Epilog

759 50 26
                                    

Semuanya sudah berakhir tepat setelah Hanbin menghembuskan napas terakhirnya.

Setelah ini tidak akan ada lagi senyumannya, suara tawanya, isak tangisnya, atau bahkan tingkahnya.

Yang ada hanya kenangan yang ia tinggalkan, juga duka dan rasa sakit akibat kehilangan yang mungkin akan sulit untuk disembuhkan.

Kim Hanbin telah pergi, berpulang kepada sang pencipta.

Hanbin pergi meninggalkan sahabat, kakak, dan juga keluarga yang amat sangat menyayanginya.

Isak tangis bersahutan menyambut kedatangannya untuk yang terakhir kali sebelum ia diantar menuju peristirahatan terakhir.

Nyonya Kim, selaku ibu dari Hanbin menangis dan meraung. Beliau merasa begitu kehilangan putranya yang paling ia sayangi, putranya yang selama ini tak pernah dapat ia peluk karena sudah memiliki kehidupan sendiri.

Nyonya Kim benar-benar seperti raga yang ditinggal jiwanya, tak ada binar dinetra indahnya. Netra yang juga sama seperti yang dimiliki Hanbin.

Tuan Kim tak jauh berbeda, ia juga kehilangan. Satu-satunya putra yang ia miliki telah pergi meninggalkan keluarga besar Kim yang senantiasa menunggu kabarnya, terhitung sejak pertama kali perjodohan itu ada.

Yunhyeong, June dan Chanwoo juga menangis, namun masih ada sedikit senyuman yang mereka perlihatkan.

Senyuman yang sebenarnya dipaksakan.

Jinhwan dan Donghyuk sudah terlihat lebih tenang, tak ada air mata diantara keduanya. Hanya ada senyuman yang merekah.

Tidak manis namun juga tidak miris.

Sementara Jiwon...

Ah... Pria itu terlihat paling hancur disini, sesaat setelah diberi kabar bahwa Hanbin pergi pria bergigi kelinci ini segera bergegas menuju rumah sakit tempat dimana Hanbin dirawat, sebelumnya Jinhwan sudah terlebih dulu memberi tahukan alamatnya pada Jiwon.

Jiwon histeris dan terus menyangkal bahwa Hanbin sudah tiada. Ia berteriak dan juga memberontak, bahkan Jiwon hampir saja menghajar dokter yang merawat Hanbin jika saja tidak ditahan oleh Jinhwan.

Jiwon benar-benar kacau, bahkan sampai detik dimana jenazah Hanbin dibawa pulang kerumah duka Jiwon terus histeris dan menolak kenyataan bahwa Kim Hanbinnya telah pergi.

Jiwon merasa semuanya terlalu cepat dan mendadak.

❤❤❤

Jiwon meraung disamping gundukan tanah yang terlihat masih basah, iris legamnya benar-benar memerah.

Jinhwan dan yang lainnya sudah benar-benar kewalahan menghadapi Jiwon yang terus saja memberontak ketika ditenangkan, pria itu bahkan sampai meracau mengatakan jika Hanbin belum pergi.

Tuan Kim dan Nyonya Kim menjadi tidak tega, meskipun mereka tau perlakuan Jiwon pada Hanbin semasa Hanbin hidup namun sebagai manusia yang memiliki hati nurani, mereka juga merasa kasihan.

"Jiwon-ah... Berhenti menyangkal takdir. Hanbin sudah tiada."

Jiwon menggeleng cepat. Ia kembali menangis dan berteriak menyerukan nama Hanbin. Tidak peduli jika ia sudah terlihat seperti orang  gila sekarang.

"Hanbin masih hidup! Ia tidak pergi kemanapun! Ia juga tidak mati hiks... Hanbinnie kumohon katakan pada mereka jika kau masih hidup. Hiks..." racau Jiwon seraya terisak.

Donghyuk memandang Jiwon dengan tatapan nanar, mungkin ia juga merasakan yang Jiwon rasakan.

Tidak mempercayai fakta yang ada.

Bahkan hingga detik ini, Donghyuk masih merasa bahwa Hanbin masih hidup.

Tapi seperti apapun mereka menyangkal atau menolak takdir, Hanbin memang sudah tiada. Lagipula Donghyuk masih waras untuk membedakan mana yang nyata dan yang tidak.

Ini kenyataan, Hanbin telah tiada.

Semua orang harus menerimanya.

"Cukup hyung! Kau membuat keadaan menjadi semakin buruk! Berhenti! Berhenti bertingkah seperti orang gila, kau harus menerima kenyataan hyung! Hanbin hyung sudah tiada!" ucap Chanwoo dengan nada yang meninggi.

Semua orang menatap Chanwoo lekat, raut wajah mereka nampak sangat terkejut. Ya mungkin saja begitu, ini pertama kalinya ia membentak seseorang.

"Jiwon hyung, mungkin ini balasan dari Tuhan. Tuhan mengambil seseorang yang begitu mencintaimu agar kau memahami bagaimana sakitnya kehilangan. Tuhan itu adil hyung."

"Hiks... Hanbin."

"Relakan dia hyung. Hanbin hyung ingin ketenangan, dan kebahagiaan."

"Hiks... Chan... A-aku tidak bisa. A-aku mencintainya."

"Cih... Pembohong! Jika kau mencintainya kau tak akan mungkin mengkhianatinya hyung! Berhenti bicara omong kosong!"

Yunhyeong mengusap punggung Chanwoo dengan lembut, bertujuan untuk menenangkan Chanwoo yang nampak sangat emosi. Begitu juga dengan June yang terlihat berusaha membisikan kalimat-kalimat penenang untuk Chanwoo.
Jinhwan dan Donghyuk memilih untuk diam, merasa itu bukan bagian dari urusan mereka. Toh isi hati mereka sudah disampaikan oleh Chanwoo dengan baik.

Jiwon sendiri sudah menunduk sambil meremat kemeja yang ia kenakan, hatinya seperti diremas begitu ia mengetahui fakta tentang dirinya yang begitu kejam pada Hanbin.

Jiwon menangis namun tanpa suara, ia benar-benar merasa malu pada dunia sekarang. Bahkan untuk mendongak saja rasanya ia tidak sanggup jika saja tuan Kim tidak menepuk bahunya dan memintanya bangkit.

Jiwon bangkit perlahan dengan bantuan tuan Kim. Setelah Jiwon bangkit, tuan Kim memeluknya dengan erat menyalurkan kehangatan yang ada untuk membuat Jiwon sedikit lebih tenang.

Tuan Kim juga membisikan sesuatu pada Jiwon hingga membuat pria bergigi kelinci itu terlihat tersenyum, meskipun senyuman miris yang ia perlihatkan.

"Terima keadaan Jiwon-ah. Hanbin telah tiada, tidak apa-apa. Melepasnya adalah jalan terbaik, Hanbin tidak akan kesakitan lagi. Belajar dari kesalahan yang lalu, dan ingat satu fakta bahwa Hanbin tetap mencintaimu apapun keadaannya."

Jiwon mengangguk dalam dekapan tuan Kim. Ia mempercayai itu, demi apapun ia mempercayainya.

Jiwon merasakan sendiri betapa besar dan kuatnya cinta seorang Kim Hanbin untuk pria brengsek sepertinya.

Ini sudah jalan dan kuasa Tuhan, bagaimanapun juga Jiwon harus menerimanya.

.
.
.

Up guys...

Btw ini beneran dah end ya

Jangan lupa vote dan komen

Sampai jumpa dilain cerita😭😭

FooL | DOUBLE B [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang