Prolog

3.6K 269 10
                                    

"Brengsek! Brengsek!"

"Woah! Nay, tenang dulu. Kenapa sih teriak-teriak kayak gitu? Inget, ini rumah sakit."

Hari sudah menjelang malam. Baik Jihyo dan Nayeon yang sama-sama berprofesi sebagai dokter kandungan sudah selesai menjalani shift kerja mereka. Jihyo yang masih ingin menghabiskan waktu di ruangannya dan sedang sibuk berkutat dengan layar laptopnya dikejutkan oleh Nayeon yang tiba-tiba masuk ke ruangannya dan mengamuk tidak jelas. Wanita itu menghempaskan tubuhnya di kursi depan meja kerja Jihyo. Tangannya menggenggam sebuah amplop yang sudah rusak diremuk olehnya.

"Lo tau gak, sih? Jinyoung brengsek banget ngirimin gue undangan acara tunangan dia!" ucap Nayeon dengan nada amarah yang bercampur isak tangis.

"Tunangan? Bukannya lo baru putus sama dia tiga hari yang lalu?"

"Iya, Jihyo! Baru tiga hari! Mata gue aja masih bengkak nih gara-gara nangisin dia. Sekarang dia brengsek banget ngirimin gue undangan kayak gini."

Jihyo menatap iba sahabatnya. Ia yang sudah bersahabat sejak semasa SMA bersama Nayeon tentu tahu betul tentang perjalanan cinta Nayeon bersama Jinyoung. Pasangan yang Jihyo anggap menjadi pasangan paling serasi itu harus kandas begitu saja karena orang ketiga. Tiga tahun hubungan mereka ternyata tidak menjamin cinta Jinyoung akan tetap utuh untuk Nayeon.

"Nay, laki-laki brengsek kayak dia gak pantes lo tangisin. Udah ya, jangan nangis lagi. Lo harusnya bersyukur sifat asli Jinyoung ketauan sekarang sebelum lo memutuskan untuk ke jenjang yang lebih serius sama dia."

"Iya gue tau. Tapi gue masih gak habis pikir aja, apa sih kurangnya gue buat dia? Gue udah kasih semuanya buat dia. Tapi kok dia bisa-bisanya di belakang gue main sama cewek lain dan sekarang ternyata udah mau nikah aja. Gila gak, sih?!"

Jihyo menghela napas lemah. Saat ini sepertinya percuma ia berusaha berbicara positif untuk menenangkan Nayeon. Sahabatnya itu sedang dikuasai rasa amarah dan kecewa. Ia akhirnya memilih diam, memberikan ruang bagi Nayeon untuk menangis dan mengumpat sepuasnya.

"Laki-laki gak tau diri! Pengkhianat! Brengsek! Gue benci! Benci! Benci!" Jihyo menatap ngeri ke arah undangan yang kini sudah menjadi sobekan-sobekan kecil. Nayeon benar-benar sudah murka.

"Huaaaa!!!" tiba-tiba saja Nayeon semakin menangis kencang.

"Nay! Inget, rumah sakit! Tenang dulu, tenang." Jihyo menggenggam tangan Nayeon, mencoba menenangkan sahabatnya.

"Gue benci sama dia, tapi gue masih cinta banget sama dia, Hyo. Huaaa.. dia disana udah bisa bahagia sama cewek lain, sedangkan gue disini masih nangisin dia." Nayeon semakin terisak. Ia meletakkan kepalanya di atas meja sambil menangis sesenggukan.

Jihyo semakin lama menjadi ikut kesal dengan Jinyoung. Ia kesal karena laki-laki itu sangat tidak bertanggungjawab meninggalkan sahabatnya begitu saja. Dirinya kini mulai memikirkan cara terbaik agar sang sahabat bisa membalas perbuatan mantan kekasihnya itu. Setidaknya, agar sang mantan tidak merasa menang karena telah berhasil mencampakkan Nayeon.

Saat Jihyo sedang berpikir, matanya tak sengaja melihat ke arah layar laptopnya yang menampilkan sebuah iklan tentang pacar sewaan. Iklan itu muncul saat dirinya sedang membuka sebuah situs online shop.

"Rent a boy/girlfriend?" 

"Nay, liat sini Nay. Nay!" Jihyo menggoyang-goyangkan tubuh Nayeon yang sedang menangis tersedu.

"Apa sih, Hyo? Gue lagi menikmati momen kekalahan cinta gue."

"Ish! Liat dulu kesini sebentar!" Jihyo memutar laptopnya agar menghadap ke arah Nayeon. Ia juga mengangkat kepala Nayeon agar sang sahabat mau melihat apa yang ia maksud.

"Apa, sih? Lo ngajakin gue patungan beli bh biar gratis ongkos kirim?" tanya Nayeon karena layar laptop memang menampilkan situs belanja online dan Jihyo sedang melihat-lihat toko baju dalaman.

"Lo kalau lagi putus cinta jadi bego ya! Jangan liat yang itu, tapi yang ini!" Jihyo menunjuk ke arah paling kanan layar yang menampilkan sebuah iklan tentang pacar sewaan.

"Rent a boy/girlfriend? Maksudnya?" tanya Nayeon tak mengerti.

"Gue punya ide. Gimana kalau lo balas dendam ke Jinyoung? Dia pasti sekarang ngerasa menang dan berhasil nyakitin lo dengan bahagia sama yang lain. Tapi gimana kalau kita justru kasih liat dia yang sebaliknya. Lo tunjukkin kemesraan sama pacar baru lo dan kasih liat ke dia bahwa lo mampu hidup dan bahagia tanpa dia. Dan yang paling penting, lo harus dateng ke acara tunangan dia. Bawa pacar sewaan lo itu. Tunjukkin kalau lo gak lemah lah cuma karena liat dia sama cewek barunya."

Nayeon terdiam sejenak mendengar penjelasan Jihyo sebelum akhirnya ia menggeleng lemah. "Enggak, Hyo. Gue gak yakin kalau gue bisa keliatan baik-baik aja dan bahagia liat dia bersanding sama perempuan lain nantinya."

"Nay, wake up! Lo harus bisa move on! Gue gak mau liat lo setiap hari kayak gini. Lo harus bangkit! Dan sebelum lo bener-bener ngelupain dia, gue rasa gak ada salahnya buktiin ke dia kalau lo bukan perempuan yang selemah itu. Dia aja bisa langsung bahagia sama yang lain, kenapa lo enggak? Setidaknya buat dia nyesel pernah campakkin lo."

Nayeon terlihat berpikir keras. Setiap ucapan Jihyo yang menggebu-gebu membuat hatinya bergejolak. Di satu sisi, ia menganggap ide Jihyo tentang pacar sewaan cukup konyol. Tapi di sisi lain, hatinya seperti berteriak ingin membalas perbuatan Jinyoung yang tega mencampakkannya.

"Oke, gue mau coba jalanin ide lo."

"Yes!" ucap Jihyo dengan semangat. Ia langsung saja meng-klik iklan tentang pacar sewaan tersebut.

"Tapi.." pergerakan Jihyo yang mulai melihat-lihat situs tersebut terhenti.

"Tapi apa lagi?"

"Gue gak mau punya pacar sewaan laki-laki."

"Terus?!"

"Gue maunya pacar sewaan perempuan."

Bersambung

Di chapter berikutnya :

"Jadi, kapan kontrak ini mau dimulai?"

"Mulai hari ini, lo jadi pacar gue."

15 Days Be My 'Boy'friend [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang