadi pagi kau lupakan saja. Toh aku tidak bisa memaksamu bukan? Aku mengerti, seharusnya aku tidak menjadi pasangan yang egois untukmu. Aku memang menginginkan seorang anak, tapi baiklah kita bisa mengadopsinya. Kau tidak perlu cemas untuk urusan apapun Hanbin-ah, hapus air matamu eoh."

"H-hyung..."

"Gwenchana aku mengerti. Jangan pikirkan apapun lagi, kau tidak boleh terlalu stress."

"B-bukan itu."

"Lalu?"

"Kenapa memanggilku seperti itu hiks... Apa aku terlalu menjijikan dimatamu hingga tidak ada lagi panggilan manja itu hiks... Atau kau kecewa padaku tapi kau berusaha bersikap seolah semua baik-baik saja? Hiks... Wae hyung..."

"Bin...."

"Mianhae jika aku tidak bisa menjadi pasangan yang sempurna untukmu, tapi hyung hiks... Aku hiks... Aku ingin menjadi sempurna untukmu walau tidak dengan melahirkan seorang anak hiks... Mian mian hiks..."

Astaga....

Jiwon ingin sekali memekik gemas saat ini, bagaimana bisa manusia didepannya ini begitu menggemaskan saat sedang menangis begini?

Mengapa ia begitu mudah menangis hanya karena panggilan?

Ah... Jiwon tau, Hanbin lebih suka dipanggil dengan panggilan manja..

Mungkin seperti baby Bin, Hanbinnie, QuailBin atau semacamnya.

Dasar...

Jiwon mengusak gemas puncak kepala Hanbin yang masih sesenggukan itu kemudian menerjangnya, menghadiahinya dengan kecupan-kecupan cinta pada wajah dan dahinya.

Yakinkan aku Tuhan, bahwa aku tidak membutuhkan apapun didunia ini selain makhluk sempurna bernama Kim Hanbin ini.

.
.
.

Beberapa chapter lagi end guys 😭😭
Terima kasih untuk kalian yang sudah menemani perjalanan Hanbin sejak awal hingga sejauh ini.

Adieu...

FooL | DOUBLE B [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang