02

898 94 3
                                    

Hanbin tau, tidak seharusnya ia berbohong pada Jinhwan. Tapi mau bagaimana lagi? Ia tidak mungkin mengatakan kalau selama ini kehidupannya kacau. Tidak.. Hanbin tidak ingin orang lain tau, apalagi jika orang itu adalah Jinhwan.

Jinhwan adalah teman, sahabat sekaligus kakak untuk Hanbin. Bagaimana mungkin Hanbin akan tega melihat kakaknya itu ikut merasakan apa yang ia rasakan? Lebih baik begini, bersikap seolah semua baik-baik saja, walaupun kenyataannya semua tidak pernah dalam keadaan baik selama ini.

Terkadang Hanbin merasa hidupnya sangat miris, ia mencintai orang yang bahkan tidak pernah menginginkannya.

Mungkin, jika bukan karena kepercayaan ibunya Jiwon ia sudah menyerah sejak dulu. Sakit sekali rasanya mendengar ucapan Jiwon yang bagaikan belati tak kasat mata yang siap melukai hatinya kapanpun.

"Bin... Ini sudah malam. Aku harus pulang, appa dan eomma pasti menungguku." ucap Jinhwan membuat lamunan Hanbin buyar.

"Ah... Ne hyung, kau memang harus pulang. Imo dan samchon pasti mengkhawatirkan mu." balas Hanbin seraya mengulas senyum.

Jinhwan mengangguk singkat kemudian ia segera bangkit dan beranjak pergi.

"Bin... Jaga kesehatanmu, aku tidak ingin adikku ini sakit. Ingat kau jangan sampai kelelahan."

"Eoh... Baiklah hyung."

"Bagus, aku pergi dulu. Sampai jumpa esok hari Hanbinnie."

❤❤❤

Setelah Jinhwan meninggalkan apartemennya, Hanbin kembali sendirian. Ini sudah sangat malam, tapi Jiwon belum juga menunjukkan tanda-tanda akan pulang.

Jujur, dibanding dengan sakit hati Hanbin lebih mengkhawatirkan keadaan Jiwon saat ini. Ia takut hal buruk terjadi pada Jiwon.

Hanbin memutuskan menunggu Hanbin di ruang tengah, berharap jika ia menunggu disitu Jiwon akan sedikit luluh karena melihatnya.

Mustahil? Memang, tapi Hanbin selalu bahagia setiap kali membayangkannya.

Ceklek...

Pintu utama terbuka menampilkan pemandangan seorang Kim Jiwon dalam keadaan mabuk dan disampingnya ada seorang perempuan cantik yang sedang kesusahan memapah Jiwon.

Netra Hanbin memicing, memikirkan siapa kiranya perempuan itu. Perempuan itu berlalu meninggalkan ruang tengah sembari terus memapah tubuh Jiwon.

Dapat Hanbin dengar dengan jelas racauan Jiwon yang entah mengapa membuat hatinya sesak.

"Sayang hik... Mari kita bermain hik, aku merindukanmu hik." racau Jiwon.

Perempuan itu membawa Jiwon masuk kedalam kamar, kemudian mengunci pintu kamar itu dari dalam.

Hanbin hanya mampu diam dan mengamati, hingga bermenit-menit kemudian desahan-desahan menjijikan mulai terdengar ke telinga Hanbin.

Hanbin ingin sekali menangis, hatinya sangat sakit saat ini. Orang yang sangat dicintainya bermain dengan perempuan lain.

"Jisoo-ya.. Hik, ahh kau sangathh sempithh uh hik." racau Jiwon disertai desahan.

Desahan antara dua insan yang sedang bercinta itu terdengar sangat menjijikan ditelinga Hanbin.

Lagi...

Dadanya terasa sesak, bukan sesak seperti yang tadi ia rasakan. Namun cukup membuat Hanbin tidak nyaman.

"Sudah hiks.. Kumohon.. Tolong hyung berhenti hiks... Kau menyakitiku.." Hanbin menangis terisak.

Oh ayolah Jiwon, berhenti menyakiti hati pria manis bernama Hanbin ini. Cobalah lihat seberapa rapuhnya ia.

.
.
.

Up...
Happy reading..

FooL | DOUBLE B [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang