03

846 103 13
                                    

Malam berlalu dengan cepat digantikan oleh pagi yang indah.

Indah hanya bagi sebagian orang, tapi pagi yang buruk bagi Hanbin. Semalam penuh ia tidak dapat tertidur walau hanya sebentar, ia sibuk menangis untuk meredakan pilu dihatinya.

Namun... Meskipun sudah menangis semalaman, sesak dan sakit yang dirasa masih tetap bertahan memenuhi rongga hatinya.

Hanbin lelah, tapi mau bagaimana lagi ini sudah jalan hidupnya. Mengeluh pun apa guna? Sudah tidak ada lagi waktu untuk mengeluhkan semuanya, ini sudah digariskan oleh Tuhan dan Hanbin harus rela menjalaninya.

Rela ya? Hanbin tidak pernah mengatakan ia rela melihat Jiwon bercinta dengan orang lain bukan? Ia hanya mengatakan ia rela menjadi sebatas pengagum untuk Jiwon.

Sebatas pengagum yang mencintai Jiwon tanpa mendapat balasan. Tapi apakah Hanbin mempermasalahkan? Tidak, sekalipun tidak pernah. Karena bagi Hanbin, cukup ia yang menderita Jiwon jangan.

Akan tetapi tidak seperti ini juga.

Siapapun akan merasa sakit dan kecewa melihat orang terkasihnya justru memilih bercinta dengan orang lain.

Selama ini Hanbin memang diam, tapi diam bukan berarti Hanbin menerima semuanya, hatinya sakit bukan main. Dan jenis rasa sakit ini tidak memiliki obat. Kecuali jika Jiwon bersedia mencintainya sama seperti ia mencintai Jiwon.

Huh...

Hanbin mendengus, rasanya ia ingin mati saja daripada harus menjalani hidup seperti rumitnya. Tapi apakah Hanbin akan melakukannya? Percobaan bunuh diri misalnya, oh ayolah Kim Hanbin kau bukan manusia bodoh yang rela mati sia-sia hanya karena cinta.

Biar Tuhan yang menentukan bagaimana hidupnya kedepan. Hidup atau matinya biarlah menjadi rahasia Tuhan.

Hanbin beranjak bangun dari duduknya. Semalaman penuh ia duduk, tanpa melakukan apapun membuat tubuhnya dilanda nyeri yang lumayan mengganggu.

"Ugh... Punggungku sakit sekali. Belum lagi kepalaku, rasanya sangat pusing." ucap Hanbin seraya memijit pelipisnya.

Langkah kaki Hanbin membawanya ke kamar Jiwon, Hanbin mengintip dari intercom pintu kamar Jiwon. Hal pertama yang Hanbin lihat adalah, Jiwon yang sedang memeluk erat wanita disampingnya itu.

Walaupun intercom ini kecil, tetapi itu masih mampu membantu Hanbin melihat kedua insan itu.

Seketika Hanbin merasa mual, ingatannya berputar kembali pada kejadian tadi malam. Pergulatan antara Jiwon dan wanita itu, em.. siapa namanya? Jisoo? Ah iya Jisoo.

Hanbin meremat dada kirinya yang berdetak tidak beraturan, rasanya sesak sekaligus panas diwaktu yang bersamaan.

Sensasi ini sudah ia rasakan sejak dua bulan yang lalu, tetapi Hanbin selalu diam dan berfikir positif. Ia tidak bercerita kepada siapapun karena tidak ingin membebani mereka.

"Uhuk..." Hanbin terbatuk sekali. Dan setelahnya sesak itu semakin menguasai.

Ceklek...

Pintu kamar Jiwon terbuka, menampakkan seorang Kim Jiwon yang sedang berdiri gagah didepan Hanbin yang sedang menunduk sembari mengusap dadanya.

"Apa yang kau lakukan Kim Hanbin? Mencoba mengganggu ku dengan Jisoo?" tanya Jiwon sarkas, nadanya terkesan sangat dingin penuh penekanan.

Hanbin tersentak, kaget tentu saja. Ia bahkan tidak menyadari kalau Jiwon sudah bangun dari tidurnya.

"Eoh.. Ti.. Tidak hh.. Hyunghh, ugh.."

"Ada apa?"

"Ti... Tidak."

FooL | DOUBLE B [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang