Maaf guys, aku baru bisa update lagi:(
Sebenarnya aku itu berkelana mengarungi lautan, dan berlayar menuju pulau tujuan. Eh, kagak deng. Ada problem sedikit lah di kehidupan nyata ku, jd seminggu itu aku menenangkan diri dan tak kepikiran wattpad lagi:(
Maapkeun lah diriku yang hanya manusia biasa, aku juga bikin kesalahan.
Jadi, aku kambek lagi, yey:)
Happy Reading:)
***
Dingin dan menelusuk, Noel terus saja memperhatikan punggung Zefa yang menghilang menaiki tangga bersama Arga. Tingkah ramahnya yang seperti biasanya ia tujukan, seketika lenyap menuju alam baka tak kala melihat senyum manis memuakkan wanita itu.
Senyum ramah tergantikan dengan tatapan tajam terang-terangan menyeramkan sekitar. Gio dan Gavin saling berpandangan. Noel aneh. Tidak biasanya pria itu hanya diam, mengangguk, dan hanya tersenyum tipis. Biasanya, Noel lah yang paling berisik membuat kekonyolan. Bahkan Gia yang kaku saja terkadang bisa tersenyum akan guyonan nya. Tetapi apa yang mereka lihat sekarang? Tak ada guyonan dan wajah konyol dari seorang Noel Adriandra Benedict.
Kalian pasti ingin tahu dia kenapa kan? Jawabannya adalah Zefa! Kalau saja! Arghhh... Noel jadi malas sekali membahasnya!
Flashback On
"Noel... Beliin gue tas ini dong!" Rentetan perintah dan permintaan sudah masuk ke dalam kuping Noel beberapa kali. Noel ini lah! Noel itulah! Capek lama-lama dirinya.
"Beli aja, tapi gue masukin ke tagihan utang Lo nanti ya!" Ancaman itu terus saja Noel berikan sebagai ultimatum tiap kali Raline meminta ini itu. Dan apakah Raline takut? Jawabannya tidak! Buat apa dia takut!
"Kata mami Feli, istri itu ratu, dan suami sebagai pelayan yang baik, sudah seharusnya memanjakan wanitanya!" Bantah Raline mengikuti petuah sang calon ibu mertua.
"Gue buka suami Lo!"
"Tapi bakalan kan? Lo itu lima bulan lagi jadi kepala keluarga gue, jadi bersiap-siaplah untuk menerima gue apa adanya."
Noel berdecih. "Nerima apa adanya? Lo buat gila aja gue sekalian. Ini debit di kartu gue bakalan habis buat Lo foya-foya!"
Raline tak memperdulikan gurutuan Noel yang memekakkan telinga sepanjang jalan kenangan. Dia tetap memanggil pelayan toko dan memintanya untuk membawakan tas pilihan nya itu ke kasir.
"Lo masih lama gak sih? Capek gue nungguin Lo ngabisin duit gue!" Lagi dan lagi Noel menggerutu.
Menampilkan senyum manis nya, Ralien menghampiri Noel dan duduk di pangkuan pria itu. Melingkari tangannya ke leher pria itu.
Noel meneguk ludah kasar. Tidak tidak! Dia tidak bisa dibeginikan! Jangan salahkan dirinya jika dia menerkam Raline sekarang juga!
"Boleh ya.....?" Raline menggodanya kah?
Tangannya berkeringat. Noel tak bisa berpikir jernih. Baru saja dia ingin meraih bibir Raline, wanita itu sudah bangkit terlebih dahulu sebelum mendapat serangan darinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Husband
RomanceAku tidak menginginkan pernikahan ini. Sama sekali tidak pernah terlintas dipikiran ku untuk menikah dengan pria kaku sepertinya. Membayangkan saja aku tidak pernah. Kami bagaikan air dan minyak. Tidak akan pernah bisa bersatu. Dan, kenapa aku harus...