Day 8

1.9K 246 6
                                    

"Semangat ya kerjanya."

"Makasih. Hati-hati ya nyetirnya nanti."

Jeongyeon dan Nayeon saling melempar kata-kata manis. Hari Senin sudah kembali tiba. Itu artinya rencana mereka untuk terus menunjukkan kemesraan di depan Jinyoung berlanjut. Beruntungnya, pagi ini Nayeon datang bertepatan juga dengan Jinyoung yang baru datang dan baru ingin masuk ke rumah sakit. Otomatis, Jinyoung bisa melihat kemesraan mantan kekasihnya dengan pacar barunya itu.

"Oke, aku balik ya."

"Kabarin kalau udah sampe nanti."

"Iya." Jeongyeon memberikan kecupan di pipi Nayeon sebelum dirinya kembali memasuki mobil dan meninggalkan rumah sakit.

"Nayeon, tunggu." saat Nayeon ingin berjalan masuk, tiba-tiba tangannya ditahan oleh seseorang yang tak lain adalah mantan kekasihnya.

"Jinyoung?! Lepasin!" Nayeon mencoba melepaskan genggaman tangan Jinyoung di lengannya.

"Iya-iya aku gak akan kasar lagi. Aku cuma minta waktu kamu sebentar buat bicara. Boleh?" kali ini nada bicara Jinyoung sangat lembut. Tak ada lagi pemaksaan atau ucapan marah-marah seperti waktu itu.

Nayeon menghela napas. Ia sebenarnya tidak ingin lagi berurusan lama-lama dengan Jinyoung. Namun jika dipikir, Jinyoung memintanya secara baik-baik. Maka tidak ada salahnya juga Nayeon memberikan kesempatan untuk mendengar apa yang ingin mantan kekasihnya itu bicarakan.

"Oke, sebentar aja. Aku banyak pasien."

Jinyoung akhirnya mengajak Nayeon untuk berbicara di taman rumah sakit.

"Nay, aku mau minta maaf soal hubungan kita. Maaf aku gak pernah dateng secara baik-baik untuk minta maaf di hadapan kamu. Maaf juga aku tiba-tiba malah ngirim undangan pertunangan aku."

Hati Nayeon sedikit meringis. Ia jadi teringat bagaimana kejamnya Jinyoung saat memutuskan hubungan dengannya hanya lewat sms. Dan 3 hari kemudian, Jinyoung justru mengirimkan undangan pertunangannya.

"Iya yaudahlah udah lewat juga."

"Nay," Jinyoung kini mengambil satu tangan Nayeon untuk digenggamnya. "Jujur, aku masih cinta sama kamu. Maaf aku gak pernah kasih penjelasan kenapa aku mutusin kamu. Semua ini karena keluarga aku. Alasan aku juga gak pernah ngajak kamu ke keluarga aku karena mereka gak setuju sama hubungan kita. Aku udah dijodohin dari kecil sama Irene, calon tunangan aku sekarang. Aku gak tau harus kasih tau ke kamunya gimana. Jadi aku lebih milih untuk jadi bajingan biar kamu bisa benci sama aku dan mudah untuk ngelupain aku."

Nayeon terkejut. Ia tidak pernah menyangka jika alasan dibalik sikap brengsek Jinyoung adalah karena paksaan keluarganya. Nayeon mencoba mencari kebohongan di mata Jinyoung, namun hanya kejujuran yang terpancar disana.

"Itu sebabnya aku marah pas tau kamu juga udah punya pacar baru. Maaf aku gak bisa ngendaliin emosi aku waktu itu. Aku cemburu. Aku gak rela liat kamu sama laki-laki lain." ucap Jinyoung dengan nada putus asa.

"Trus mau kamu apa? Kita gak mungkin bisa balik lagi. Kamu harus jalanin kehidupan baru kamu, begitupun aku."

"Nay, boleh aku minta satu kesempatan lagi dari kamu?"

***

"Nay, tumben diem aja." ucap Jeongyeon di tengah perjalanan pulang mereka. Biasanya, Nayeon akan menyetel radio dan mengajak Jeongyeon untuk bernyanyi bersama mengikuti alunan musik. Namun kali ini, Nayeon terlihat murung. Ia hanya diam sambil terus menatap ke luar jendela

"Gak papa kok. Lagi gak mood aja." jawab Nayeon dengan malas.

Jeongyeon terdiam. Jujur ia bingung dengan perubahan mood Nayeon hari ini. Sangat berbeda dari Nayeon yang selama ini ia kenal. Jeongyeon hanya bisa berpikiran positif dengan mengira bahwa Nayeon sedang pusing dengan pekerjaannya.

15 Days Be My 'Boy'friend [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang