Day 2

2.1K 267 1
                                    

Seperti biasa, Nayeon akan terbangun setiap pukul 6 pagi karena pada pukul 8 ia sudah harus sampai di rumah sakit. Dan seperti kebiasaannya yang lain, setelah bangun tidur ia akan langsung ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan menyikat gigi.

Pagi ini, berbeda dari pagi lainnya bagi Nayeon. Pagi ini ia terbangun tidak hanya seorang diri di apartemennya. Mulai kemarin malam, Jeongyeon resmi pindah ke apartemennya sesuai kontrak mereka. Tentunya mereka tidak tidur di satu kamar yang sama. Apartemen Nayeon yang cukup luas ini terdapat 3 kamar tidur. Dimana 1 kamar besar untuk dirinya sendiri, 1 kamar tidur untuk tamu yang sekarang ditempati Jeongyeon, dan 1 kamar lainnya yang disulap menjadi ruang kerja Nayeon.

Saat ia keluar kamar, ia tidak melihat tanda-tanda keberadaan Jeongyeon di ruang tv ataupun di dapur. Ia berpikir mungkin Jeongyeon masih tidur. Tanpa pikir panjang, Nayeon langsung mengetuk pintu kamar Jeongyeon yang terletak persis di samping kamarnya.

Tok! Tok! Tok!

Pintu terbuka. Menampakkan sosok Jeongyeon yang hanya memakai celana pendek olahraga dan sebuah kaus tanpa lengan. Terlihat pula keringat membasahi wajah Jeongyeon.

"Hm, gue pikir lo belum bangun." ucap Nayeon dengan sedikit canggung.

"Gue udah bangun dari jam 5 tadi. Kebiasaan gue selalu olahraga minimal sejam sebelum gue mulai aktivitas gue setiap hari. Ada yang bisa gue bantu?" tanya Jeongyeon. Keduanya masih berdiri berhadapan di depan pintu kamar Jeongyeon.

"Boleh gue masuk?" tanya Nayeon yang langsung diangguki oleh Jeongyeon.

Nayeon memasuki kamar tamu yang sudah lama tak ia kunjungi. Semua masih tertata seperti apa adanya. Hanya ada tambahan sebuah gitar dan koper besar Jeongyeon yang Nayeon tebak pakaian di dalamnya belum dikeluarkan.

"Itu koper lo gak dibongkar?" tanya Nayeon, menunjuk ke arah koper milik Jeongyeon. Dirinya kini duduk di kasur yang sudah rapih.

"Oh itu. Gue sengaja gak bongkar. Lagian juga gue stay disini cuma selama 15 hari. Jadi gak perlu lah gue repot-repot beresin baju-baju gue." jawab Jeongyeon sambil mengelap keringat di wajahnya dengan handuk kecil yang bertengger di lehernya. Ia duduk di sofa seberang kasur.

Nayeon mengamati penampilan Jeongyeon saat ini. Benar-benar seperti seorang pria. Nayeon menatap otot bisep Jeongyeon yang terbentuk dengan sangat bagus. Bahunya yang lebar ditambah tinggi badan Jeongyeon yang terbilang cukup tinggi 178 cm membuat proporsi tubuhnya terlihat gagah. Pandangan Nayeon tiba-tiba terhenti di daerah dada Jeongyeon yang terlihat sangat datar, justru terlihat seperti bidang layaknya laki-laki.

"Pasti lo mau tanya soal dada gue." ucap Jeongyeon tiba-tiba seperti tau apa yang ada di pikiran Nayeon, membuat Nayeon tersenyum canggung merasa tidak enak karena menatap tubuh Jeongyeon seenaknya.

"Sorry gue gak maksud untuk-"

"Santai aja, Nay. Gue emang mungkin terlihat cukup aneh buat ukuran perempuan. Tapi dari kecil ya emang gini keadaan tubuh gue. Gue udah biasa nerima pandangan kayak lo tadi dari orang-orang yang ragu sama gender gue. Tapi gue cewek tulen kok. Tulen dari lahir dan gak ada yang gue ubah sedikitpun." jelas Jeongyeon.

Nayeon hanya terdiam. Ia menunduk karena tidak enak sudah lancang menatap Jeongyeon seperti ingin menelanjanginya.

"Lo ke kamar gue mau ngapain tadinya? Ada yang perlu gue bantu? Atau ada yang harus gue kerjain?" tanya Jeongyeon yang kini tiba-tiba sudah berdiri di depan Nayeon, membuat Nayeon sedikit terkejut. Ia harus mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah Jeongyeon yang sangat tinggi.

"Gue tadi cuma mau ngasih tau lo tentang apa aja yang harus lo lakuin setiap hari disini selama kontrak kita."

"Hm, oke. Apa aja?" Jeongyeon bergerak mengambil sebuah buku kecil di meja samping kasur dan bersiap menuliskan apa saja yang akan dikatakan Nayeon. Ia pun kini mengambil duduk di samping Nayeon.

15 Days Be My 'Boy'friend [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang