Day 6

2K 253 2
                                    

Sabtu pagi adalah hari dimana Nayeon bisa tertidur nyenyak bahkan hingga siang hari. Tidak ada kerjaan. Tidak ada keharusan tepat waktu datang ke rumah sakit. Tidak ada konsultasi-konsultasi pasiennya. Hari Sabtu bagaikan hari tenang bagi Nayeon.

Namun, Sabtu kali ini sepertinya tidak akan menjadi salah satu Sabtu yang menenangkan bagi Nayeon. Tidur nyenyaknya sudah harus diganggu dengan suara berisik dari luar kamarnya.

Dengan sangat terpaksa, Nayeon harus membuka mata. Ia melihat jam yang baru menunjukkan pukul 8 pagi.

"Jeongyeon ngapain sih berisik banget pagi-pagi gini?!" gerutunya dalam hati.

Dengan malas, ia ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat gigi. Setelahnya, ia sudah bersiap keluar kamar untuk memarahi Jeongyeon atas apapun yang sedang ia lakukan karena telah mengganggu tidur paginya.

Belum sempat ia meluncurkan umpatannya, Nayeon sudah dibuat terkejut setengah mati saat melihat pasangan paruh baya kini duduk di sofa ruang tv-nya.

"Good morning, sayang."

"Papa?! Mama?!"

Nayeon yang begitu terkejut langsung mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, ia mencari-cari sosok Jeongyeon. Tentunya ia sangat khawatir apabila kedua orang tuanya menemui pacar sewaannya itu.

"Kenapa? Nyari Jeongyeon? Ada papa sama mama disini kok yang dicari masih aja pacar kamu. Dia lagi masak tuh di dapur." ucap mama Nayeon, membuat lutut Nayeon seketika terasa kopong dan lemas.

"Sini dong, peluk papa sama mama. Kamu emangnya ga kangen sama papa mama?" kali ini sang papa yang berujar. Tanpa punya pilihan lain, Nayeon berjalan menghambur ke pelukan kedua orangtuanya.

"Papa sama mama kenapa gak bilang-bilang dulu sih kalau mau ke apartemen aku? Atau aku kan bisa pulang ke rumah kalau papa mama mau ketemu."

"Papa sama mama udah minta kamu pulang dari 2 minggu lalu. Tapi apa? Kamu ditelpon aja suka gak aktif hp-nya." jawab sang mama.

Bibir Nayeon mengerucut. Ia jadi teringat 2 minggu lalu adalah saat dimana ia sedang galau-galaunya karena hubungannya bersama Jinyoung yang di ujung tanduk.

"Ya tapi kan tetep aja papa sama mama harus bilang dulu kalau mau dateng kesini. Dadakan gini kan aku jadi gak nyiapin apa-apa."

"Kamu gak enak karena belum nyiapin apa-apa buat papa mama atau takut ketauan kalau lagi mantap-mantap sama pacar kamu itu, hm?" goda sang papa yang didukung dengan tawa dari sang istri.

Pipi Nayeon memanas. Bagaimana bisa kedua orangtuanya berbicara vulgar seperti itu. Ia buru-buru menyembunyikan wajah merahnya dibalik bantal sofa.

"Anak mama masih aja malu-malu bahas itu. Kamu udah 26 tahun, Nay. Mama ngerti kok kalau kamu mau pacaran dan tinggal serumah sama dia. Ya asalkan kamu tau protokol keamanannya aja. Kamu ini kan dokter kandungan, pasti paham lah apa yang boleh dan gak boleh kamu lakuin dalam berhubungan."

"Mama, seriuosly? Mama mau ngasih aku wejangan seks di sini?!" ucap Nayeon yang benar-benar sudah sangat malu.

"Hahaha, mama kamu cuma mau ngingetin kamu, Nak," papa Nayeon merangkul anaknya dengan lembut. "Oh ya, nama pacar kamu itu siapa sih sebenernya? Waktu itu kamu bilang namanya Jiyoung ya? Atau siapa? Kok sekarang namanya berubah jadi Jeongyeon?"

"Jinyoung, Pa. Bukan Jiyoung. Jeongyeon pacar baru aku." jelas Nayeon.

"Oh kamu udah putus sama yang itu. Bagus deh. Mama gak suka sama cowok yang gak serius kayak si Jinyoung itu."

"Mama tau dari mana kalau Jinyoung gak serius sama aku?" tanya Nayeon dengan heran.

"Ya tau lah. Dia aja gak pernah mau kalau mama minta kamu bawa dia ke rumah buat dikenalin ke papa sama mama. Kata kamu dia belum siap lah apa lah. Cowok yang bertanggungjawab itu harus berani kalau ketemu sama orang tua pacarnya." Nayeon hanya terdiam mendengar ucapan sang mama. Jika dipikir lagi, tiga tahun hubungannya bersama Jinyoung, tidak pernah sekalipun Jinyoung ingin diperkenalkan ke orang tua Nayeon. Begitupun sebaliknya, Nayeon tidak pernah diajak Jinyoung untuk datang ke rumahnya dan berkenalan secara resmi dengan kedua orangtuanya.

15 Days Be My 'Boy'friend [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang