34

477 39 30
                                    

Sebulan sudah berlalu sejak Hanbin dinyatakan koma oleh dokter yang menanganinya. Dokter mengatakan bahwa kinerja jantung Hanbin dari hari ke hari semakin lemah bahkan mengalami penurunan fungsi hingga 40%, dokter mengatakan bahwa Hanbin membutuhkan donor secepatnya jika memang ingin bertahan.

Jinhwan histeris kala itu, ia benar-benar terpukul dengan fakta bahwa adik yang paling ia sayangi tengah berjuang antara hidup dan mati sekarang. Jinhwan tau, cepat atau lambat keadaan Hanbin memang akan memburuk. Itu hanya masalah waktu, namun mengapa harus disaat seperti ini?

Mengapa harus ketika Hanbin kehilangan kebahagiaannya? Apakah ini memang takdir Tuhan, atau justru bentuk cobaan lain yang Tuhan berikan pada Hanbin?

Selama bertahun-tahun Jinhwan hidup dan mengenal Hanbin, Jinhwan tau bahwa Hanbin tidak pernah mengeluh sedikitpun dengan keadaan. Bahkan Hanbin selalu menghadapinya dengan senyuman, lalu apakah setelah ini senyuman itu akan menghilang?

Tolong berikan Hanbin kesempatan ya Tuhan... Biarkan dia menikmati sisa waktunya dengan kebahagiaan, jangan dulu bawa ia kedalam rengkuhan hangat-Mu ya Tuhan...

Jinhwan menangis, okay ia tau jika ia pria yang cengeng. Ia selalu saja menangis jika itu berkaitan dengan Hanbin.

Jemari mungil Jinhwan meremat jemari Hanbin yang sedingin es. Ini sensasi yang aneh yang baru pertama kali Jinhwan rasakan ketika menggenggam jemari Hanbin.

Jinhwan mencoba paham, mungkin karena sakit Hanbin jadi terasa dingin. Namun sejujurnya, rasa dingin itu berasal dari hilangnya jiwa yang bersemayam dalam raganya.

Hanbin belum meninggal, tetapi roh nya telah meninggalkan tubuhnya.

Oh penjelasannya begini, setiap seseorang mengalami koma. Sebenarnya ia melihat semua yang orang-orang disekitarnya lakukan, termasuk menangis dan mengajaknya bicara.

Namun orang itu tidak mampu melakukan apapun kecuali memandang orang-orang itu dengan tatapan nanar, ada yang mengatakan roh seseorang itu keluar dari tubuhnya tetapi tidak membuat orang itu meninggal.

Bisa dikatakan, rohnya berkelana kemanapun ia mau selagi tubuhnya masih terbaring tanpa daya diranjang pesakitan.

Begitu juga dengan Hanbin, ia melihat semuanya. Melihat bagaimana Jinhwan menangis tersedu-sedu hingga histeris ketika mendengar kabar buruk mengenai dirinya.

Hanbin paham, ini memang akan terjadi. Semuanya akibat kelalaiannya, seharusnya Hanbin tidak bertindak ceroboh dengan berhenti menjalani pengobatan setahun yang lalu.

Ingin rasanya Hanbin mengusap punggung seorang Kim Jinhwan untuk menenangkannya, namun apa daya keadaannya saat ini hanyalah sebatas roh yang bergentayangan.

Hanbin juga merasa sedih ketika melihat Jinhwan menangis hingga tersedu-sedu, rasanya ia seperti adik yang tidak bisa menjaga kakaknya sendiri.

"Hyung... Aku mohon berhenti menangis, aku ada disini bersamamu. Kumohon."

Tangis Jinhwan semakin keras, hingga Donghyuk yang sejak tadi hanya diam pun kini menjadi kelabakan sendiri.

"Hiks! Bangun Hanbin bangun! Jangan tidur begini, jangan membuatku sedih! BANGUN HIKS... KUMOHON BANGUN!!" ucap Jinhwan histeris.

Donghyuk bangkit dengan gerakan cepat dari duduknya, direngkuhnya Jinhwan kedalam dekapan. Tangannya perlahan mengusap punggung Jinhwan dengan lembut.

"Hiks... Bangunkan Hanbin hiks... Bangunkan hiks..."

"Ssstt... Hyung tenangkan dirimu, Hanbin hyung akan bersedih jika melihatmu seperti ini. Percaya padaku, Hanbin hyung pasti akan segera membuka matanya. Ia akan terbangun, Hanbin hyung itu kuat. Okay?"

"Hiks... Tapi... Dokter mengatakan kecil kemungkinan Hanbin akan bangun lagi hiks... Jantungnya... Jantungnya benar-benar sudah disfungsi. Ia bertahan hanya dengan bantuan alat medis."

"Kita akan tetap berusaha kan? Seperti katamu dulu hyung. Sesulit apapun mencari donor, kita harus tetap berusaha demi Hanbin hyung."

"Hiks... Tapi sudah sebulan lamanya, belum ada perubahan Hanbin tetap dalam kondisinya yang buruk, dan dokter masih belum mendapatkan pendonor yang tepat untuk Hanbin."

"Tidak apa-apa. Masih ada waktu, Hanbin hyung akan mendapat donor secepatnya. Percaya padaku."

"40% Hyuk... Itu artinya penurunan yang sangat buruk, jantungnya sudah dinyatakan disfungsi oleh dokter. Hiks... Katakan padaku, berapa lama lagi kita harus menunggu? Apakah sampai presentase kerusakannya semakin bertambah seiring berjalannya waktu, dimana saat itu juga Hanbin akan dinyatakan meninggal? Berapa lama Hyuk? Berapa lama?"

Donghyuk menggeleng, ia juga tidak yakin akan mendapatkan donor jantung dalam jangka waktu cepat. Tapi ia harus meyakinkan Jinhwan bahwa Hanbin akan selamat dan mendapatkan donor secepatnya. Itu janjinya.

Donghyuk kembali mengusap punggung Jinhwan yang bergetar kuat akibat tangisnya, sementara Hanbin yang mendengar semuanya hanya mampu termenung.

Ia bahkan baru tau jika penurunan fungsi jantungnya sangat buruk. Kehidupan tidak lagi berpihak padanya, mungkin.

"Seburuk itu keadaanku sekarang? Apa iya aku akan selamat? Benarkah aku akan mendapat jantung baru secepatnya? Aku ingin sembuh, tapi aku sudah lelah. Bolehkah jika aku menyerah saja?"

Hanbin menatap nanar tubuhnya yang terbaring tanpa daya diatas ranjang pesakitan. Ia ingin sekali bertahan, tapi rasa lelah jauh mendominasi hatinya hingga membuatnya ingin segera mengakhiri semuanya.

Hanbin tak memiliki alasan apapun untuk bertahan, sekalipun itu Jiwon.

Hanbin tak ingin banyak berharap, kebahagiaan telah hilang darinya.

Ia seharusnya melepas segalanya, sebab yang ia miliki hanya keyakinannya terhadap keadilan Tuhan.

Hanbin sebaiknya kau menyerah saja.

.
.
.

Up guys

Mon maap garing.

Janlup voment.

FooL | DOUBLE B [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang