5. Raline dan Noel

1.6K 68 4
                                    

Diam.

Arga dan Zefa hanya diam dan larut dalam pikiran mereka masing-masing. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Entah karena sungkan atau bagaimana, hanya sepasang suami-istri itulah yang tahu.

Arga mengacak rambutnya yang bisanya ditata rapi olehnya. Sekarang sudah berantakan dan tidak berbentuk. Dia merasa canggung akan Zefa karena mengingat adegan ciuman tadi. Astaga, tolong tenggelamkan saja dia ke samudera Hindia!! Salahkan juga bibir Zefa yang terlalu menggoda!!

"Zefa," panggilannya pelan. Bahkan terdengar sangat halus. Namun itu masih bisa di dengar oleh Zefa. Karena jarak mereka yang tidak jauh. Zefa yang sedang duduk di kursi penumpang sebelah Arga yang sedang mengemudikan mobilnya.

Zefa mengalihkan pandangannya dari jendela ke Arga yang sesekali meliriknya dari ekor matanya. "Hm?" Dia hanya bergumam walaupun hatinya sudah dugun-dugun. Dia, astaga.... Masih belum percaya bahwa Arga.... Oh tuhan.... Pria itu MENCINTAI NYA!!! Perlu diingat dan digaris bawahi!! MENCINTAI NYA!!

"Kamu marah sama aku ya?" Tanya Arga hati-hati. Hati-hati jika Zefa akan mendampratnya dari mobilnya sendiri.

Iya, gue marah banget sama Lo, Arga!! Enak aja main nyosor, habis itu buat hati gue berdisko ria!! "Gak kok, Ga. Aku gak marah." Ucapnya beralibi sembari menampilkan senyum manis yang palsu.

"Eh, emangnya marah kenapa?" Tanya Zefa berpura-pura tidak tahu.

"Marah karena aku cium kamu." Jawabannya.

"Enggak, buat apa juga aku marah. Kan kamu suami aku. Itu sudah menjadi hak kamu, Ga." Pret!!! Asu emang nih mulut ya! Kalau aja gue gak mikirin perkataan Raline, udah gue tendang nih kanebo kering satu!! Lanjutnya dalam hati.

"Benaran? Gak marah nih?" Tanya Arga memastikan.

Zefa pura-pura menggeleng. "Gak, Ga. Aku gak marah." Ucapnya meyakinkan. Tapi dia benar-benar ingin mendamprat pria satu ini jika dia main nyosor lagi!! Awas aja, tunggu tanggal mainnya!!

Arga bernapas lega. "Syukurlah."

"Eum.... Ze. Apa aku boleh mengatakan sesuatu?"

Zefa menangguk sebagai jawaban. "Boleh. Apa?"

"Soal pernyataan cintaku tadi.... Itu memang tulus dari hatiku, Ze." Ucapnya. Arga pun sudah menepikan mobilnya dipinggir jalan. Karena merasa apa yang akan dia bicarakan sangat serius. Jika sudah begitu, Arga tidak akan bisa fokus menyetir.

Deg! Deg!!

Astaga... Hati Zefa berdegup kencang. Apa? Jadi.... Benar Arga mencintai nya?

"Mm... maksudnya apa, Ga?"

Arga meraih tangan Zefa yang bebas. "Aku benar-benar cinta sama kamu, Ze. Entahlah, kapan dan kenapa aku mencintaimu itu aku tidak tahu. Yang pasti, sekarang aku sudah benar-benar mencintai mu, Ze." Ucapnya sembari mengecup telapak tangan Zefa.

"Aku tahu kamu nggak cinta sama aku." Tangan Arga beralih mengelus surai Zefa yang sangat halus. "Tapi, aku yakin. Itu belum. Belum berarti sesuatu yang tertunda dan akan terjadi. Dan aku yakin, kamu belum mencintai ku."

Arga tersenyum manis ketika pandangannya dengan Zefa beradu. Manik mata Zefa seperti menyiratkan makna bahwa ia dia tidak percaya. Ia benar-benar tidak percaya.

"Tapi.... Kamu tahu kan kalo aku masih cinta sama mantan pacar ku. Aku takut gak bisa mencintai kamu, Ga." Ucap Zefa sembari menundukkan kepalanya. Dia merasa tidak enak hati kepada Arga.

Arga menggeleng. "Belum, Ze.... Belum. Dan pasti kamu bakalan cinta sama aku. Aku yakin itu."

Cup

Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang