13. Permintaan

997 28 2
                                    


Unknow Number: Satu kali satu sama dengan satu. Tak ada satu kali satu sama dengan tiga, bukan?

Zefa mengkerutkan dahinya tak kala mendapati sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenalnya. Satu kali satu?

Menggaruk-garuk kepalanya, Zefa berdecih. "Gue juga tau kali! Ya mana ada satu kali satu sama dengan tiga! Kuker banget sih nih yang ngirim!"

Meletakkan ponselnya di atas meja, Zefa menumpukan dagunya kepada tangan kanannya. Dirinya masih terus memikirkan arti dari mimpinya semalam. Merujuk kepada dua opsi. Yang pertama, itu adalah jawaban yang Arga berikan atas pertanyaannya. Entahlah. Dia juga tidak tahu kenapa dirinya mempertanyakan hal itu. Rembulan dan bintang tiba-tiba saja melintas di kepalanya.

Dan opsi yang kedua. Dia hanya terbawa suasana dari pikirannya. Ya... Dia juga tidak tahu. Seandainya dia bersahabat dengan dewa mimpi, pasti akan Zefa pertanyakan kenapa dirinya mengalami mimpi yang terasa nyata itu.

Mengalihkan pandangannya, Zefa mendapati Arga yang tengah bermain bersama Jeno, anak anjing ber ras Siberia Husky. Anak anjing yang baru dua minggu yang lalu dibeli Arga, pada saat pria itu pergi ke Rusia karena perjalanan bisnis.

Ding!

Sebuah pesan masuk, membuat Zefa kembali meraih ponselnya. Kali ini, pesan itu datang dari seorang yang membuat senyuman Zefa melengkung. Fabian.

Fabian: Ze, jalan bareng yuk. Lagi kosong nih aku.

Membaca pesan itu, Zefa mengigit bibir bawahnya menahan pekikan. Fabian mengajaknya jalan? Tentu saja akan Zefa iyakan.

Zefa: Boleh, jam berapa?

Tak selang beberapa menit, pesan Zefa dibalas sang kekasih.

Fabian: Sekarang aja deh. Mau aku jemput?

Jemput? Seketika Zefa melirik Arga. Pria itu sangat asik dengan Jeno. Zefa sangat bersyukur karena kehadiran Jeno. Hal itu dapat membuat dirinya dapat berjumpa dengan Fabian tanpa Arga merasa curiga kepadanya.

Berdiri dan menghampiri pria itu. Zefa tersenyum manis tak kala Arga membalikkan tubuhnya menghadap dirinya. Bahkan tanpa melihat saja, Arga sangat tahu itu dirinya.

"Kenapa Ze? Katanya kamu alergi bulu anjing, jangan ke sini deh, nanti kamu bersin-bersin kan gak enak." Zefa hanya bisa tersenyum. Perhatian yang Arga berikan membuat hatinya menghangat. Pria yang sangat baik, tetapi malah dia khianati.

Zefa menggigit bibir bawahnya. "Ga, aku boleh gak main ke rumah mama? Katanya papa sakit." Ucap Zefa beralibi. Bukannya tak ingin membohongi Arga, tetapi dia tidak ingin membuat pria itu sakit jika sudah mengetahui semuanya.

"Papa sakit? Yaudah yuk ke sana, sekalian kita nginap aja di sana. Kan kita belum sempat ke rumah papa kamu." Perkataan Arga seketika membuat Zefa tersentak. Arga ingin ikut?

"Eh.. gak usah, Ga. Kita besok-besok aja ke sananya bareng. Hari ini aku aja yang ke sana sendiri, papa cuma demam aja kok." Ucap Zefa meyakinkan Arga.

Kening Arga tampak berkerut. Menimbang-nimbang perkataan Zefa. Selang beberapa menit kemudian, dia mengangguk.

Menarik tangan Zefa, dan membawa wanitanya itu ke dalam pelukannya. Ciuman pun mendarat di kening Zefa. Sangat lembut, membuat Zefa memejamkan matanya.

Maaf, ga. Tapi, aku masih mencintai Fabian. Tak dapat ku pungkiri, melupakannya adalah satu hal terberat yang kulakukan. Kamu pria baik Arga....

Tanpa sadar, air mata Zefa jatuh. Arga yang merasakan bajunya sedikit basah, melerai pelukan mereka, dan menangkup wajah Zefa yang menangis sesenggukan.

Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang