Masalah. Arga lagi-lagi memikirkan rencana busuk apa yang akan dilancarkan oleh Bella. Sial! Ingin rasanya ia menghempaskan piring yang ada di depannya ini, jika tidak ada Zefa di depannya. Istrinya itu sudah menatapnya dengan kening berkerut.
"Kenapa Ga? Kok melamun aja? Aku lihat-lihat dua hari belakangan ini kamu melamun terus, ada apa Ga? Ada masalah ya?" Tanya Zefa sembari mengoleskan selai kacang kesuksesan Arga di permukaan roti tawar.
Arga hanya tersenyum tipis sembari menerima roti yang telah diolesi selai kesukaannya.
"Makasih." Zefa hanya tersenyum. Kemudian ia melahap sarapannya yang berupa oatmeal yang ditemani susu sebagai pelengkapnya.
Setelah itu tidak ada lagi interaksi dari keduanya. Masing-masing dari keduanya sudah larut dalam pikiran masing-masing. Entah karena masih merasa canggung atau bagaimana. Hanya mereka berdua saja yang tahu.
Zefa menatap serealnya dalam diam. Baru satu suapan yang masuk ke dalam mulutnya, namun entah kenapa tiba-tiba sereal itu terasa hambar di mulutnya. Padahal tadi dia sudah memakai susu kental manis sebagai penambah manis. Tapi, entahlah. Nafsu makannya tiba-tiba lenyap begitu saja.
"Ze..." Panggilan pelan dari Arga membuat pandangannya teralih. Zefa menatap Arga yang saat ini tengah meneguk kopi pahit yang tadi dibuatnya.
"Aku boleh minta sesuatu gak sama kamu?"
Zefa mengkerutkan dahinya. "Minta apa?"
Arga menampilkan senyum manis. Sangat manis. Dan Dimata Zefa Arga seperti anak-anak yang sedang meminta mainan kepada ibunya.
"Buatin aku rendang ayam ya. Aku lagi kepengen."
💐💐💐
Sesuai permintaan Arga, Zefa akan memasakkan rendang ayam keinginan suaminya itu. Entahlah. Belakangan ini Arga terlihat aneh. Terkadang melamun sambil memijat pelipisnya. Dan terkadang juga manja-manjaan kepadanya. Seperti pada saat Zefa duduk di ruang tv sembari menikmati menonton acara gosip, Arga datang dan melendotinya bak anak kecil yang ingin dipeluk.
Ah, mungkin saja Arga sedang sakit. Atau sakit jiwa? Oh tidak-tidak!! Masa suaminya itu sakit jiwa? Zefa menggeleng pelan. Mungkin saja Arga memang sedang ingin manja-manjaan kepadanya.
Melihat isi kulkasnya yang kosong melompong, membuat dirinya menghela nafas kasar. Dia pasti lupa untuk mengecek bahan makanan yang habis. Ya, seharusnya Zefa tak perlu repot-repot kan, karena pasti para pembantu akan melakukan pekerjaan itu? Tetapi, sepertinya sifat Feli sudah diturunkan kepada dirinya. Dia tidak menginginkan dapur rumahnya di sentuh oleh orang lain. Sekalipun itu pembantu yang sudah digaji.
Sudah sebulan penuh Zefa tidak mengizinkan para pembantunya itu memasak di dapurnya. Kalaupun mereka ingin memasak untuk makanan mereka sendiri, sudah disediakan dapur kecil yang memang dibangun untuk para pembantu di dekat kamar mereka yang berada di belakang rumah.
Meraih kunci mobilnya yang berada di nakas samping Tv. Zefa berlalu meninggalkan rumahnya menuju pasar swalayan yang berjarak sekitar tiga kilometer dari rumahnya. Tak jauhlah jika ditempuh dengan menggunakan mobil. Kalau dia berjalan kaki, patahlah tulangnya!
Mobil ia kemudikan dengan kecepatan sedang. Dia masih ingin hidup dan tak berkeinginan untuk bunuh diri saat ini jika melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.
Tak membutuhkan waktu lama, dia sudah sampai di pasar swalayan itu. Memarkirkan mobilnya dan keluar memasuki pasar swalayan itu. Sebelumnya dia sudah mengambil trolli belanjaan agar memudahkannya untuk membawa belanjaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Husband
RomanceAku tidak menginginkan pernikahan ini. Sama sekali tidak pernah terlintas dipikiran ku untuk menikah dengan pria kaku sepertinya. Membayangkan saja aku tidak pernah. Kami bagaikan air dan minyak. Tidak akan pernah bisa bersatu. Dan, kenapa aku harus...