"Hahaha gue masih gak nyangka dan lucu aja sih ngebayangin ternyata Irene juga pernah nyewa lo buat jadi pacar sewaannya."
Jeongyeon ikut tertawa mendengar ucapan Nayeon. Mereka kini sedang berada di dalam mobil, perjalanan menuju tempat yang dijanjikan Jeongyeon kemarin, yaitu pantai.
"Gue juga kaget pas ngeh kalau ternyata Irene tunangannya Jinyoung. Waktu yang di rumah sakit gue gak liat dia dengan jelas."
"Tapi serius deh, kok lo bisa sih disewa sama cewek-cewek cantik gitu. Jujur-jujuran aja ya, Irene itu tergolong cewek yang cantik banget. Gue aja agak minder." ucap Nayeon yang tubuhnya kini sudah condong ke arah Jeongyeon yang sedang mengemudi. Wajahnya berubah serius, seperti sedang menyelidiki seorang tersangka.
"Iya, emang cantik-cantik yang pernah nyewa gue tuh. Ya kayak lo gitu, cantik." goda Jeongyeon, berhasil membuat satu pukulan kecil melayang ke pundaknya.
"Apaan sih lo!" ucap Nayeon malu-malu. Wajah Nayeon yang tadinya serius langsung berubah. Jeongyeon menjadi sangat gemas saat melihat semburat merah di pipi Nayeon.
"Lo mau denger gak gimana ceritanya pas Irene nyewa gue buat jadi pacarnya?" pertanyaan Jeongyeon berhasil membuat perhatian Nayeon kini sepenuhnya kembali beralih padanya.
"Apa? Gimana? Iya ceritain dong!"
"Jadi ceritanya Irene nyewa gue buat menghindar dari perjodohan dia sama Jinyoung. Dia juga gak suka sama Jinyoung awalnya. Apalagi, dia tau kalau Jinyoung udah punya pacar, yang ternyata adalah lo. Serius deh, gue sampai dibawa Irene ketemu keluarga besarnya dan berpura-pura sebagai pacarnya. Gemeter panas dingin badan gue. Itu adalah malam dimana gue rasanya kayak lagi didakwa di persidangan. Secara semua keluarganya Irene gak setuju lah sama gue. Mereka semua sepakat jodohin Irene sama Jinyoung. Ya singkat cerita, akhirnya Irene mengalah dan nerima perjodohan itu. Dan berakhir Jinyoung mutusin lo, dan disinilah gue sekarang, jadi pacar sewaan lo. Hahaha. Dunia itu sempit banget ya."
"Haha iya, lucu juga dipikir-pikir. Dunia kayak muter-muter disitu-situ aja." timpal Nayeon.
Sepanjang sisa perjalanan, keduanya saling bertukar cerita dan berbagi canda. Perjalanan menuju pantai yang terbilang jauh dari kota menjadi tidak terasa karena waktu terasa berjalan lebih cepat saat dihabiskan dengan kebahagiaan.
***
"Aaaaaaaaaaaa!!!" teriak Nayeon dengan sangat lepas saat kakinya yang polos kini sudah menginjak lembutnya pasir pantai. Tangannya ia rentangkan. Ia nikmati angin pantai yang berhembus menyapu wajahnya.
Jeongyeon tersenyum melihat aksi Nayeon. Ia pun mengikuti jejak pacarnya itu. "Aaaaaaaaaa!!" teriak Jeongyeon yang kini sudah bergabung di samping Nayeon. "Enak ya rasanya teriak ke laut kayak tadi, serasa beban dalam hidup lo menghilang sementara."
Nayeon mengangguk. "Ini alasan kenapa gue suka banget sama pantai. Dulu waktu gue belum sibuk banget, gue sering meluapkan rasa sedih, kecewa, atau beban apapun itu dengan ke pantai. Tapi setelah gue kerja, jadi udah jarang banget. Makasih ya lo udah ngajak gue kesini." ucapnya dengan tulus.
"Sama-sama, Nay. Kita cari makan dulu yuk!" ajak Jeongyeon yang langsung diangguki oleh Nayeon.
Jeongyeon menarik tangan Nayeon, menautkan jari-jari mereka. Ia membawa Nayeon ke salah satu rumah makan di pinggir pantai yang menyediakan berbagai jenis seafood.
"Mau cobain punya gue?"
"Mau dong!"
Jeongyeon dan Nayeon tanpa malu saling menunjukkan perhatian satu sama lain. Tak jarang keduanya saling menyuapi. Jeongyeon juga tanpa ragu kerap kali mengusap mulut Nayeon yang belepotan terkena saus atau kecap.
"Seafood emang gak pernah salah." ucap Nayeon sambil mengusap-usap perutnya yang sudah puas diisi oleh berbagai macam seafood.
"Hm, abis ini mau ngapain?" tanya Jeongyeon.
Nayeon berpikir sejenak. Ia melihat-lihat ke sekitarnya, mencoba menemukan hal menarik yang ingin ia lakukan. Pandangan Nayeon tina-tiba terkunci pada seseorang yang sedang bermain sebuah wahana permainan pantai, yang tak lain adalah parasailing.
"Gue mau main itu!" tunjuk Nayeon dengan semangat. Jeongyeon mengikuti arah pandangan Nayeon, dan ia pun tersenyum.
"Yakin mau main itu?" tanya Jeongyeon memastikan. Ia yang notabenenya menyukai olahraga tentunya sangat menyukai wahana-wahana seperti itu. Namun, ia ingin memastikan apakah Nayeon benar-benar ingin memainkan permainan air yang terbilang cukup ekstrem itu.
Nayeon mengangguk mantap. "Ayo, Jeongyeon!"
Nayeon sudah berlari terlebih dahulu meninggalkan Jeongyeon yang hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah kekanak-kanakkan Nayeon.
Dan akhirnya, hari itu mereka habiskan untuk mencoba berbagai wahana permainan pantai. Mulai dari parasailing, banana boat, snorkeling, sampai menaiki jet ski sudah mereka coba semua. Mereka benar-benar tidak ingin menyia-nyiakan waktu liburan mereka.
"Gila! Seru banget!" seru Nayeon. Ia seperti tanpa lelah mencoba berbagai wahana permainan itu. Walaupun sekarang bajunya sudah basah kuyup, tidak menyurutkan semangatnya sedikitpun.
Tak berbeda jauh dari Nayeon, baju Jeongyeon juga sudah basah semua. Ia kemudian menyewa sebuah tikar kecil untuk digunakan sebagai alas duduknya bersama Nayeon. Ia sengaja mengambil tempat di tepi pantai agar bisa menikmati indahnya pemandangan matahari yang mulai tenggelam.
"Nih, pake." Jeongyeon menyerahkan sebuah handuk yang ia juga sewa untuk Nayeon pakai.
"Thanks." ucap Nayeon yang dibalas dengan senyuman oleh Jeongyeon.
Jeongyeon ikut duduk bergabung bersama Nayeon di sampingnya. Jarak tubuh mereka sangat dekat. Bahkan, lengan keduanya seperti saling ingin menyapa satu sama lain.
"Makasih ya, Jeong. Gue seneng banget hari ini." ucap Nayeon tiba-tiba sambil merebahkan kepalanya di pundak lebar Jeongyeon.
Jeongyeon melirik ke wajah Nayeon sejenak sebelum kembali menatap pemandangan indah di hadapannya. "Sama-sama, Nay."
"Ngeliat matahari terbenam adalah salah satu hal yang paling gue sukai. Tapi sekarang, gue kayak terjebak di antara perasaan seneng dan sedih." ucap Nayeon dengan pandangan yang tetap lurus ke depan.
"Seneng karena?"
"Seneng karena gue bisa ngerasain momen kayak gini lagi. Ngeliat sunset di pantai yang udah lama banget gue gak bisa lakuin." jawab Nayeon.
"Dan sedih karena?" tanya Jeongyeon hati-hati.
Nayeon kembali menegakkan kepalanya. Tangannya menarik wajah Jeongyeon agar menatapnya. Kedua mata mereka kini saling menatap dengan sangat dalam.
"Sedih karena matahari terbenam hari ini menandakan bahwa sisa waktu gue sama lo udah semakin dikit." lirih Nayeon.
Jeongyeon terdiam. Setelah sesi adu pandang mereka yang cukup lama, Jeongyeon memberanikan diri untuk tangannya naik mengusap wajah Nayeon. Dan sepersekian detik berikutnya, wajah Jeongyeon mencoba mendekati wajah gadis di hadapannya yang kini matanya sudah memejam perlahan.
Sunset sore itu menjadi saksi pertemuan bibir kedua insan itu untuk pertama kalinya.
Bersambung
Di chapter berikutnya :
"Gue gak mau lo pergi, Jeongyeon."
"Gue disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
15 Days Be My 'Boy'friend [✓]
Fiksi PenggemarPeraturan yang harus dipatuhi dalam kontrak sewa pacar: 1. DILARANG SALING JATUH CINTA 2. NO SEX 3. KONTRAK AKAN BERAKHIR DALAM 15 HARI SEJAK KONTRAK DITANDATANGANI 4. SETELAH KONTRAK BERAKHIR, HUBUNGAN KEDUA BELAH PIHAK JUGA BERAKHIR SEPENUHNYA