Day 12

2.7K 283 40
                                    

Hari ini adalah salah satu hari bahagia Jinyoung. Hari ini dirinya akan resmi bertunangan dengan Irene. Dan Nayeon yang sekarang juga sudah berbaikan dengan Jinyoung akan memenuhi undangan mantan kekasihnya itu. Jika dulu ia sudah bertekad datang ke acara pertunangan ini bersama dengan Jeongyeon agar dirinya bisa balas dendam ke Jinyoung, kali ini ia hanya akan datang sendiri. Ia sudah tidak peduli dengan rencana balas dendamnya. Hatinya sudah bisa ikhlas menerima kenyataan bahwa hubungan cintanya dengan Jinyoung memang harus berakhir.

Pertunangan Jinyoung akan dilaksanakan pukul 7 malam. Nayeon tidak berharap Jeongyeon akan pulang kembali ke apartemennya. Terlebih, ia ingat bahwa setiap hari Jumat malam adalah jadwal Jeongyeon manggung bersama teman-temannya.

Nayeon sudah rapih dengan setelan dress berwarna navy yang baru ia beli kemarin bersama Jihyo. Banyak dari para petinggi perusahaan dan konglomerat yang menjadi tamu undangan di acara pertunangan Jinyoung dan Irene. Jadi, Nayeon dan Jihyo tentunya butuh outfit yang pantas untuk acara yang terbilang megah ini.

From: Jihyo

Gue udah di depan lobi nih.

Nayeon yang sudah mendapatkan pesan dari Jihyo segera menuju lobi apartemennya. Malam ini, ia akan berangkat ke acara tersebut bersama Jihyo.

"Jadi keinget acara prom SMA dulu. Kita datengnya berdua, gak gandeng pacar. Eh sekarang keulang lagi." ucap Jihyo sesaat setelah Nayeon sudah masuk ke dalam mobilnya.

"Haha, cupu banget ya kita dulu. Gandengan aja gak punya." timpal Nayeon yang ikut bernostalgia.

"Tapi kan sekarang lo udah punya pacar." goda Jihyo.

"Pacar apaan? Orangnya aja gak balik-balik dari kemarin."

"Oh jadi ceritanya kangen nih?" Jihyo semakin gencar menggoda Nayeon.

"Sialan lo! Udah ah buruan jalan!"

"Hahaha, sensi banget sih yang lagi ditinggal pacar."

"Jihyo!!"

***

Acara pertunangan Jinyoung dan Irene tidak hanya megah, melainkan sangat megah dan mewah. Para pebisnis konglomerat dan para pejabat ikut hadir. Padahal, ini baru acara pertunangan saja. Bagaimana jika acara pernikahan resminya? Mungkin akan lebih megah lagi.

Acara dimulai dengan sambutan dari pihak masing-masing keluarga Jinyoung dan Irene. Kemudian dilanjutkan dengan Jinyoung yang secara resmi memproklamirkan pertunangannya dengan Irene diikuti dengan tukar cincin. Semua tamu undangan ikut senang dan merayakan satu langkah yang sudah dicapai Jinyoung dan Irene untuk memulai kehidupan baru.

Selanjutnya, acara diisi dengan hiburan. Para tamu undangan dipersilahkan menikmati hidangan yang disediakan, sembari ditemani hiburan dari para artis yang sengaja disewa untuk memeriahkan acara ini.

Nayeon memilih untuk duduk di salah satu kursi yang disediakan. Setelah makan tadi, ia terlalu malas bergabung bersama Jihyo yang kini sedang asyik sendiri di lantai dansa.

Nayeon meneguk minumannya. Ia mengamati setiap orang yang hadir dan suasana di sekitarnya. Dari sekian banyak orang yang mengelilinginya, entah kenapa hatinya merasa sepi. Dan tiba-tiba saja, dirinya teringat akan sosok Jeongyeon yang sudah tidak ia ketahui kabarnya sejak malam dimana mereka bertengkar.

"Sendirian aja."

Sebuah suara yang sangat tidak asing bagi Nayeon tiba-tiba terdengar. Nayeon sempat terkejut melihat orang yang berbicara tepat duduk di sampingnya.

"Sendirinya juga sendirian aja." balas Nayeon yang sudah berhasil menutupi keterkejutannya. Ia kini berpura-pura cuek dengan menatap lurus ke depan, ke arah pasangan-pasangan yang berdansa.

"Sekarang jadi berdua, mau?" tiba-tiba sebuah tangan terulur di depan wajah Nayeon. Dapat ia lihat kini seseorang yang baru saja mengusik pikirannya sedang tersenyum menunggu jawaban darinya.

"Boleh. Asal jangan jadi bertiga aja tiba-tiba." jawab Nayeon yang akhirnya membalas uluran tangan orang itu yang tak lain adalah Jeongyeon.

Jeongyeon menarik Nayeon untuk dibawanya ke tengah lantai dansa. "Gak papa bertiga. Asal orang ketiganya itu anak kita."

"Ngaco!" Nayeon tertawa dan memukul bahu Jeongyeon saat mendengar guyonannya.

"May I?" Jeongyeon meminta izin untuk meletakkan tangannya di pinggang Nayeon. Musik yang saat ini sedang diputar adalah musik slow romance, menyebabkan para pasangan yang berdansa di sana sedang menghayati dunianya masing-masing.

Nayeon mengangguk. Ia melingkarkan tangannya di leher Jeongyeon dan dibalas dengan Jeongyeon dengan menarik pinggangnya agar tubuh mereka semakin dekat. Sekarang, wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter saja.

Tubuh mereka bergerak pelan, hanyut dalam alunan musik yang begitu indah meneduhkan. Tatapan mata mereka tak pernah terputus, seakan mereka sedang berlomba siapa yang paling kuat lama menatap.

"Jeong.."

"Hm?"

"Maaf.."

"Sstt.. lo gak perlu minta maaf. Gue yang salah. Maafin gue ya." Jeongyeon memejamkan matanya. Kepalanya kini agak ia tundukkan agar keningnya dan kening Nayeon menyatu.

Nayeon ikut terpejam. Jantungnya berdegup tak karuan saat kini ia bisa merasakan deru napas Jeongyeon di wajahnya. Mereka begitu dekat, bahkan terlalu dekat. Tubuh mereka seperti terkoneksi satu sama lain.

"Lo kemana aja kemarin?" lirih Nayeon tanpa membuka matanya.

"Di apart. Gue disuruh dengerin ceramahnya Sana seharian. Katanya biar otak gue bisa lebih pinter. Emangnya gue bego banget apa ya?"

Nayeon tertawa kecil, ia membuka matanya, begitupun dengan Jeongyeon, membuat tatapan keduanya saling mengunci satu sama lain. "Baru sadar kalau lo bego?" ledeknya.

Jeongyeon tidak marah, ia justru ikut tersenyum mendengar ledekan Nayeon. "Besok waktu lo kosong?" tanya Jeongyeon, mengganti topik.

"Kosong. Kenapa?"

"Gue mau ngajakin lo jalan-jalan ke pantai."

Nayeon sedikit menjauhkan wajahnya dari Jeongyeon. Matanya berbinar senang mendengar ajakan pacar sewaannya itu. Sudah sangat lama sejak terakhir kali dirinya pergi berwisata ke pantai.

"Mau! Mau banget! Udah lama banget gue gak pergi ke pantai."

Jeongyeon tertawa melihat tingkah Nayeon yang seperti anak kecil kegirangan mendapat sebuah permen. "Kayak anak kecil aja sih lo!" Jeongyeon mengusap-usap pucuk kepala Nayeon dengan gemas.

"Ehem!" sebuah suara membuat Jeongyeon dan Nayeon mengalihkan pandangannya ke arah 2 orang yang kini berdiri di hadapan mereka.

"Eh, hai Jinyoung, Irene!" belum sempat Nayeon membuka mulutnya lagi untuk memberikan selamat pada sepasang kekasih yang kini sudah resmi bertunangan didepannya, dengan tiba-tiba Nayeon dan Jinyoung dikejutkan dengan suara Jeongyeon dan Irene yang berbicara bersamaan.

"Jeongyeon?!"

"Irene?!"

Bersambung

Di chapter berikutnya :

"Makasih ya, Jeong. Gue seneng banget hari ini." 

"Sama-sama, Nay."

"Ngeliat matahari terbenam adalah salah satu hal yang paling gue sukai. Tapi sekarang, gue kayak terjebak di antara perasaan seneng dan sedih." 

"Seneng karena?"

"Seneng karena gue bisa ngerasain momen kayak gini lagi. Ngeliat sunset di pantai yang udah lama banget gue gak bisa lakuin." 

"Dan sedih karena?"

"Sedih karena matahari terbenam hari ini menandakan bahwa sisa waktu gue sama lo udah semakin dikit."

15 Days Be My 'Boy'friend [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang