09

714 77 5
                                    

Disebuah tempat yang dipenuhi kegelapan, tak ada sedikitpun cahaya yang berpendar sebagai penerang. Disitu Hanbin sendirian, duduk dengan posisi menunduk, merapatkan kepalanya diantar kedua kakinya. Airmatanya mengalir deras.

Hiks...

Satu isakan lolos dari bibir pucat Hanbin, ia terlihat kacau dengan keadaan seperti ini.

"Aku mendengar suara kalian hiks. Tapi mengapa? Mengapa aku tak dapat melihat kalian hiks. Jinhwan hyung, Yunhyeong hyung, June, dan Dongi. Kalian dimana hiks. Aku... Aku takut ditempat ini sendirian. " ucap Hanbin lirih, nadanya terdengar frustasi.

"Hanbin..."

Hanbin mendongakkan kepalanya, ia mendengar suara itu, namun yang ia lihat hanya kegelapan, gelap yang tak memiliki celah sedikitpun, dan itu membuat tidak ada satupun cahaya yang masuk.

Hanbin sempat berpikir ia buta, tapi setelah ia mencoba mengingat-ingat lagi. Tidak ada satupun alasan yang membuatnya mengalami kebutaan.

Lalu dia ini kenapa?

"Hyung... Itukah dirimu?" Hanbin bertanya, entah pada siapa. Namun yang ada diotaknya saat ini hanyalah memastikan siapa gerangan yang sudah memanggilnya barusan.

Tak ada jawaban, hening, dan itu membuat Hanbin semakin ketakutan.

"Hanbin..."

Lagi... Suara itu muncul, namun tidak dengan sosok orangnya.

"Hyung? Kau dimana? Mengapa hanya gelap dan sunyi disini?" suara Hanbin sedikit tercekat, ketakutan mulai menyelimuti hati dan pikirannya.

Lagi-lagi keheningan yang menjawab Hanbin.

"Hanbin..."

Suara itu terdengar lagi, namun tetap saja hanya gelap yang mampu indra penglihatan Hanbin tangkap.

Hanbin mengusak rambutnya frustasi, ia sangat takut. Ia sendirian dan kesepian, ia membutuhkan Jinhwan hyungnya sekarang juga.

"Hanbin, kau dimana? Ini aku Jiwon. Apakah kau tak ingin menemuiku lagi?"

Deg..!

Jantung Hanbin berdetak dengan tempo yang cepat ketika mendengar kata 'Jiwon' dari orang yang sejak tadi memanggil namanya.

Benarkah itu Jiwon? Mengapa ia mencari Hanbin?

Hanbin senang namun juga sedih diwaktu yang bersamaan.

Jiwon mencarinya disaat yang buruk seperti sekarang ini. Sedangkan sejak dulu, Jiwon tidak pernah menganggap keberadaannya.

"Ji... Jiwon hyung?" ucap Hanbin lirih, mungkin hanya terdengar seperti bisikkan.

❤❤❤

Jiwon berjalan tertatih disebuah taman yang cukup luas, kemudian mendudukkan dirinya disebuah bangku yang sudah cukup reyot dimakan waktu. Matanya menerawang jauh, dan tidak ada gairah didalamnya.

Hah...

Jiwon menghembuskan napasnya perlahan.

Tubuhnya sangat lelah, padahal sejauh seminggu terakhir ini ia hanya berbaring di ranjang karena harus melakukan bed rest untuk pemulihannya.

Selain itu, pikirannya juga semrawut.

Banyak hal yang Jiwon pikirkan sehingga membuatnya sekacau ini.

Jiwon sedang merindu...

Egonya mengatakan tidak, ia tidak sedang merindu.

Tapi hatinya bicara fakta lain.

Ia rindu Hanbin, sangat malah.

Bolehkah ia egois sekarang? Disaat seperti ini ia butuh Hanbin disampingnya, meskipun ia tak akan mengatakannya secara langsung.

Tapi... Rasanya sungguh menyesakkan dada, Jiwon merasa kehilangan.

Hanbin entah kemana, tidak ada satupun yang mau memberi tau Jiwon dimana Hanbin saat ini.

Jinhwan, Yunhyeong, June, dan Donghyuk semua orang terdekat Hanbin seolah menyembunyikan Hanbin darinya.

"Hanbin..." Jiwon berucap lirih, menyerukan nama Hanbin.

Hening...

Jiwon terkekeh, ia tau Hanbin tidak akan pernah menyahuti panggilannya.

"Hanbin..." Jiwon tidak lelah, ia mencoba memanggil Hanbin lagi.

Masih hening...

Jiwon terbahak, kali ini ia merasa gila karena terus memanggil nama Hanbin yang bahkan tidak mendengar panggilannya.

"Hanbin..." lagi.. Jiwon masih mencoba memanggil Hanbin, berharap panggilannya kali ini akan mendapat respon dari siempunya nama.

Lagi-lagi hening...

Jiwon berhenti tertawa, ia tau semuanya sia-sia. Hanbin tidak akan pernah mendengar panggilannya.

"Hanbin kau dimana? Ini aku Jiwon, apakah kau tak ingin menemuiku lagi?" ucap Jiwon, nafasnya terdengar berat.

Tes...

Tes...

Tes...

Airmata Jiwon mengalir tanpa izin, punggungnya bergetar pelan.

Jiwon mulai kehilangan gairah hidupnya, ia terisak pelan.

Jiwon tau pada akhirnya, penyesalan itu akan datang, menikam setiap rasa yang ada dihatinya. Menimbulkan sensasi perih yang membuatnya ingin menjerit.

"Jadi ini yang kau rasakan Bin? Hiks..." Jiwon semakin terisak. Demi Tuhan ini sangat sesak.

Jiwon lelah, ia butuh sandaran.

Namun Hanbin telah pergi, meskipun egonya menolak mengatakan ia membutuhkan Hanbin dan bergantung padanya. Tapi hatinya tidak, ia akui ia sangat membutuhkan Hanbin disisinya.

Jiwon rindu Hanbin.

Jiwon ingin Hanbin.

Dan mungkin

Jiwon mencintai Hanbin...

.
.
.

Daddy up nih yank

Skuy dibaca aja

Mon maaf kalo ngga nyambung

Males ngerevisi mwehehe

Jangan lupa vote and koment^^

FooL | DOUBLE B [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang