Oleh Siska Ambarwati
Menghapus air mata yang tengah mengalir tak selalu harus dengan mengusapnya. Terkadang kita harus membiarkan seluruh perasaan yang berkecamuk di hati tertumpah. Biarkan dirimu terisak untuk sesaat. Setelah itu berikan sebuah senyuman dan sebagai wujud peduli terhadap diri sendiri. Ketika kita tengah terjatuh, kita hanya butuh pijakan untuk kembali tegar berdiri menapaki langkah ke depan. Kita butuh genggaman untuk menguatkan jemari yang tengah rapuh dalam menggenggam. Kita butuh sosok yang membuat kita bangkit lagi dari keterpurukan yang tengah dialami. Untuk mendapatkannya kita tak butuh sesuatu yang mewah. Cukup dalam bentuk sederhana yaitu sadari lagi bahwa kita bisa peduli pada diri kita sendiri. Sosok itu tak lain dan tak bukan adalah diri kita sendiri karena kebahagiaan bisa kita maknai dengan hati.
Dua bola mata ini mampu melihat banyak hal luar biasa di seluruh penjuru dunia. Bisa membaca kisah hebat dari orang-orang inspiratif di luar sana. Bisa memandang jutaan anugerah Tuhan yang membentang di setiap sudut negeri ini. Dapat melihat raut muka kebahagiaan, kesedihan, pengharapan, ketakutan, kekecewaan, ketidakpercayaan, dan terkadang keputusasaan. Sangat menakjubkan ketika dua bola mata kecil ini mampu memandang hal yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Namun, terkadang itu hanya sebatas pandangan semata.
Apa yang kita pandang bahagia belum tentu demikian adanya. Begitu pula sebaliknya. Terkadang apa yang kita lihat menderita justru tengah bersyukur atas sedikit karunia yang mereka miliki. Sedikit nikmat yang kita dapat tetapi bisa kita syukuri ternyata akan memberikan kelapangan hati. Karenanya kita harus melihat jauh lebih dalam bukan sebatas apa yang terlihat. Kita perlu mendekat. Dekati diri kita secara lebih detail dan kenali siapa sebenarnya diri kita ini. Lihat bahwa sesungguhnya kita mengagumkan dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada. Lihat bahwa kita bisa mendapatkan kebahagiaan setelah kita mampu memahami diri kita secara lebih dekat. Bahagia bisa kita rasakan dengan melihat.
Dua telinga kita juga sangat luar biasa. Sanggup mendengarkan nada-nada indah, tangisan kegagalan, berita tentang peperangan, suara lirih yang menahan sakit, atau pun jeritan kepayahan. Dua telinga ini bisa mengantarkan kita meresapi apa yang tengah orang lain rasakan. Kita juga bisa mendengar suara kita sendiri. Mendengar suara hati kita, detak jantung, atau pun desir darah yang mengalir di pembuluh darah. Dengarkan. Dengarkan bahwa kalimat syukur yang kita ucapkan ternyata mampu memunculkan kebahagiaan. Bahagia bisa kita rasakan dengan mendengar.
Melihat dan mendengar bisa menjadi langkah awal menggugah semangat kita untuk mendapatkan lebih banyak kebahagiaan. Perbaikan dan koreksi terhadap diri sendiri bisa dilakukan langkah demi langkah. Dimulai dengan memahami siapa diri kita, mengetahui tiap kelemahan dan kelebihan yang dimiliki, lalu mengembangkan tiap potensi yang dimiliki agar menjadi manfaat bagi orang lain. Manfaat yang berhasil kita tebar tentu akan menghadirkan kebahagiaan bagi orang lain. Secara tidak langsung akan ada kepuasan yang kita rasakan sebagai timbal baliknya. Di saat itulah kita merasakan kebahagiaan dalam kebahagiaan.
Jika selama ini kita cenderung membayangkan ingin memiliki kebahagiaan yang berhasil orang lain dapatkan, coba ubah pandangan itu dengan membahagiakan diri terhadap apa yang sudah kita miliki. Berawal dari rasa syukur atas segala kesempatan yang berhasil kita dapatkan maka akan ada kebahagiaan sebagai ujung dari tindakan kita. Orang lain bisa membuat kita bahagia, tapi pastikan bahwa kita selalu bahagia dengan diri kita sendiri.
Dirasakan atau tidak, setiap harinya pasti ada hal sepele yang justru membuat kita tersenyum dengan tulus. Hal-hal kecil itulah yang sebenarnya dilakukan dengan sepenuh hati. Kita membaur secara langsung bahkan menyatu dengannya sehingga kita mampu merasakan secara nyata. Hal ini yang sering kita lupakan yaitu membaur sepenuh jiwa dengan diri kita. Maka tak heran jika terkadang kita malah memarahi atau merasa kurang puas dengan apa yang sudah susah payah kita lakukan. Penghargaan yang kurang terhadap diri sendiri itulah yang menjadi penyebabnya. Kekecewaan akan muncul menyisihkan kepuasan hati.
Jadi, untuk mendapatkan kebahagiaan setiap saat adalah pilihan tiap individu. Jika kita mampu mensyukuri apa pun yang kita miliki maka kebahagiaan akan selalu muncul mulai dari hal yang paling kecil. Sebelum membaur dengan semesta, pastikan diri kita sudah menyatu seutuhnya. Sebelum memahami kebahagiaan orang lain, pastikan kita sudah memahami bahwa diri kita sudah memiliki kebahagiaan. Sesederhana itu. Yang sulit bukanlah pada cara mendapatkan kebahagiaan, melainkan pada bagaimana caranya agar kita mampu merasakan kebahagiaan yang sejatinya sudah kita genggam. Sebelum berbahagia, pastikan lagi bahwa kita sudah mengenal siapa diri kita. Dekati, lihat, dengar, dan rasakan siapa sebenarnya diri kita. Ketika hal itu berhasil kita lakukan, kebahagiaan akan langsung muncul karena pada akhirnya kita berhasil mengetahui jati diri kita sesungguhnya yang selama ini ternyata belum mampu kita kenali.
YOU ARE READING
Menjadi Bahagia
Non-FictionBagaimana kalau kamu berhenti sejenak dan mencaritahu apa bahagia yang sesungguhnya di sini? Selami dirimu sendiri dan dapatkan hati yang baru setelahnya. Buku ini adalah karya anggota kelas menulis BukuKita pada minggu pertama di bulan Desember 201...